"Bisa kamu tinggalkan aku sendirian di sini? Aku lagi nggak butuh siapa-siapa," kata Nayra sedikit menyetak.
Raihan mengangguk dan mengacungkan jari telunjuknya untuk ia arahkan ke atas, tepat arah batas pandangan manusia yakni langit sore yang senja.
"Kamu memang sedang tidak butuh siapa pun, kamu hanya butuh Allah dengan hamparan sajadah," ucap Raihan.
"Assalamualaikum. Maaf aku mengganggu waktumu," Raihan melanjutkan ucapannya dan melangkah meski belum mendapat jawaban salam dari Nayra.
"Waalaikumussalam," jawab Nayra pelan dan hanya berupa bisikan.
Entah mengapa Nayra merasa emosinya sedikit diuji saat bertemu dengan lelaki bernama Raihan itu. Raihan yang menurutnya pria sok tahu yang tiba-tiba hadir di kehidupannya.
Nayra menatap punggung Raihan yang semakin menjauh dari pandangannya. Ia menghela dan mengusap pipi yang masih terdapat jejak air mata.
Selanjutnya kedua kaki gadis itu terangkat secara bergantian untuk melakukan langkah meninggalkan taman ini juga.
****
"Aku turun ya Ma. Makasih udah antar aku sampe ke sekolah jadinya Mama harus putar balik," kata Nayra.
Ia masih berada di dalam mobil Tisa. Tidak seperti hari biasanya Nayra akan berangkat sekolah menaiki taksi bersama Shasa. Sekarang ia ke sekolah diantar oleh Tisa, sang mama.
Tadi pagi ia mendapat kabar jika Shasa pun diantar oleh ayahnya."Iya Nak. Kamu sekolah yang bener ya. Mama sayang banget sama kamu," ujar Tisa.
Nayra menatap mamanya yang kini mengelus pipinya lembut. Senyumnya tetap tersemat meski Nayra melihat ada kesedihan di mata indah milik Tisa. Kalimat Tisa membuat hati Nayra tersentuh rasa haru, karena tidak biasanya Tisa mengungkapkan bukti sayangnya pada Nayra melalui perkataan, Tisa lebih suka mengungkapkan rasa cinta dan sayangnya melalui perlakuan pada sang putri.
"Aku juga sayang sama Mama. Sayang banget," kata Nayra.
Tidak tahan untuk tidak menubrukan tubuhnya pada Tisa yang juga langsung mendekap erat nan hangat tubuh Nayra. Saling memberi ketenangan dan menyalurkan rasa kasih sayang melalui pelukan.
"Aku turun ya Ma. Mama hati-hati," kata Nayra setelah mengurai pelukannya dari Tisa.
Tisa mengangguk setelah merapikan sedikit anak rambut bagian samping Nayra yang keluar dari selipan telinga. memperhatikan Nayra turun dari mobilnya. Setelah Nayra memasuki gerbang Tisa mengedipkan matanya dan menyeka air mata yang sempat menetes.
Hatinya pilu melihat Nayra. Segala upaya ia lakukan agar Nayra tidak kekurangan apa pun di hidupnya tapi tetap saja ia tidak mampu memberi kasih sayang seorang ayah pada Nayra. Ia hanya wanita biasa yang hanya bisa memberi rasa nyaman sebagai ibu meski perannya merangkap sebagai ayah.
Sementara itu Nayra sendiri memasuki gerbang sekolah dengan senyum yang terukir indah di wajah cantiknya. Senyumnya semakin mengembang melihat Shasa yang berdiri di koridor sekolah dan melambaikan tangan padanya.
"Selamat pagi sahabatku," ucap Nayra saat tiba di hadapan Shasa.
"Selamat pagi juga sahabat terbaikku," jawab Shasa dengan ikut tersenyum.
"Kok nunggu di sini Sha? Biasanya kamu suka nunggu aku di kelas," tanya Nayra.
Mereka melangkah bersama dengan langkah lambat. Berjalan sambil bercerita adalah hal yang gemar mereka lalukan hingga kadang menghentikan langkahnya demi melanjutkan cerita yang entah apa pun itu. Kadang durasi yang seharusnya 5 menit untuk sampai ke depan kelas mereka bisa menjadi 10-15 menit jika dibarengi obrolan yang menarik untuk mereka bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma'had in Love (Tamat)
RomanceNayra tidak menyangka hidupnya penuh warna. Merasakan pahit diusia belia yang menghantarkannya bertemu pangeran ma'had untuk mengukir lukisan indah bersejarah bagi hidupnya. Saling mengenal arti cinta lewat sekat rasa dan tatap mata. Nikmat semakin...