2 tahun kemudian
Damian dan Noah menjalani hidup mereka dengan penuh warna, kini mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri, bahkan sudah dikaruniai seorang putra yang sangat tampan.
Putra mereka bernama Arthur yang kini usianya sudah menginjak dua tahun, anak itu bisa dikatakan sangat aktif dan pintar, dia termasuk balita yang cepat tanggap untuk hal hal yang baru ia pelajari.
Pertumbuhan anak semata wayang mereka tentunya menimbulkan banyak peristiwa peristiwa yang penuh dengan warna warni tawa dan tangis, bagaimana tidak, Noah masih terlalu muda untuk menjadi orang tua dan terkadang ia mengalami semacam kekhawatiran yang berlebihan mengenai putranya.
Noah cenderung sangat protektif, usia nya yang masih muda serta keadaan mentalnya yang belum dewasa, ini seolah menjadi tantangan tersendiri untuk mereka.
Khususnya adalah Damian, sebagai seorang kepala keluarga serta orang yang paling dewasa diantara mereka, dia berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sosok pemimpin yang dapat menjadi contoh untuk anak dan istrinya.
Damian harus lebih peka dan lebih cepat memahami kondisi, karena bagaimanapun posisi Damian saat ini adalah merawat dua anak.
Namun, terlepasnya dari semua itu, baik Noah maupun Damian sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi orang tua yang ideal bagi anak mereka. Keduanya sama sama menginginkan agar kelak kehidupan tuan muda Morgan itu jauh lebih baik dari kehidupan mereka.
Hari ini adalah akhir pekan dimana keduanya memutuskan untuk tetap di rumah dan menghabiskan waktu bersama. Damian terlihat sedang duduk di sofa dengan Arthur yang berada di pangkuannya.
"Noe, letakan remote nya, itu tidak untuk di gigit. Ini makan lah biskuit ini.." Damian tampak sedikit kesal dengan Arthur yang tidak bisa diam, dia terus bergerak dan memakan apapun yang ia lihat didepannya.
"Yemot.. Daddy makan.. yemot.." balita itu mengucapkan kalimatnya dengan terbata-bata, wajahnya terlihat tidak bersalah sama sekali setelah membuat Damian kesal.
Dia menggenggam remote dengan tangannya yang gemuk kemudian mengarahkan remote kedalam mulut Damian.
"Mmh.. apa ini? Letakan kembali, Daddy tidak makan remote."
"Makan.."
"Noe.. duduk dan makan lah biskuit mu, kenapa kau tidak bisa diam?"
Tuk
Dengan keras ujung remote itu mendarat di kening Damian, anak itu memukulnya begitu saja seolah tidak terima jika Damian menolak keinginannya.
"Aww!" Damian meringis ketika Arthur memukulnya. "Kau anak nakal.. kembalikan itu!" Kata Damian dengan sedikit membentak.
"...."
Hening.
Beberapa saat kemudian, kedua bola mata Arthur berkaca kaca dan mulai memerah, bibirnya melengkung kebawah dan dia melempar remote itu kelantai.
"Papa..." Bocah itu melangkah cepat dengan matanya yang basah, ia menemui Noah yang sedang memasak di dapur.
Melihat anaknya yang menangis, segera Noah mengangkat dan memeluknya. "sshh.. apa yang terjadi, kenapa putra ku ini menangis hm?" Saat mendapatkan pelukan dari papa nya, Arthur seketika menangis kencang dan menunjuk kearah Damian, seolah ia mengadu kepada Noah atas perlakuan yang ia dapatkan.
"Daddy... Na.. nakal.."
"Ouh.. sayang, apa yang Daddy mu lakukan? Apa dia memarahimu?"
Arthur mengangguk
"Pukul... Tuk.. Daddy marah..." Bocah itu sesegukan dan tidak bisa mengatakan kalimat nya dengan benar.
"Ahh.. Daddy memarahimu, karena kau memukulnya, begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OH DADDY
Random🔞PERINGATAN!!🔞 Ini cerita dewasa bernuansa LGBT, tidak masuk akal, banyak typo dan untuk pembaca yang terbiasa membaca cerita yang beralur berat dengan penulisan yang rapi, alur yang teratur dan masuk akal, mungkin akan kurang nyaman dengan cerita...