39 ~ Kau bisa bermain piano?

2.1K 218 843
                                    

Moodboard

Moodboard

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Tristan tahu bahwa Halena mengawasinya dari jauh. Begitu Halena tidak ada di dekat jendela, Tristan bertanya pada anaknya yang baru saja mengemudikan mobilnya keliling komplek rumah. Anak itu keluar dari mobilnya. "Apa kau mau mobil yang lebih mewah daripada ini?"

"Siapa yang tidak mau?" sahut anaknya acuh tak acuh.

"Kau bisa memiliki mobil yang jauh lebih mahal daripada ini, Nak, bahkan tanpa bekerja keras."

"O ya? Dengan mendapat warisan dari Papa?" tanya Alex datar. Warisan artinya Tristan harus meninggal dulu agar Alex dapat memperoleh apa yang ditinggalkan. Sesuai dugaannya, wajah ayahnya terlihat kaget sekaligus marah mendengar omongannya.

"Kau beruntung kau baru saja keluar dari rumah sakit," sahut Tristan sinis. "Kalau tidak, Papa akan memarahimu. Alex." Tristan menatap anaknya tajam. "Kau tidak bisa terus mengancam orangtuamu. Suatu hari nanti, saat orangtuamu sudah tidak ada, kau hanya bergantung pada dirimu dan pekerjaanmu kelak."

"Kenapa tiba-tiba membicarakan ini?"

"Apakah kau tidak khawatir dengan ibumu, Nak? Dia sekarang dekat dengan Ayuni, ya walaupun mereka kakak-adik, tapi siapa yang menjamin Ayuni punya hati yang baik?"

"Kenapa dia tidak punya hati yang baik? Papa saja mencintai ibunya. Artinya ibu Ayuni baik, kan? Atau selera Papa memang perempuan berhati busuk?" sahut Alex tenang.

Beraninya dia menjelekkan Naya, maki Tristan. Jika dia bukan darah dagingku, sudah aku habisi dia!

"Alex, come on," kilah Tristan tidak suka. "Kita tidak membicarakan Papa dan ibu Ayuni."

"Aku tidak peduli lagi sekali pun dia tidak baik," jawab Alex terus terang. "Selama Mama bahagia dekat dengannya, kenapa tidak?"

"Alex, kau naif sekali. Gadis muda itu tidak mau bekerja keras, maka dimanfaatkannya kebaikan ibumu. Kenapa kau tidak sadar juga? Setelah dia merampas harta ibumu, kau tidak tahu kan apa yang akan dilakukannya?"

"Well, I can say the same thing about you," sahut Alex tenang. "Apa yang akan Papa lakukan setelah Papa memperoleh harta Mama? Papa." Alex mencengkram kedua bahu ayahnya, membuat ayahnya tersentak sedikit. "Kita tidak terlalu berbeda. Aku tahu Papa akan menyingkirkanku jika harta itu jatuh padaku. Satu hal lagi. Papa bilang Papa tidak akan menyakiti Mama. Membicarakan harta Mama menurutku termasuk menyakiti Mama." Alex melepas cengkraman itu dan berjalan masuk ke rumah.

Tristan berdecak-decak di belakangnya. Anak itu, pikirnya kesal. Keras kepala sekali! Betapa pongahnya dia sekarang. Dia mana tahu hidup susah, apalagi kerja keras!

Dia menoleh ke Range Rover baru di dekatnya. Sabar, Tristan, sabar, dia mengingatkan dirinya sendiri. Kau harus tenang-tenang dengan anak itu. Tidak bisa keras lagi, karena anak itu sudah tahu kelemahanmu yaitu anak itu sendiri. Selama anak itu masih tidak suka dengan Ayuni, Alex masih berguna untuk menolongnya mendapatkan harta Kakek Gunadi.

Surat Cerai untuk Halena #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang