19. Keinginan Sunghoon

291 48 16
                                    

Sunghoon terbangun dari tidurnya, senyumnya terbit saat mengetahui bahwa orang tuanya pasti akan datang menjenguknya. Ah membayangkannya saja sudah membuat Sunghoon senang.

"Sunghoon kamu udah bangun, ini dimakan dulu ya sarapannya," titah bibi Jung. Sunghoon pun bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di headboard.

"Habisin ya, abis itu kamu minum obat. Untuk surat sekolah kamu bibi udah minta surat keterangan dokter dan udah dikirim ke sekolah." Sunghoon hanya menganggukkan kepalanya, fokusnya se2karang hanya kepada makanan di depannya ini.

"Bibi, mama sama papa bakal dateng kan?" tanya Sunghoon di sela-sela kunyahannya, bibi Jung mengangguk sambil tersenyum.

"Katanya mereka udah di bandara, bentar lagi kayaknya bakal sampe," ucap bibi Jung.

Sunghoon semakin bersemangat mendengar itu, dia tidak sabar melihat bagaimana raut wajah khawatir ibunya. Dia pasti akan mendapatkan kasih sayang seorang ibu kan? Iya kan?

"Ga sabar banget," gumam Sunghoon. Bibi Jung ikut tersenyum sekaligus sedih mendengar itu, Sunghoon terlihat seperti orang yang haus akan kasih sayang tapi itulah kenyataannya.

"Hoon, kalau misalnya yang kamu inginkan ga sesuai sama kenyataan gimana?" Kunyahan di mulut Sunghoon seketika terhenti, bukan hanya itu senyumnya juga luntur dalam sekejap mata.

"Apa Sunghoon sejahat itu sampe dunia ga ngasi sedikitpun kebahagiaan untuk Hoonie?" Bibi Jung terdiam mendengar itu, dia bingung ingin mengatakan apa.

"Bi? Kok diem?" Bibi Jung menggelengkan kepalanya, dia tersenyum menatap Sunghoon. Saat ini Sunghoon benar-benar membuatnya kasihan, mata Sunghoon memancarkan kesedihan yang mendalam.

"Hoon, bibi boleh nanya?" Sunghoon mengangguk sebagai jawaban, bibi Jung menghela nafasnya terlebih dahulu, semoga saja pertanyaan ini tidak membuat Sunghoon membencinya.

"Kamu kenapa benci sama Jungwon? Alasan kamu apa?" Sunghoon langsung menatap bibi Jung, matanya menatap bibi Jung dari atas ke bawah dan berdecih.

"Bibi udah berapa lama tinggal bareng kita? Itu pertanyaan ga penting bi, kenapa masih ditanya?"  jawab Sunghoon dengan nada ketus.

"Karena bibi kurang puas sama jawaban kamu, kasi jawaban yang pas Sunghoon. Satu jawaban ga akan membuktikan kebenaran yang disembunyikan!"

Sunghoon menghempaskan mangkok yang dipegangnya tadi ke nakas, nafasnya berderu naik turun. Aura dingin kini terlihat menyelimuti dirinya, Sunghoon sudah diliputi kemarahannya.

Netranya yang tajam menatap bibi Jung, tangannya terkepal kuat dan wajahnya memerah menandakan pemuda itu benar-benar emosi.

"Kenapa orang kayak lo ada di rumah gue, apa lo ga sadar sama posisi lo? Lo cuman pembantu di rumah gue ... jadi jangan ikut campur masalah gue, ke luar dari sini karena gue ga memerlukan orang kayak lo!" cerca Sunghoon.

Jangan tanya bagaimana perasaan bibi Jung saat ini, bibi Jung berdecih dan membuang muka. Sunghoon si anak sombong ini telah menginjak-injak harga dirinya.

"Aku pembantu tapi aku mengetahui semua kelakuanmu, jangan terlalu kasar kepadaku Sunghoon. Ingat aku ikut tinggal di rumah penuh kontroversi itu, aku bisa saja membocorkan semua kelakukanmu!"

Suasana semakin mencekam saat ucapan pedas bibi Jung ke luar lancar dari mulutnya. Biarkan saja, baginya anak majikannya ini memang harus ditampar menggunakan perkataan.

Jangan hanya dia yang selalu mencaci orang, terkadang dia juga harus dicaci balik agar sadar diri.

Sunghoon semakin menatap tajam bibi Jung, bibi Jung tidak takut dengan semua itu. Dia bahkan semakin merasa tertantang, hanya segitu tapi dia sudah emosi?

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang