thirty three

16.6K 1.3K 39
                                    

Damian menyandarkan tubuh nya di dinding kamarnya, entah mengapa, tapi hati nya terasa sangat tidak nyaman, ia tidak siap menerima keputusan kalau Noah akan pergi meninggalkan dirinya.

Bagaimanapun juga, bila Cate memutuskan untuk bercerai dengannya ia tidak memiliki alasan lagi untuk mempertahankan Noah, terlebih juga Noah tidak akan mau hidup bersama dengannya.

"Sepertinya aku sudah ditakdirkan untuk hidup seorang diri di dunia ini," Damian terkekeh, "semua yang aku miliki seolah tidak ada artinya, aku tidak tau untuk siapa aku bekerja dan mengumpulkan banyak uang. Aku tidak tau lagi harus bertahan untuk siapa."

Damian menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di atas lututnya itu.

"Setidaknya aku memiliki seorang anak yang bisa menemaniku, dan membuat ku memiliki alasan untuk tetap bernafas."

Tubuh Damian bergetar, ia tidak lagi menahan air matanya, ia menangis meraung raung dan menumpahkan segala isi hatinya, dunia terlalu kejam kepadanya, semua orang yang ia cintai pergi meninggalkannya, ia tidak memiliki siapapun lagi.

Setelah beberapa menit menangis, Damian menjadi lebih tenang meski wajahnya terlihat sangat dingin dan datar.

Bahkan ia tidak memiliki siapapun untuk mencurahkan hatinya, tidak tau harus berbicara kepada siapa. Ia hanya seorang diri. Itulah kenyataannya.

Di tengah hati nya yang telah hancur, pikirannya tiba tiba kembali kemasa lalu nya. Beberapa tahun ketika ia menjadi seorang anak, menantu, suami dan calon ayah.

Saat itu, ia memiliki segalanya, cinta, keluarga, harta, dan kebahagiaan.

Tapi dalam sekejap mata, semua kebahagiaan itu lenyap, satu persatu orang yang ia cintai telah pergi meninggalkannya, tidak tersisa seorangpun.

Damian merogoh saku nya dan mencari dompetnya, disana ia menemukan gambar yang telah usang, terlihat seperti gambar janin di USG. Itu adalah calon anak nya yang bahkan belum sepenuhnya berbentuk manusia, dan Tuhan sudah lebih dulu memanggilkan.

Damian mengusapnya dengan perlahan, air mata kembali mengenang di pelupuknya, "jika kau terlahir di dunia ini, kau pasti sudah besar sekarang. Kau tau, Daddy kesepian disini, apa disana kau bisa melihat keadaan Daddy mu ini nak?"

"Lihatlah, betapa hancurnya kehidupan ku saat ini. Kenapa kau harus meninggalkan Daddy? Lihatlah nak, jika kau lahir aku akan memberikan apapun yang kau mau, apapun bahkan nyawa ku.. "

Pria itu terisak, ia terus berbicara kepada gambar itu, "berbahagialah disana, jaga ibu mu baik baik, jaga lah dia. Dad berharap kita bisa berkumpul disana lagi, bukankah itu lebih baik nak? Daddy akan menyusul mu kesana," sudah tidak dapat di ungkapkan betapa hancurnya perasaan Damian. Ia hanya bisa meratapi segalanya, ia merasa bahwa kehidupan lebih menyeramkan dan menyedihkan dari pada kematian.

Hidupnya benar benar menyedihkan, mungkinkah ini alasan kenapa tuhan tidak membiarkan keluarga nya tetap hidup? Mungkin Tuhan tidak mau melihat orang orang baik seperti mereka, berdekatan dengan pendosa sepertinya.

Damian mengusap air matanya, "tidak apa apa jika kau tidak memberikan aku kesempatan untuk menjadi seorang ayah, pergilah nak, istirahat lah dengan tenang disana dan lihatlah bagaimana kejam nya takdir mempermainkan diriku."

.
.

Ditempat lain, selain keadaan Damian yang dramatis, Noah pun tidak kalah dramatis, ia terus mengeluarkan isi perutnya, kepalanya terasa pusing dan tubuhnya sudah sangat lemas.

Cate yang tiba tiba melihat keadaan Noah seperti ini pun merasa sangat panik, "Noah, kau baik baik saja? Kenapa kau tiba tiba seperti ini?" Tanya Cate sambil terus memijat tengkuk anak nya.

Noah tidak minum sama sekali, jadi tidak mungkin ia mabuk karena alkohol, belum lagi wajahnya yang terlihat sangat pucat, membuat Cate kalangkabut melihat anak nya seperti itu.

Setelah beberapa menit, akhirnya Noah berhenti muntah, Cate memberinya air putih dan kembali menyuruhnya untuk tidur di atas ranjang.

"Ada apa Noah? Kenapa bisa seperti ini? Apa perlu mommy memanggil dokter?"

Noah menggeleng lemah, "tidak perlu. Mungkin aku hanya masuk angin, cuaca sangat dingin akhir akhir ini."

"Benarkah begitu? Ya sudah, kau bisa istirahat, mom akan membuatkan bubur untuk mu."

Noah mengangguk, lalu Cate kembali keluar untuk membuat bubur hangat untuk Noah.

Di kamar nya Noah termenung, kepalanya masih terasa pusing dan tubuhnya juga sangat lemah.

Ia tidak mampu melakukan apapun selain memikirkan Damian. Entah mengapa wajah Damian melekat dalam ingatannya, ia sudah berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi otaknya menolak.

Suaranya, wajahnya, nafas nya, Noah tidak tau mengapa, tapi ia merasa bahwa ia ingin melihat Damian.
Oh, apakah ia merindukan nya sekarang?

Noah menggeleng, ia menepis semua pikirannya itu, tapi sekali lagi perasaan itu menghampirinya, perasaan yang sama, bahkan mereka belum beberapa jam berpisah, tapi Noah sudah sangat ingin bertemu dengan Damian.

"Aku tidak mungkin merindukannya.."

Noah membalik tubuhnya, biasanya jika ia berbalik, beberapa jam kemudian sepasang tangan kekar akan melingkar manja di pinggangnya, hembusan nafas hangat mengelus tengkuknya, dan kecupan ringan menghujam di puncak kepalanya.

Membayangkannya saja, Noah merasa sangat nyaman, tidak bisa di pungkiri lagi, entah sejak kapan Noah merasa nyaman saat di perlakukan seperti itu.

Tak beberapa lama kemudian, Cate datang membawa semangkuk bubur panas, bahkan bubur itu masih mengeluarkan asap dan uap.

"Makanlah Noah, kau pasti sangat lemas."

Noah mengangguk, ia duduk lalu memakan bubur yang Cate sodorkan. Cate sudah tau apa yang terjadi termasuk dengan kaki Noah yang masih belum bisa ia gunakan untuk berjalan.

Mengetahuinya membuat Cate merasa semakin menyesal dan malu.

"Noah.."

"Iya mom."

"Jika aku berpisah dengan Damian, apa kau yakin akan mau hidup menderita lagi bersama mommy?"

Noah terkekeh,"jangan terlalu memikirkannya hal yang buruk. Kau tau mom, aku akan tetap bersamamu apapun yang terjadi."

Cate tersenyum mendengar jawaban itu, ia bersukur meskipun Noah tumbuh tidak sepeti anak pada umumnya, tapi Noah adalah sosok anak yang berbakti, bahkan ia sangat memahami keadaan dirinya yang serba kekurangan.

Tuhan memang adil, disaat ia hidup menderita, Tuhan memberikan Cate seorang anak yang begitu memahami dirinya.

Cate mengusap rambut Noah.

"Lalu, selama aku tidak di rumah. Apa saja yang telah Damian perbuat dengan mu? Bagaimana dia memperlakukan mu?"

"Ukhuk ukhuk." Pertanyaan Cate sukses membuat nya tersedak, dengan cepat Cate mengusap punggung Noah dan memberikannya air.

"Ada apa? Kenapa kau tersedak?"

"Maafkan aku, aku sedikit terkejut tadi," jawab Noah dengan sedikit gugup. Cate mampu memahami gerak gerik remaja itu. Tidak bisa di tutupi lagi, bahwa Noah tengah merasa gugup.

"Apa yang membuat mu terkejut? Aku hanya bertanya tentang perlakukan Damian kepadamu selama aku tidak ada. Apakah dia memperlakukan mu dengan baik?"

Noah membeku, tubuhnya terasa sangat dingin saat mendengar pertanyaan itu. Bagaimana ia mengungkapkannya? Seandainya Cate tau, bahwa Damian sudah pernah menidurinya bahkan berulang kali saat ia tidak bersama dengan mereka.

"Noah..."

"Ya.. ya mom.."

Tatapan Cate berubah menjadi sangat tak terbaca, bahkan Noah tidak mampu menatap kedua mata itu, ia lebih memilih untuk menunduk.

"Aku sudah tau semuanya." 

______

 OH DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang