twenty eight

18.5K 1.4K 37
                                    


Damian menatap manik itu dengan intens, haruskah ia mengatakannya? Haruskah ia memberitahu mengapa dirinya sangat mencintai remaja itu?

"Itu karena aku sangat mencintaimu," dari sekian pemikiran dan banyak nya jawaban yang ada di kepala Damian, hanya kalimat itu lah yang mampu ia ucapkan, sementara Noah hanya menatap Damian dengan tatapan tak percaya, Damian mencintainya, lalu mengapa ia menikahi ibu nya? Bukankah itu sangat tidak masuk akal.

Ia memperalat Cate untuk mencapai tujuannya, ia tidak membayangkan betapa sakitnya perasaan Cate jika tau bagaimana wajah asli Damian.

Bahkan hingga saat ini, rasa bersalah masih menghantui Noah, ia merasa tercekik dengan apa yang ia dan Damian lakukan. Ini tidak wajar, perbuatan yang seharusnya tidak di benarkan, dan tidak bisa lagi di maafkan.

"Lalu kau memperalat ibu ku?"

Sesaat tidak ada jawaban dari Damian, pria itu menatap kosong ke depan, ia tidak melakukan apapun selain diam dan membuat Noah sedikit marah.

"Katakan kepadaku, apa ini alasan mu menggunakan ibu ku sebagai perantara atas perbuatan menyimpang mu?"

Tidak ada yang bisa ia bantah, itu semua benar, Damian memang salah, ia menyimpan, kotor dan tidak pantas di maafkan, ia terlalu mengambil jalan yang salah.

Jika terjadi sesuatu kepada Cate atau Noah, itu merupakan kesalahan nya, tidak ada satu pun alasan yang bisa ja gunakan untuk membela dirinya sendiri.

Bahkan cinta yang ia miliki pun tidak bisa melindunginya, kenapa? Karena cintanya juga sebuah kesalahan.

Apa yang ia miliki untuk Noah dan apa yang ia lakukan untuk Cate adalah sebuah kesalahan, ia tak pantas mendapatkan mereka berdua.

"Kenapa kau diam?"

"Apa lagi yang bisa aku katakan? Apa yang kau katakan itu semua benar, aku yang salah, dan kau adalah kesalahan terbesarku. Cinta ku, perhatian ku, pengorbanan ku, semuanya adalah kesalahan. Ini memang seharusnya tidak terjadi," Noah tercengang dengan perkataan itu, apa yang di maksud dengan 'pengorbanan?' pengorbanan seperti apa yang telah ia lakukan untuknya dan ibu nya?

Noah terkekeh sinis, "apa yang kau maksud dengan pengorbanan itu, pengorbanan seperti apa yang telah kau lakukan untuk ibu ku?"

"Apa yang kau maksud adalah korban perasaan? Sungguh. Damian kau lebih rendah dari yang aku bayangkan, tidak hanya rendah kau juga sangat hina. Aku tidak menyangka bahwa kau akan seburuk ini."

"Noah.."

"Damian, aku tidak mempermasalahkan bila kau mencintaiku, tapi yang aku permasalahkan adalah, caramu menyampaikan nya kepadaku. Kau tau.. itu.. itu sangat.. ah.. sudahlah.."

"Aku paham."

Damian hanya bisa menelan semua perkataan itu, itu benar, ia salah dan ia menerimanya. Ia pantas mendapatkan kebencian dari mereka berdua.

Damian tau, ia tak pantas mendapatkan cinta dari remaja itu, ia tak pantas mendapatkannya.

Ia terlalu rendah. terlalu bodoh. Dan terlalu buruk.

Damian menghela nafas, "aku tau kau membenci ku, tapi tidak kah kau bisa merasakan rasa cinta ku padamu walau hanya sedikit? Tidak kah kau merasakan betapa--"

"Cukup Damian. Cukup kau membuat satu kesalahan saja. Jangan membuat kesalahan lain dengan kau mengharapkan balasan cinta dari ku. Karena aku tidak memiliki perasaan apapun padamu. Dengan mengenal mu itu sudah cukup menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku."

Damian merasakan ledakan dalam kepala nya, jantungnya seolah berhenti berdetak, tubuh nya sedikit bergetar.

Noah membalik tubuh nya menjadi membelakangi Damian, ia tidak bisa melihat ekspresi pria itu lagi.
Tanpa Noah sadari, mata Damian memulai memerah, jakunnya bergerak naik dan turun, tangannya mengepal seolah menahan apa yang ia rasakan.

Memangnya apa lagi yang ia rasakan selain kecewa, perih, pedih dan rasa sakit yang menusuk dan merobek hatinya.

Damian memang bukan tokoh baik dalam sebuah cerita, namun ia masih tetap manusia yang memiliki perasaan, dan perasaan itu masih bisa terluka, ia masih bisa merasakan rasa sakit di hatinya yang membuatnya merasa sesak.

Tapi, ia tidak memiliki kekuatan apapun, cintanya adalah kesalahan, dan orang yang ia cintai pun tidak menginginkannya.

Lalu apa lagi yang bisa ia lakukan? Memaksa Noah untuk mencintainya? Itu hanya akan memperburuk segalanya. Kini Damian mengalah, ia memahami segalanya.

"Istirahat lah, aku akan mempersiapkan keberangkatan kita," kata Damian. Entah sadar atau tidak, tapi suara itu terdengarlah sangat serak, sangat parau dan menyedihkan.

Noah bahkan tidak menjawab atau bahkan berbalik menatap Damian, ia tetap diam membelakangi pria itu seolah tidak ada apapun.

Damian mengangguk sambil tersenyum getir, ia keluar dari kamar itu, melihat beberapa maid yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Mata nya berkaca kaca, matanya tidak bisa melihat dengan jelas, air matanya turun tanpa dapat di cegah, tubuh nya bergetar, tapi tidak ada suara isakan keluar dari bibir nya, ia hanya menangis dalam diam.

Damian menyeka air matanya, ia harus menelfon Nathan tapi ponsel nya hancur, jadi ia menggunakan telpon rumah untuk menghubungi Nathan.

"Halo tuan," kata Nathan saat Damian menghubunginya.

"Siapkan penerbangan ke Washington sore ini, dan bawakan aku ponsel baru."

"Baik tuan."

Setelah mengatakan itu, Damian pergi ke kamar Noah, ia menyimpan pakaian itu di dalam koper menyiapkan apapun yang akan di perlukan termasuk beberapa baju hangat.

Damian tidak perlu menyiapkan pakaian untuk nya, ia bisa membeli nya nanti, dan baju nya juga sudah ada di apartemen nya disana, masalah pakaian bukan hal yang sulit.

Lalu ia pergi ke dapur, "pergi dari sini!"

Para maid itu sedikit terkejut melihat kedatangan tiba tiba. "Ba..baik tuan."

Para maid yang sedang bekerja di dapur langsung pergi, Damian mengambil aporn dan bersiap untuk masak, menyiapkan segalanya seorang diri dengan harapan Noah mau tersenyum kearahnya.

Meskipun ia tau, itu tidak akan terjadi, tapi Damian akan tetap berusaha, "orang mengatakan bahwa cinta dapat menghapus kebencian, tapi kenapa cinta ku berbeda?" Gumam Damian, ia terkekeh, seumur hidup ia tidak pernah sesedih ini, bahkan saat kematian orang tua, istri dan calon anak nya.

Tapi saat ini, Damian menangis hanya karena beberapa kalimat saja. Ini konyol.

Seluruh dunia mengenal Damian sebagai sosok dingin yang tak berperasaan. Itu semua karena didikan keras dan disiplin dari orang tuanya.

Tidak boleh lemah. Ia di didik menjadi kuat dan tangguh, hingga ia kerap membohongi dirinya sendiri, ia berusaha menghapus semua rasa yang ada dalam hatinya.

Ibu nya pernah berkata masalah tidak akan selesai dengan air mata, dan ayah nya akan mencambuknya saat melihatnya menangis.

Pria tidak mengisi. Itulah yang di ajarkan oleh keluarganya, mereka mengajarkan segalanya, tapi tidak dengan perasaan yang dimiliki oleh manusia.

Mereka tau siapa dirinya. Tapi tidak ada yang mengenal bagaimana sifatnya. Tidak seorangpun tau bahwa di balik dinding tebal itu ada sebuah hati yang sangat rapuh yang selalu ia tutupi dari seluruh dunia.

______

 OH DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang