twenty two

32.3K 1.8K 24
                                    

Sejak saat itu keadaan Noah menjali lebih baik, meskipun belum sembuh sepenuhnya.

Kaki yang patah itu belum dapat ia gunakan untuk berjalan, dan bahu nya yang sempat ter kilir juga masih terasa nyeri bila di gerakan dengan keras.

Melihat Noah yang sudah semakin membaik membuat Damian sedikit bahagia, meskipun begitu ia tidak bisa berangkat kekantor.

Damian hanya bekerja dari rumah, terkecuali jika ia harus melakukan pertemuan penting maka ia akan berangkat kekantor.

Jika tidak, Damian akan menjaga Noah di mansion nya, meskipun ia sering mendapatkan desakan agar meninggalkan dirinya sendiri.

Tapi Damian, ia bukan pria yang mudah di bujuk, sekali tidak tetap tidak.

Jika ia mau, ia akan menemani Noah seharian di kamar nya meskipun remaja manis itu akan mengumpat dan menyuruh nya untuk keluar.

Hampir setiap hari, Damian seolah sudah terbiasa dengan sikap Noah yang kasar, blak blakan dan juga bar bar, tapi sekalipun Damian tidak pernah membentaknya, ia hanya akan tersenyum sambil mengelus kepala Noah sambil mengatakan, "berbicara lah yang baik, aku lebih tua dari mu."

Lalu bagaimana dengan Noah? Tentu saja ia tidak menurut, memangnya kenapa ia harus sopan? Siapa Damian di mata Noah? Hanya seorang bajingan yang berkedok sebagai suami ibunya, pria itu bahkan terang terangan mengakui bahwa ia mencintai dirinya.

Lalu, dari segi mana ia harus menghormati Damian?

Bahkan kemarin adalah hari dimana Ben harus pergi meninggalkannya, dan si arogan Damian itu sama sekali tidak mengijinkannya untuk keluar rumah.

Noah menangis hampir satu hari karena itu, hingga membuat Damian kualahan untuk menanganinya.

Dan saat ini, Noah sedang menjalankan rutinitas nya yang akhir akhir ini sering ia lakukan, yaitu membaca buku.

Meskipun banyak cobaan, Noah tidak akan melupakan tujuannya, ia ingin menjadi sarjana , dan tahun depan adalah tahun dimana ia akan mendaftar untuk mewujudkan cita citanya itu.

Jadi untuk mempersiapkan dirinya, Noah memutuskan untuk belajar dari jauh jauh hari agar ia bisa memperoleh hasil yang ia impikan kelak.

"Noah, sudah tiga jam kau membaca, ayo istirahat dulu, aku akan membawakan buah untuk mu," kata Damian, pria itu duduk di sofa sambil memangku laptop nya, rambut nya berantakan, ia juga hanya mengenakan pakaian santai, dan sebuah kaca mata yang bertengger di hidungnya.

Entah mengapa pria itu tampak sangat tampan dan.. euh.. seksi dengan kaca mata itu.

Lihatlah, kaos tipis berwana hitam itu mencetak lekuk tubuh sempurna Damian, sangat jantan.
(LAKIK><)

Tatapan Noah tiba tiba tertuju kepada tubuh Damian bagian bawah, ia mengenakan celana sedikit longgar, jadi ketika ia duduk bagian kaki celana itu sedikit terbuka dan menampakan paha Damian yang kokoh.

Tanpa sadar Noah meneguk salivanya, melihat gundukan besar itu, sepertinya celana longgar itu tidak bisa menutupi batangan kekar dan besar yang ada di bawah sana.

Seketika bayang bayang akan tubuh Damian terlihat, seolah potongan adegan film yang di putar dalam kepala Noah.

Perut dengan kotak kotak, dada yang kekar, otot yang menggoda dan kejantanan yang panjang dan besar.

"Oh sial, apa yang aku pikirkan," Noah bergumam merutuki pikirannya sendiri, apakah ini hanya perasaan alami yang di alami setiap pria.

Perasaan seksual yang ingin di puaskan, jika saja ia merasakan begitu untuk perempuan di luar sana ia tidak akan keberatan, mungkin ia akan melanjutkan fantasi liar nya hingga ia klimaks begitu saja. Tapi apa kabar jika yang ada di otak nya adalah pria itu, pria yang tidak lain adalah suami ibu nya sendiri?

Tidak. Noah menggelengkan kepalanya, "jangan bodoh!"

Damian menatap Noah, ia mendengar apa yang Noah katakan barusan, "ada apa?"

"Ah.. tidak, eum.. kau bilang akan mengambilkan ku buah?"

"Oh astaga, aku lupa, tunggulah disini."

Setelah itu Damian pergi ke dapur untuk mengambil beberapa buah untuk Noah, setelah pria itu pergi akhirnya Noah bisa bernafas lega.

"Apa yang aku pikirkan, apa aku baru saja mengagumi pria itu?"

"Oh.. Noah jangan bodoh, kau tidak bisa seperti ini. Ingatkah dia milik ibu mu. Jangan menambah dosa mu hanya karena iblis tampan itu."

Noah menarik nafasnya, tapi ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.

Pria itu benar benar menggoda dirinya. Ini salahnya, kenapa dia begitu tampan? Apakah wajar pria memiliki wajah setampan itu? Dan kenapa dia harus memiliki tubuh se bagus itu? Bukan kah ini tidak adil untuknya.

Dia hanya memiliki tubuh kurus, dan sangat putih, pinggang ramping, kaki jenjang dan wajah yang manis dengan bibir merah ranum.

Fisiknya tidak begitu menggambarkan tentang lelaki yang perkasa.

Bagaimana jika ia menikah nanti, apakah istrinya akan menerimanya? Apakah istrinya tidak akan iri jika nanti suaminya jauh lebih cantik, putih, seksi dan menggoda darinya?

Noah menghela nafas kasar, terlalu larut dengan pikirannya tiba tiba Noah merasa tidak nyaman.

Ia ingin pipis, tapi bagaimana? Biasanya akan ada pelayan yang membantunya, tapi sekarang tidak ada siapapun kecuali..

"Noah, lihat dad membawakan buah untuk mu."

Noah melihat kearah Damian yang membawa mangkuk dengan buah yang sudah di potong.

"Ini, makanlah, atau kau mau Daddy yang menyuapi mu hm?"

Damian melihat Noah yang sedikit tidak nyaman, ia sedikit menggeliat dan tangannya berada di bawah perutnya.

Pria itu sadar akan tingkah aneh Noah, dan ia bertanya mengenai nya, "ada apa?"

Noah menggeleng, ia menggigit bibir bawahnya, ia sudah tidak tahan tapi ia tidak mau jika Damian yang mengantarnya.

Damian duduk di samping Noah, sementara itu Noah semakin tidak tahan, sudah di ujung, ini darurat.

"Noah ada--"

"DADDY ANTAR AKU KE TOILET AKH SUDAH TIDAK TAHAN AH.."

Damian tersentak kaget, "kau kenapa?"

Noah semakin menggeliat sambil menggeleng, "aku ..sudah tidak tahan.. ayo cepat.. aku aku ingin pipis.."

Mendengar itu Damian mengangkat sebelas alisnya.

"Oh."

"Cepaatt..."

"Baiklah baiklah aku akan membantumu."

Damian mengangkat Noah menuju toilet, anak itu belum bisa berdiri dengan benar.

Jika pun ia bisa berjalan, akan memakan waktu lama untuk tiba di toilet meskipun jaraknya hanya beberapa langkah.

Noah sudah tidak tahan, saat di dalam ia langsung menurun kan resletingnya, dan mengeluarkan penis kecil itu.

"Ahh.." desahnya merasa sangat lega, ia menutup matanya seolah menikmati pelepasan yang sangat nikmat, dengan mendongakan kepalanya keatas.

Tanpa ia sadari, Damian masih disana, melihat semua yang Noah lakukan, melihat bagaiman ia menggenggam penis kecil itu lalu mendesah saat mengeluarkan cairan itu.

Jantung Damian terpacu sangat cepat, nafasnya terasa sangat berat, tubuh nya seketika memanas.

Dan detik selanjutnya ia langsung membalik tubuh Noah dan..

"Hmmpph... Daddy.."

"Ssstt.. tidak, aku tidak akan menyakitimu, jangan khawatir."

_____

 OH DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang