Jungwon berkutat di dapur, siang ini dia akan memasak untuk mereka berdua. tidak peduli jika Sunghoon menyukainya atau tidak, tapi semoga saja Sunghoon menyukainya.
Wangi harum dari masakannya membuat dirinya merasa senang. Perlahan-lahan Jungwon mengaduk sup yang dimasaknya.
Setelah selesai dengan supnya, Jungwon mengambil mangkuk yang sudah disediakannya sendiri. Jungwon mulai memasukkan sup itu dengan perlahan.
Saat ingin membawanya dia menjadi bingung, bagaimana cara membawanya jika tangannya harus memutar kursi rodanya? Kalau membawa makanan sebelumnya bisa, dia meletakkannya di pahanya dan membawanya ke meja makan.
Tapi makanan berkuah seperti ini? Sup itu juga masih panas, bisa-bisa nanti pahanya terbakar karena itu.
"Apa ga usah dibawa aja kali ya?" gumam Jungwon. Dia melihat meja makan yang sudah lengkap, hanya tinggal supnya yang belum ada di sana.
"Tapi nanti Wonie makannya ga ada kuah dong, mana enak."
"Tunggu hangan aja deh, dibawa make alas piring."
Jungwon kembali meletakkan supnya di meja kompor dan menunggunya hangat, sesekali dia mengipasnya menggunakan tangannya.
Sambil mendinginkan makanannya, Jungwon kembali terpikir dengan perlakuan Sunghoon tadi. Dia hanya berpikir, sampai kapan Sunghoon akan berbuat seperti itu?
Apa segitu menjijikkannya Jungwon sehingga dia tidak ada tempat di hati Sunghoon? Jungwon benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Sunghoon.
"Supnya kayaknya udah dingin," monolognya. Jungwon mengambil piring dan meletakkannya di bawah mangkuk tadi, dengan perlahan dia meletakkan mangkuk dan piring itu di atas pahanya lalu membawanya ke meja makan.
"Semoga ga jatuh."
Jantung Jungwon berdegup kencang saat ini. Jika sup ini jatuh maka dia susah untuk membersihkannya. Meminta bantuan Sunghoon? Yang benar saja Sunghoon tidak akan membantunya sedikitpun.
Sesampainya di meja makan, Jungwon langsung meletakkan suo tadi dan tersenyum lega. Ternyata kerja kerasnya tidak mengkhianati hasilnya.
Saat ingin menyantap makannya, Jungwon melihat Sunghoon yang ke luar dari kamarnya. Rambutnya basah dan terlihat selesai mandi.
Jungwon diam saja tidak mengajaknya, entahlah Jungwon hanya tidak ingin makannya terbuang sia-sia jika mengajak Sunghoon.
Memang benar masakan itu untuk mereka berdua, tapi jika makanan itu bisa membuat Sunghoon murka maka lebih baik Sunghoon tidak memakannya.
Sunghoon berdecih sinis melihat Jungwon makan dengan khidmat, dia berjalan angkuh ke arah meja makan dan menatap masakan yang tersedia.
"Masakan lo?" tanya Sunghoon.
"Iya," jawab Jungwon tanpa melihat Sunghoon.
Sunghoon merasa kesal melihat itu, dia meminum air yang tersedia di sana dan membanting gelasnya kuat-kuat. Jungwon terkejut, dia sontak menatap Sunghoon yang sedang menahan amarah.
"Berani-beraninya lo makan tanpa nunggu gue duluan, lo juga ga ngeliat gue pas gue lagi ngomong," ujar Sunghoon pelan.
Jungwon demi apapun takut saat ini, pupil dan tubuhnya bergetar. Seharusnya tadi dia tidak mencuekkan Sunghoon agar Sunghoon tidak semarah ini.
Jungwon memegang erat sendoknya dan menutupkan matanya saat Sunghoon berjalan ke arahnya. Baiklah, badan Jungwon sudah siap menerima hukumannya kali ini.
"GUE INI ABANG LO BOD*H!" teriak Sunghoon. Dia mengatakannya sambil memukul kepala Jungwon dengan piring yang dibawanya.
"GA ADA RASA HORMATNYA LO SAMA YANG LEBIH TUA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)
Fiksi PenggemarSeseorang yang bernama Jungwon harus menelan pahitnya kehidupan, semua itu dia telan hanya cacat yang dialaminya. Cacatnya berasal dari lahir, dia harus mengalami kelumpuhan karena tidak memiliki tulang sum-sum. Jika orang lain akan disayangi oleh k...