twenty seven

23.5K 1.5K 13
                                    

Sekitar dua jam mereka tertidur, Noah tiba tiba menggeliat merasa tidak nyaman, cuaca sangat dingin Noah berusaha bergerak untuk mencari kehangatan, sementara itu pria di samping nya masih terlelap sambil menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan.

Noah mendesis sebal, pria itu menggunakan selimut tanpa mau berbagi dengannya, selimut tebal itu hanya membungkus tubuh nya saja, sementara tubuh Noah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
"Aku akan mati membeku jika begini terus, bahkan pria ini tidak menyalahkan penghangat ruangan atau membagi selimutnya dengan ku, dasar."

Noah ingin mengambil selimut lain, tapi punggung nya terasa remuk, kaki dan tubuh nya terasa begitu sakit, urat nya terasa kaku dan tertarik.

Tapi sepertinya Damian tidak peduli, ia masih lelap dengan mimpi mimpi nya, Noah tidak memiliki pilihan lain, ia meringkuk di atas ranjang dan memeluk dirinya sendiri, benar benar menyedihkan. Ia tidak begitu kuat dengan suhu yang rendah, kulitnya sedikit memerah dan tulangnya terasa di tusuk tusuk.

"Ssshh.. dingin.."

Damian merasakan getaran di sisi lain ranjangnya, ia mengerjap beberapa kali hingga akhirnya melihat sosok mungil bertubuh putih itu berbaring membelakanginya sambil menggigil.

"Astaga. Sayang kenapa kau tidak memakai selimut? Cuaca sangat dingin, dan kau malah telanjang disana."

Noah membalik tubuhnya menatap pria itu dengan tatapan sengit, "apa kau sadar dengan apa yang kau katakan huh? Kau menggunakan selimut itu seorang diri, menggulungnya di tubuh mu tanpa peduli bahwa aku juga kedinginan. Kau benar benar kejam. Kau hanya menginginkan tubuh ku, kau bajingan Morgan!!"

Damian meringis mendengar perkataan Noah, "astaga astaga, marilah maafkan aku, maafkan aku. Sini tidur di sini aku akan menghangatkan tubuh mu, ayo!"

"Tidak!"

"Sayang, kau bisa masuk angin nanti. Mari, jadi lah rubah penurut dan tidur lah di pelukan ku."

Tatapan Noah semakin tajam, "ambilkan aku selimut lain!"

"Noah.."

"Aku akan pindah kamar jika kau tidak mau mengambilkan aku selimut lain!"

Damian menghela nafas, ia menarik tubuh Noah dan memeluknya seperti bantal guling, wajah Noah menempel di dada bidang pria itu, sementara tangan Damian mengusap punggungnya agar menjadi hangat.

"Tidak ada selimut lain. Jika kau tidak ingin membeku disini maka diam dan tidurlah dengan tenang dalam pelukan ku!"

Noah tidak menjawab perkataan Damian, ia terlalu lelah dan lemas untuk bertengkar dengan Damian, tenaganya benar benar habis dan tidak tersisa jadi ia hanya pasrah berada dalam pelukan itu.

.
.
.
.

Pagi hari kemudian, sekitar pukul delapan pagi.

"Damian.."

"Damian, Daddy.. bangun!!"

"Dad.. awhh.."

Noah menggeliat-liat ingin melepaskan diri dari pelukan Damian, tapi tidak ada pergerakannya dari pria itu, Damian tidur seperti mayat, Noah kadang kadang merasa jika pria itu benar benar kehilangan nyawanya saat ia tertidur, bahkan jika sebuah bom meledak di sampingnya mungkin ia tidak akan terbangun.

Noah kehabisan cara, ia di peluk sejak subuh tadi membuat tubuh nya sesak dan kebas, Damian sedikit mendengkur menandakan ia tidur dengan sangat pulas dan nyaman.

"Daddy.. aku mohon bangun lah, ini sudah siang, kau mengatakan akan mengantarkan ku untuk bertemu ibu ku! Daddy!!"

"Dadd.." rengek Noah hampir putus asa.

Kaki Damian memeluknya, kaki itu sangat besar dan berat, menghimpit tubuh mungilnya yang malang itu.

Tiba tiba ia terpikirkan sesuatu, seringaian tipis tercetak di bibirnya, Noah memasukan tangannya di antara pulang itu.

"Uhh.." Noah menyelipkan tangannya, turun kebawah, terus kebawah hingga ia menemukan sesuatu yang di bawah sana.

Noah mengelus benda itu, yah itu adalah penis Damian, Noah menatap wajah Damian yang merasa tidak nyaman.

"AAARGHH...."

Damian membuka matanya sambil berteriak dengan keras, tubuh nya bergetar dan nafasnya memburu, "ahh.. shit, Noah apa yang kau lakukan?"

Noah terkekeh, wajahnya terlihat sangat sombong dan tertawa penuh kemenangan, "ku pikir kau mati."

Damian meringis, merasakan sakit yang luar biasa saat tangan mungil itu meremas kejantanannya dengan sangat kuat.

Ia yang saat itu tengah bermimpi indah terpaksa terbangun dengan sensasi yang luar biasa.

Sangat sakit, asal kalian tau.

"Sayang, jika kau ingin membangunkan ku, cukup panggil nama ku atau menepuk ku saja, kau tidak perlu meremasnya, itu sangat sakit," kata Damian dengan wajah murung nya.

Noah mencibir, "omong kosong! Aku sudah berteriak di telingamu dan memukul kepala mu berkali kali, tapi kau bahkan tidak bergerak sedikit pun, aku pikir kau mati jadi aku hanya menguji mu."

"Aku tidak mati, tapi kelakukan mu itu bisa benar benar membunuh ku," Damian ingin kembali tertidur, ia masih mengantuk, dan cuaca dingin benar benar membuat nya merasa malas.

"Damian, tidak kah kau merasa bersalah kepada ku?"

Pertanyaan itu membuat Damian terkekeh dengan mata yang tertutup, "apa maksudnya itu?"

Noah mendesis, "bukankah kau sudah berjanji akan mengantar ku ke Washington?"

Damian membuka matanya, ia tersenyum lembut, "Noah, kita akan berangkat sore nanti, sekarang kau harus istirahat, kau butuh tenaga yang cukup untuk kesana," kata Damian.

Noah tiba tiba termenung, ia kembali teringat dengan foto itu dan membuat hati nya kembali sakit.

"Damian.."

"Hmm?"

"Foto itu.. apa itu benar?" Tanya Noah dengan suara pelan dan sedikit serak.

Damian bangun dan menopang kepalanya dengan tangannya, "kemarilah, peluk aku."

"Damian aku bertanya!"

Damian terdiam, ia tersenyum lalu menarik Noah kedalam pelukannya, ia mengecup puncak kepala Noah dan mengusap pipinya.

"Berjanjilah. Apapun kebenaran yang akan kau hadapi nanti, kau harus tetap kuat menghadapinya."

Noah menggeleng, ia tidak sanggup, ia merasa kecewa dan sakit hati, "jika itu benar.. apakah kau akan melakukan sesuatu kepada mommy?"

Damian menurunkan tatapan nya, ia melihat Noah yang sedang berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kau tau, meskipun aku kadang kasar, tapi aku bukan orang jahat. Aku akui aku kecewa, tapi aku tidak memiliki alasan untuk membencinya, mungkin aku belum bisa sosok suami yang baik untuk nya," mendengar perkataan Damian, tiba tiba rasa bersalah terbesit dalam hatinya.

Damian menyadari perubahan wajah Noah, ia memahami apa yang Noah rasakan.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini sama sekali bukan salah mu, jika ada yang patut di salah kan, itu adalah aku, aku yang telah menjerumuskan mu kedalam masalah ini," kata Damian, "tapi perlu kau ketahui, bahwa aku sama sekali tidak berniat untuk membuat mu menderita. Ini semua aku lakukan demi membuat mu bahagia."

Damian terdiam sesaat, ia merasa sesak di dalam hatinya, kemudian ia kembali berkata, "jadi jangan mengalahkan dirimu sendiri, kau bisa menyalahkan diriku atas apa yang terjadi."

Damian mendengar isakan kecil dari Noah, ia semakin memeluknya dan menyalurkan kehangatan untuk anak itu.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau menginginkan ku Damian?"

___

 OH DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang