33. Fakta terungkap.

243 43 2
                                    

"Akhirnya kau sampai, aku sudah menunggumu dari tadi." Bibi Jung membantu Chaemi membawa kopernya ke dalam rumah. Chaemi tanpa menunggu lama langsung duduk di lantai dan menghela nafas lega.

"Akhirnya aku bisa duduk tenang," ujar Chaemi. Sedari tadi dia duduk di kendaraan umum dan tidak tidur sedikitpun, sekarang Chaemi akan merasakan ketenangan.

Rumah sederhana bibi Jung tidak membuatnya risih, malahan semua itu membuat Chaemi ingin berlama-lama tinggal di sini. Nuansa rumah itu seperti rumah jaman dulu, ada kursi rotan yang masih kokoh.

Dindingnya di penuhi dengan hiasan yang terbuat dari kayu, jendela kayu dengan gorden sederhana. Semakin menambah kesan tradisional saja.

Bibi Jung yang melihat Chaemi meneliti rumahnya merasa tidak enak, ia merasa pasti mantan majikannya ini tidak nyaman dengan rumahnya.

"Maaf kalau nyonya merasa tidak nyaman, tapi rumah saya hanya seperti ini," kata bibi Jung sambil menunduk.

Mendengar itu malahan Chaemi yang merasa tidak enak, karena dia merasa bahwa ia merendahkan kondisi ekonomi bibi Jung.

"Eh enggak kok, maaf bibi Jung. Saya ga berniat seperti itu kok, rumah bibi nyaman sampai saya bernostalgia," jelas Chaemi.

Bibi Jung hanya ber-oh ria, setelah itu mereka diam. Tidak ada yang berbicara membuat suasana menjadi canggung.

"Anda mandilah dulu, saya akan menyiapkan makan malam. Ini sudah sore, kamar mandinya ada di sebelah kiri dekat kulkas," titah bibi Jung.

"Bibi bisa ga ngomongnya jangan formal gitu, kita udah ga punya ikatan apapun. Aku datang ke sini menjadi tamu bukan majikan lagi, anggap saja kita seperti orang tua dan anak ataupun bibi dan keponakan," pinta Chaemi.

Chaemi merasa tidak enak dengan bibi Jung yang terlalu menghormatinya, padahal mereka sudah tidak terikat dengan dunia pekerjaan lagi.

"Baiklah kalau begitu permintaanmu Chaemi, aku akan menurutinya," kata bibi Jung. Chaemi tersenyum senang dan pergi dari sana, meninggalkan bibi Jung yang tersenyum geli melihat tingkah nya.

                                                ***

Sedangkan di rumah Jungwon, Jungwon memilih untuk berkurung di dalam kamarnya dari pada bergabung dengan mereka. Mata Sunghoon selalu menajam melihatnya saat ingin mengikuti ajakan Sunoo.

Sunoo mengajaknya untuk bergabung, tapi pelototan dan tatapan tajam dari Sunghoon membuatnya memilih untuk menolak dan pergi.

Biarpun dalam hatinya merasa tidak enak dengan Sunoo yang cemberut, tapi mau bagaimana lagi Sunghoon memaksanya dan ia memilih untuk mengikutinya.

Terdengar suata tawa yang ramai di balik pintu kamarnya, Jungwon tersenyum getir mendengar itu. Dia ingin bergabung dengan teman abangnya, mereka seperti tidak masalah dengan keadaannya tapi Sunghoonlah yang melarangnya.

"Ma, bang Sunghoon malu sama keadaan Wonie yang cacat ini," gumam Jungwon.

Jika ibunya di rumah pasti Jungwon tidak akan mendapatkan kekejaman seperti ini, dikatakan anak pembantu membuatnya merasa bahwa dia memanglah budak.

"Wonie dibilang anak pembantu ma hehe, anak pembantu."

"Mama kapan pulangnya? Wonie ga mau bang Sunghoon lama-lama di sini, Wonie takut. Biarpun ada kak Jin Yu, tapi tenaga bang Sunghoon itu kuat, Wonie takut disiksa kayak dulu lagi Ma," tutur Jungwon.

Jungwon memilih untuk memejamkan matanya, saat dia ingin tidur tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Sunghoon yang berdiri.

"Apa?" tanya Jungwon.

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang