27 : Penjara Yang Membelenggu Dirinya

1K 168 2
                                    

Tubuh Jaehyun mati rasa.

Diberi pukulan, cambukan, bogeman, sudah ia terima sedari tadi.

Tak ada lagi rintihan maupun ringisan yang keluar dari mulutnya, dirinya telah mati rasa.

Warna merah pekat telah keluar dari mulut dan hidung dia. Mencoba melawan?

Tidak bisa jawabannya.

Tangan dan kakinya terikat di kursi. Yang ia lakukan hanyalah, cukup diam dan nikmati pukulan serta bogeman dari sang ayah.

Hanya itu.

Menatap Ayahnya dengan tatapan menantang, walau badan telah hancur lebur. Kegiatan Jaehyun, yang berhasil memancing amarah Alavaro yang memuncak.

Dengan alis yang mengerung, serta mata yang menajam Alvaro berjalan mendekati Jaehyun yang terduduk. Lalu mencekiknya kuat kuat.

Menatap sang anak dengan tatapan sarat akan amarah yang meletup letup, seperti gunung merapi yang siap mengeluarkan seluruh lava yang ia simpan selama ini.

Ia terus mencekik Jaehyun, hingga terdengar suara kkhk dari bibir Jaehyun. Pertanda bahwa ia kekurangan oksigen.

Namun Jaehyun enggan bicara. Jika di suruh memilih tuk melanjutkan hidup atau mati sekarang.

Ia pilih mati.

Karena sejujurnya, ia lelah.

Lelah, menjadi bahan eksperimen sang Ayah yang terobsesi, tuk membuatnya menjadi calon calon filsafat dengan kecerdasan di atas rata-rata.

Ia miris sendiri bila melihat kebelakang sosok Jaehyun kecil, yang hanya bisa patuh, takut tuk melawan sikap otoriter sang Ayah.

Kembali terdengar suara kkhk tapi tetap. Alvaro belum ingin melepaskan cekikikan nya.

Ia ingin membuat sang anak jera. Dan kembali patuh kepadanya. Ia ingin Jaehyun seperti dulu, yang patuh bukan pembangkang.

Dengan nafas tersengal dan mata yang menajam Alvaro berujar. "Balik ke Jaehyun yang menurut. Atau kamu mati sekarang juga."

Disela sela ia mencuri nafas, Jaehyun tersenyum mengerikan. "M-matih."

Jaehyun memilih mati. Emosi Alvaro yang memuncak, langsung menendang keras kursi yang diduduki oleh sang anak, hingga terjatuh kelantai dengan sangat keras.

Jaehyun yang masih terikat dikurai itu, harus sedikit meringis, lengannya tertindih oleh kursi sialan.

Sedikit perih, namun rasa perih itu perlahan menghilang tatkala sinar gelap mulai menghampirinya, di sela sela sang Ayah yang dia memberi cambukan di dadanya yang telanjang.

Jaehyun hanya ingin hidup, seperti remaja pada umumnya.

Menikmati masa muda, berkencan, bukan dituntut menjadi jenius yang harus mengalahkan Elbert Einstein.

Itu mustahil.

Jaehyun hanya manusia biasa. Bukan robot. Ia punya titik dimana rasa jenuh, menghampiri zona yang selama ini ia naungi.

Hingga suatu ketika, saat ia tak sengaja bertemu dengan pria tampan yang menyuruhnya tuk menentukan hidupnya sendiri.

"Ikuti apa kata dan ragamu inginkan. Ini hidup mu, bukan hidup orang lain. Walau pada nyatanya, orang tua merupakan sosok yang berjasa karena telah melahirkan kita di dunia ini, tapi jika mereka menyuruh mu tuk menjadi seperti yang mereka inginkan, namun tak sesuai dengan passion mu."

"Ku rasa, kau harus berlari keluar. Menghirup udara bebas. Dan menikmati setiap detik yang terjadi di luar sana."

"Usiamu masih muda. Belajar tentu sangat penting untuk anak seusia mu. Tapi jika kau terlalu memaksakan."

"Itu akan sia sia. Segera keluar dari penjara yang membelenggu dirimu. Lari dan lihatlah dunia luar yang sebenarnya."

"Nikmat dunia ini, sebelum ajal menjemput mu."

"Karena ajal tak peduli akan usia."

Andaikan ayahnya seperti ayah Mingyu. Mungkin ia akan hidup bahagia.

Mingyu beruntung memiliki ayah sesempurna.

Sejak menginjak bangku 10 SMA, barulah Jaehyun mulai menentang perintah sang ayah.

Yang awalnya kegiatannya adalah belajar 24/7 justru ia pergi ke warnet secara diam diam. Dan kembali ke rumah, yang langsung dihadiahi dengan cambukan sabuk tepat di tangannya.

Sampai di titik ini.

Titik dimana Jaehyun masih terbelenggu penjara yang diciptakan oleh ayahnya sendiri.

Walau sebagian raga dan hatinya telah merasakan kebebasan. Namun pasti saja, dirinya akan tertangkap oleh anak buah sang ayah.

Yang membawanya pulang dengan paksa, mendorong tubuhnya hinggap terjatuh dilantai, tepat di kaki sang ayah.

Hinggap detik ini, Jaehyun masih berusaha untuk terlepas sepenuhnya dari penjara yang selama ini membelenggu dirinya.



•••

"Jaehyun?"

"Jaehyun.."

"Jaehyun diamana?"



TBC

❝Angel❞ [Jaerose End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang