Tidak pernah sekali pun Halena punya aspirasi untuk mengkhianati suaminya, tapi pertemuannya dengan Lucas semalam mau tak mau membuatnya memikirkan pria itu. Halena merasa bersalah dengan hanya memikirkannya saja.
"Mengapa aku tidak bisa menjadi pendampingmu, Halena? Padahal yang kita lakukan adalah membuktikan cinta kita pada dunia."
Suara Lucas terdengar putus asa ketika Halena memberitahunya bahwa dia akan menikah dengan Tristan. Dijelaskannya pula pernikahan itu adalah cara Halena untuk menebus kesalahannya kepada keluarganya. Hanya dengan menikah, Halena dapat memperoleh maaf dari orangtuanya setelah dia membuat malu keluarga.
Lucas memeluknya, mencoba meyakinkan Halena untuk tetap bersamanya, namun dengan berat hati Halena menggeleng. Perlahan dia menjauh dari Lucas. Disembunyikannya tangisnya yang mengandung kepedihan itu..
Pagi itu Halena terbangun dengan air mata yang berlinang dari kedua matanya. Dalam keheningan kamarnya, dia memendam rasa rindu sekaligus sedih itu sendiri. Isakannya pun dia tahan agar tak terdengar oleh suaminya.
Halena merasakan telapak tangan Tristan yang ada di dadanya yang telanjang. Suaminya masih memeluknya dari belakang. Setelah sekian lama menjadi istri Tristan, akhirnya aku teringat kembali pada Lucas, pikir Halena dengan rasa malu yang bersemayam di dadanya. Hal yang selama ini kuhindari. Hal yang selama ini tak ingin kulakukan. Aku... Aku melakukannya, dan.. Aku bahkan membandingkan suamiku dengan Lucas.
Selama ini aku yang keki dan jengkel setiap Tristan membahas perempuan lain, menyebut nama perempuan lain, membela perempuan lain, tapi aku sendiri... Apa bedanya aku dengan suamiku? Aku tidak lebih suci darinya, bahkan lebih parah... Aku merindukan seseorang yang masih hidup! Ya, aku ingin bertemu Lucas, aku ingin menanyakan kabarnya, aku ingin bercerita dengannya.. Ya Tuhan.
Perlahan, Halena menepiskan tangan Tristan dari tubuhnya. Dia turun dari tempat tidur tanpa mengenakan busana apapun. Sempat dilihatnya pakaian Tristan semalam masih tergeletak di lantai. Semalam adalah seks terburuk, pikir Halena risau. Aku memang mendesahkan nama suamiku-aku berusaha keras untuk konsentrasi melakukannya-dengan Lucas yang ada di pikiranku.
Halena tidak menghabiskan waktu lama untuk mandi. Dia tahu jika dia berlama-lama di sana pikirannya akan semakin kacau. Cukup beberapa menit saja dia mandi di bawah shower. Sesudah mandi dia bersiap, kemudian ke dapur untuk memastikan Bibi sudah menyiapkan sarapan, lalu dia ke ruang musiknya.
Dia kembali membayangkan Lucas. Apa yang dia pikirkan saat melihatku, pikir Halena penasaran. Dia tidak terlihat cemburu, tapi juga tidak tampak senang. Apakah dia sama denganku setelah semalam, memikirkannya tanpa henti? Halena mencoba menyingkirkan pikirannya tentang Lucas dengan bermain piano. Awal-awal jarinya lancar saja memainkan beberapa lagu dari Chopin, namun dia mulai merasakan sakit yang tak tertahankan.
Dia rindu. Rindu sekali.
Tanpa disadarinya dia memainkan lagu Moonlight Sonata 3rd Movement-nya Ludwig van Beethoven. Dia terbiasa memainkan lagu dengan tempo yang cepat, tapi kali itu dia tidak peduli dengan keindahan dan ketepatan lagu tersebut, dia bahkan mempercepat temponya seakan hal itu bisa melampiaskan segala sesak yang ada di dadanya.
Selepas dia bermain, sedikit kelegaan menghampirinya. Aku tidak bisa melupakanmu, Lucas, pikirnya. Aku bahkan membuat anakku belajar biola. Saat Alex kecil bertanya mengapa aku ingin dia mahir bermain biola, aku teringat padamu. Sekali pun aku tidak bisa memilikimu, setidaknya aku ingin anakku sepertimu. Aku ingin, setiap aku melihat anakku bermain biola, aku bisa melepaskan rinduku padamu.
Aku ingin... Aku ingin, ah memalukan. Aku ingin dia bersanding denganmu di atas panggung suatu hari nanti. Aku ingin dia seperti kau dan tidak seperti Tristan. Aku ingin membalas Tristan yang sudah merebutku darimu dengan menghadiahkannya seorang anak yang tidak mirip dirinya.
Aku memang wanita yang kejam, yang penuh dendam. Sebenarnya, aku merasa tidak bahagia bersama Tristan. Aku merasa, kami berdua hanya berada di pernikahan yang salah. Pernikahan yang tidak seharusnya.
Halena terkejut saat dia mendengar suara Tristan menegurnya. "Kau sedang apa? Melamun seperti banyak pikiran."
Dia menoleh pada suaminya yang berdiri bersandar di pintu. Halena menggeleng. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa. Lidahnya terasa kelu.
"Temani aku sarapan, Halena," kata suaminya datar, lalu pergi dari hadapan Halena.
Di ruang makan pun Halena tidak banyak bicara. Dia melayani suaminya seperti biasa. Menuangkan kopi ke cangkirnya. Menaruh lauk di atas piringnya. Ditunggunya saja sampai suaminya mengajaknya ngobrol duluan.
Tristan tampak biasa saja, dia membaca korannya terlebih dahulu, kemudian mulai menyantap sarapannya. Diingatkannya Halena untuk makan yang dijawab dengan anggukan.
Halena pikir, suaminya tidak akan tahu apa yang dipikirkan Halena. Halena sudah bermain rapi dengan tidak menyinggung sama sekali soal Lucas.
Halena keliru.
"Jadi, apa kau memimpikan Lucas semalam?" tanya Tristan santai saja. Diseruputnya kopinya kemudian.
Terhenyak Halena saat Tristan menyebut nama Lucas. Dia tidak bisa menjawab. Diamnya pun dianggap ya oleh suaminya.
Tristan mengangguk-angguk tenang. "Pasti menyiksamu, bukan? Kau merindukannya sementara kau tidak bisa bertemu dengannya," sambungnya dilanjutkan dengan tawa. "Pernikahan ini menyenangkan, iya kan, Halena? Aku terpaksa meninggalkan kekasihku untuk membersihkan namamu, dan kau harus melepaskan pacarmu dan terjebak denganku selamanya."
"Apa maksudmu? Kita bersepakat untuk bercerai setelah Alex menjadi direktur, kan?" tanya Halena tanpa menutupi kecemasannya. Mau sampai kapan Tristan menyiksanya dengan pernikahan ini?
"Kau lebih kenal anakmu. Menurutmu, dia bisa menjadi pemimpin di perusahaanku?" Tristan balik bertanya. Ditatapnya istrinya dengan tajam. "Aku merasa, kau sengaja menjadikannya lemah begitu, agar kau bisa selamanya denganku. Kau sebenarnya masih mengharapkan cinta dariku."
Mata Halena membelo tak percaya dengan ucapan Tristan, namun Tristan hanya tertawa sinis padanya. Selepas sarapan, Tristan mencoba untuk mencium istrinya, yang sempat dielak Halena, namun Tristan berhasil menarik dagunya dan membuat bibirnya mendarat di bibir istrinya.
"Forever with me, Sweetheart," kata Tristan, memberi senyum menyebalkan.
*I hope you like the story*
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cerai untuk Halena #Completed
RomanceTristan mencengkram kedua bahu istrinya. "Kau orang yang merenggut kebebasanku. Aku harus kehilangan wanita yang kucintai karena kau. Kenapa sekarang aku repot-repot memperhatikan perasaanmu agar bisa lepas dariku?" Tristan tersenyum licik pada istr...