Sikap ibunya yang baik pada Ayuni menimbulkan pertanyaan bagi Alex: Mengapa ibunya begitu? Bukankah Ayuni anak dari petaka bagi keluarga? Alex bukannya tidak tahu soal wanita lain bagi ayahnya. Dia tahu sekali. Seringkali dia mendengar perseteruan orangtuanya yang selalu membawa nama perempuan bernama Naya itu.
Tak pernah terpikir pun oleh Alex bahwa ibunya sanggup membawa anak Naya ke rumah mereka. Terlebih lagi, membiarkan Alex jatuh cinta pada anak dari perempuan yang telah menyakiti hati ibunya.
Alex menghela napas panjang, selagi mempertimbangkan hubungannya dengan Ayuni. Dia tidak mungkin... Dia tidak bisa, melanjutkan percintaannya dengan Ayuni. Jika perasaan yang ada di dalam hatinya kini menguat, akan sulit baginya melepaskan diri dari Ayuni, tapi bagaimana caranya?
Hari itu Ayuni datang ke rumah, membawakan makanan yang dimasaknya sendiri untuk Bu Halena, sekalian melihat keadaan Bu Halena yang masih sedih karena kakeknya yang sedang sakit. Alex memperhatikan mereka yang sedang berbincang-bincang di ruang musik. Aneh. Ibunya tidak terlihat benci pada Ayuni, sebaliknya, wajah ibunya yang murung itu berubah menjadi lebih riang dengan kedatangan Ayuni.
Menyadari kehadiran Alex di luar pintu, Halena memanggil anaknya untuk masuk. "Masa kau masih malu-malu," kata Halena disertai tawa. "Bukankah kau rindu pada Ayuni?"
Alex memilih untuk menggeleng. Dia membalikkan tubuhnya dan tidak menemui Ayuni, membuat baik Ayuni maupun Halena mengernyit heran.
"Kenapa dia," gumam Halena bingung. Ia menoleh lagi pada Ayuni. "Padahal dari kemarin dia bilang ingin bertemu denganmu."
Ayuni merasa sedih ketika Alex terlihat tidak senang dengan kehadirannya, namun di depan Bu Halena dia menunjukkan senyum. Dia kembali berceloteh soal kuliahnya. Dari situ pembicaraan mereka melebar ke mana-mana. Ayuni ingin mengalihkan pikiran Bu Halena dari kakek Bu Halena ke topik apapun. Dia ingin menyenangkan hati Bu Halena.
Sejak diberitahu bahwa kakek Bu Halena sekarat, Ayuni menjadi tidak tenang. Dia kesulitan tidur, memikirkan bagaimana perasaan Bu Halena. Dia merasa ingin bertemu dengan Bu Halena dan membuatnya tidak sedih. Entah perasaan apa itu. Menurutnya, rasa itu hanya rasa rindunya pada sosok ibu yang tak pernah dimilikinya.
Ayuni bahagia saat bisa menghabiskan waktu dengan Bu Halena, sayangnya mereka terpaksa menghentikan obrolan seru mereka ketika salah satu murid Halena sudah datang.
Ayuni pamit, tapi tidak langsung pulang. Diketuknya pintu kamar Alex. Dipanggil-panggilnya nama pemuda itu.
Alex membuka pintu. "Kau," katanya datar. "Ada apa?"
"Mas tidak apa-apa?" tegur Ayuni khawatir. "Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk menghibur Mas Alex?"
Perlahan Alex menggeleng. "Tidak ada. Saya hanya sedang lelah, kebanyakan belajar." Itu betul. Saat itu Alex sedang mempersiapkan untuk kuis beberapa mata kuliah yang sudah dijadwalkan minggu depan. "Kau bagaimana kuliah di Depok? Senang?"
Ayuni mengangguk. "Betul hanya itu, Mas? Mas lagi pusing karena kuliah?"
"Ya," jawab Alex lirih. "Kalau tak ada lagi yang ingin kau sampaikan, sebaiknya kau pulang. Saya masih ada yang harus dilakukan."
Sikap Alex cenderung dingin saat itu. Ayuni dapat merasakannya, tapi siapa dia untuk mendesak Alex? Bagaimana pun, Alex anak majikannya, dan dia tidak berani mendesak anak majikannya. Ayuni membalikkan tubuhnya dengan perasaan sedih.
"Jangan hubungi saya lagi ya untuk beberapa saat," tambah Alex di belakangnya. "Papa benar. Saya harus fokus kuliah, dan urusan cinta bukan prioritas saya lagi."
Ayuni memejamkan matanya, meredam pilu yang berkecamuk di dadanya. Dia menoleh, mengangguk sekilas, dan berjalan menjauh dari Alex. Dia tidak bisa mengeluarkan suara sebab jika dia bicara, tangisnya akan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cerai untuk Halena #Completed
RomanceTristan mencengkram kedua bahu istrinya. "Kau orang yang merenggut kebebasanku. Aku harus kehilangan wanita yang kucintai karena kau. Kenapa sekarang aku repot-repot memperhatikan perasaanmu agar bisa lepas dariku?" Tristan tersenyum licik pada istr...