40. Bonchap

479 45 8
                                    

Bertahun-tahun mulai berlalu, kesedihan yang dulu terasa mendalam sekarang mulai perlahan. Tubuh dan pikiran yang seolah ingin berhenti berjalan, kini mulai kembali menegakkan badan.

Semua orang sudah berubah, banyak perubahan di diri mereka setelah ditinggal kedua orang yang disayangi. Berubah menjadi lebih buruk? Tidak, mereka berubah menjadi lebih baik. Belajar dari kejadian yang sudah berlalu dan mencoba untuk memperbaiki diri.

Ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan lukisan indah, serta canda tawa anak-anak dan juga beberapa remaja menemani si pemuda sore ini.

Menyempatkan diri untuk membagi ilmu kepada orang lain sebelum berangkat ke tempat lain. Tangan-tangan sang ahli lukis menekan kuas ke canvas yang begitu dicintai.

"Kak Jungwon," panggil seorang anak kecil.

Jungwon, seorang pelukis yang kini menjadi pelukis terkenal. Mempunyai banyak karya yang dikenal oleh orang-orang besar, memutuskan untuk tetap membuka kelas lukis Jin Yu.

Tidak ada alasan untuk menutup kelas lukis ini, tak lupa foto Jin Yu dan Sunghoon di pajang di dinding sebelah kanan. Beserta lukisan-lukisan anak-anak yang membuat ruangan tersebut semakin indah.

"Iya? Kamu butuh sesuatu?" tanya Jungwon lembut. Jemarinya yang panjang terulur mengelus rambut anak perempuan itu.

"Enggak," jawab anak itu seraya menggeleng pelan. Jungwon terkekeh, ia merasa tidak tahan dengan kegemasan yang diberikan anak kecil ini. Saking tidak tahannya, Jungwon mulai menarik pipi anak itu membuat si anak mengaduh kesakitan.

"Kakak sakit!" rengeknya. Bukannya merasa bersalah, Jungwon malah cekikan dengan wajah tidak bersalah.

"Jadi, Andina kenapa kamu ke sini hm? Butuh bantuan gadis kecil?"

Anak kecil itu menggeleng dan memberikan lukisannya. Jungwon menerima lukisan itu dengan kerutan di keningnya, matanya meneliti lukisan itu. Todak ada yang salah, lalu kenapa anak itu memberikan ini?

"Mau minta tanda tangan temennya kakak," cicitnya pelan. Tangannha terletak di tubuh belakang sambil bergoyang-goyang pelan ke kanan-kiri.

"Temen kakak?"

Anak itu mengangguk pelan dengan bibir yang mengerucut. "Temen kakak yang ganteng itu, yang udah jadi artis besar Dina mau tanda tangan dia di lukisan yang Dina buat, kak Jungwon mau pergi nemuin mereka kan? Dina minta tolong ya," pintanya.

Jungwon menggaruk pelipisnya pelan, lukisan itu ia taruh di pahanya dan mulai menjalankan kursi rodanya ke arah meja di sudut sebelah kiri.

Jungwon masih sama, ia masih tetap tidak bisa berjalan karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Jungwon tidak terlalu bersedih, ia selalu bersyukur walaupun kondisinya seperti ini.

"Coba kamu tunjuk yang mana satu, temen kakak ada banyak yang jadi artis," titah Jungwon. Foto tersebut dihadapkan ke Dina, Dina mulai meneliti wajah mereka dan menunjuk salah satunya.

"Ohh, bang Jay." Jungwon mengangguk paham, ternyata Dina ingin tanda tangan pria itu. Pria yang selalu dijuluki Dina sebagai pria tampan.

"Bolehkan Kak?" Mata anak itu memancarkan harapan yang begitu tinggi, Jungwon yang sekarang sudah mulai jahil mulai tersenyum jahat.

"Kalau kakak minta tebusan kamu mau kasi ga?"

Wajah Dina mulai bersedih mendengar itu, ia benar-benar berharap bahwa Jungwon akan menerima semuanya dengan lancar, tapi ternyata tidak semudah yang ia harapkan.

"Dina ga punya uang, kak Jungwon tau kan kalau Dina masuk ke sini aja dibayarin sama kakak," kata Dina sedih.

"Bukan bayaran itu maksud kakak Dina."

KALA ARUNIKA MENYERAH DENGAN GULITA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang