Malam ini Damian belum pulang dan jam sudah menunjukan pukul satu dini hari. Noah gelisah dalam tidurnya hingga ia kembali terbangun dengan wajah muram, ia mencari ponselnya dan memeriksa apakah ada pesan yang di berikan Damian kepadanya.
Ia menghela nafas kesal ketika tidak ada satupun notifikasi dari Damian, ia khawatir khawatir dan kesal, setidaknya berikan ia pesan atau kabar jika akan pulang terlambat. Jika seperti ini Noah akan menjadi khawatir hingga berpikir berlebihan, bagaimana jika terjadi sesuatu di luar sana kepada suaminya, bagaimana jika Damian terluka dan.. bagaimana jika ia bersama orang lain?
Noah memijat pelipisnya dan bersandar di kepala ranjang, ia mengusap perutnya yang lebih berisi sambil tersenyum tipis, seolah berkata kepada janin di dalam sana bahwa semua akan baik baik saja.
"Jangan khawatir, ayahmu sedang bekerja di sana. Dia akan membawa oleh oleh untuk mu nanti.."
Tapi Noah tidak bisa membohongi dirinya sendiri, ia tidak akan tenang sebelum mendapatkan kabar dari suaminya.
"Kemana Damian, apa dia sudah melupakan istrinya di rumah? Mengapa belum pulang jam segini, jika lambat pulang setidaknya kabari aku dulu. Hah, pria itu benar benar membuat ku kesal." Noah memutuskan untuk keluar dari kamarnya untuk mengambil minum, ia haus karena terlalu banyak berpikir sejak tadi.
Sambil memegang perutnya ia menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang kemudian berjalan perlahan keluar kamar.
Suasana rumah besar itu sepi dan dingin membuat hatinya tidak nyaman, Noah melihat ke sekitaran ruangan besar itu.
"Semoga Damian baik baik saja," kata nya. Ia akhirnya tiba di dapur dan membuka kulkas untuk mengambil beberapa makanan dan membuat minuman yang hangat agar bisa membuat suasana hatinya lebih tenang.
Beberapa saat kemudian, Noah masih berkutat untuk membuat makanan di dapur namun ia merasakan bahwa ia tengah di perhatikan dengan sepasang mata mengintimidasi.
Ia tetap melanjutkannya dan hanya menganggap itu perasaannya saja, mungkin ia sedikit takut akibat keadaan rumah yang sepi.
Namun ternyata pemikirannya salah, setelah merasakan bahwa ia tengah di tatap kini Noah mendengarkan suara langkah kaki dari belakangnya. Sontak Noah terkejut dan berbalik kebelakang.
Greb
Ia terkejut ketika mendapat sebuah pelukan yang erat dari seorang pria bertubuh tinggi dan kuat, nafasnya sedikit terengah seolah ia di kejar sesuatu sebelumnya.
Noah gemetar akibat terkejut dan berusaha melepaskan pelukan itu, "Damian apa yang terjadi, mengapa kau pulang dini hari kemudian mengejutkan ku?! Damian apa yang kau lakukan, lepaskan aku!"
"Noah.." Damian memanggilnya dengan suara serak dan dalam, tatapannya sayu dan bibirnya berada tepat di leher Noah. Noah bisa merasakan hembusan hangat nafas Damian yang menerpa kulit lehernya.
Samar samar ia mencium aroma alkohol dari tubuh Damian.
"Damian, apa kau mabuk? Katakan kepadaku, apa yang-"
Seolah tidak di berikan kesempatan untuk berbicara, Damian seketika mencium dan melumat bibir tipis itu dengan rakus, nafasnya memburu dan ciuman itu berlangsung sedikit kasar dan menuntut.
Lidahnya bergerak terlalu cepat, bibirnya sangat basah dan panas, tangan Damian bergerak seolah tengah mencari cari sesuatu di tubuh Noah.
"Mmh.. mhhh.. Da-Damian, lepash.." ia berusaha mendorong dada Damian yang berkali kali lebih kekar dan kuat darinya. Namun usahanya nihil, Damian justru melepaskan ciuman itu dan beralih mencium leher Noah dengan semangat, ia menjilat leher nya dan menghisap perlahan hingga menimbulkan jejak kemerahan di sana.
Damian melakukannya berkali kali, hisapan hisapan itu membuat Noah merasa terbakar, kaki nya mendadak lemas dan tangan nya gemetar.
"Damian.. ngh.." ia mengangkat wajahnya seolah memberikan akses kepada Damian, Noah sangat mudah pasrah dengan cara seperti ini dan Damian menyukainya.
Di kondisi yang mendesak, ia lebih mudah mendapatkan jalan tanpa harus melakukan ini dan itu.
Tangan Noah yang semula mencengkram erat kemeja nya berubah menjadi memeluk bahu Damian dan membelai tengkuknya. Damian sensitif dengan sentuhan di bagian sana dan membuatnya semakin bersemangat.
Lidahnya bergerak sangat lihai, sesekali bermain di leher Noah dan sesekali menghisap bibir tipis yang membengkak dan basah itu.
"Damian.. kau kenapa, apa yang terjadi pada mu hm?" Di tengah nafsu nya yang meningkat, Noah menyadari ada sesuatu yang salah kepada suaminya. Matanya tidak hanya menyiratkan nafsu namun juga mengatakan bahwa hatinya tengah tidak baik baik saja.
Pelukan Damian sangat erat, matanya tidak ingin lepas dan terus menatap lekat kearah lelaki muda itu, ia menjadi sedikit gemetar ketika berciuman atau menyentuh nya.
Damian membenamkan wajahnya di leher Noah, tubuh Damian sedikit gemetar dan itu terasa begitu jelas.
Noah semakin khawatir, "Damian jawab aku.." namun Damian tidak memberikan jawaban apapun selain tangannya yang bergerak berusaha melepaskan pakaian Noah.
Noah menjadi semakin kesal dan menghentikan gerakan tangan Damian, "baiklah, baiklah, aku paham keinginan mu namun aku tidak akan mengizinkannya sebelum kau memberikan jawaban yang jelas kepadaku. Kau dari mana dan apa yang terjadi pada mu?" Tatapan mereka akhirnya bertemu, Damian mengalihkan tatapannya dengan cepat.
"Katakan, apa kau mengalami hal buruk hm? Kau bekerja hingga larut malam, apa kau terlalu lelah? Lihatlah kau juga minum apa yang begitu mengganggu pikiran mu?" Noah mengarahkan tangan Damian untuk masuk kedalam bajunya dan meraba perutnya.
"Aku tidak akan lari, jawab aku dulu," kata nya dengan suara lembut dan dengan mudahnya mempengaruhi Damian.
"Aku takut.." Damian akhirnya menjawab, suaranya benar benar serak sama seperti seseorang yang menangis di tengah malam dengan suara yang tertahan, "aku takut kau akan pergi."
Noah terkekeh, "kemana aku akan pergi? Bukankah aku selalu ada di sini saat kau pulang, saat kapan pun kau mencariku kau dengan mudahnya menemukan ku. Aku tidak kemana mana." Noah menjawab dengan nada yang meyakinkan dan berusaha menyingkirkan apapun yang menjadi beban dalam hati Damian.
"Kau akan di sini?"
"Aku akan di sini."
Damian memeluk Noah sekali lagi dan menghela nafas panjang, "kau berjanji padaku untuk tetap berada disini, kau harus menepatinya."
Noah tersenyum lembut dan berjinjit untuk mencium kening Damian, "baiklah, aku berjanji. Mengapa kau sangat takut.. kau lelah kan, ayo, aku membuatkan makanan untuk mu, apa kau mau makan? Duduk lah Damian."
Damian menatap Noah dengan tangannya yang membelai pinggang lelaki itu, Noah meremang dengan sentuhan Damian yang lembut namun juga terasa panas, telapak tangan lebar itu bergerak naik dan turun, sesekali berada di dadanya dan meremasnya perlahan.
Noah melenguh dan memegang lengan Damian ketika pria itu bermain dengan tubuhnya.
Noah bersandar di kulkas sementara Damian berada tepat di hadapannya, pria itu menunduk dan menggesekan hidungnya di leher Noah, ia berbisik, "kau tau jelas apa yang aku mau, sayang.."
"Damian ah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
OH DADDY
Random🔞PERINGATAN!!🔞 Ini cerita dewasa bernuansa LGBT, tidak masuk akal, banyak typo dan untuk pembaca yang terbiasa membaca cerita yang beralur berat dengan penulisan yang rapi, alur yang teratur dan masuk akal, mungkin akan kurang nyaman dengan cerita...