Assalamu'alaikum.
Selamat membaca dan jangan lupa kasih komentarnya untuk part ini.
"Ma, Raihan akan menikah dengan Ustadzah Ulfa dan aku ...,"
Nayra membasahi bibirnya dengan mata yang ia pejam sebentar sebelum membuka kembali dan menatap sendu pada Tisa.
"Sedikit enggak rela," ujarnya dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
Nayra menahan suara tangisan yang ingin menguar begitu saja.
"Raihan yang membawa aku menuju jalan ini, Ma. Raihan yang memberi aku banyak penjelasan tentang hidup dan setelah aku hampir mengerti Raihan ingin pergi begitu saja, aku kecewa sama Raihan, Ma."
Nayra menekan dadanya sendiri. Pilu rasanya mengingat semua tentang Raihan.
Raihan pernah memberinya pakaian syar'i yang kala itu Nayra anggap kurang penting dan enggan untuk menggunakannya tapi akhir-akhir ini Nayra tanpa sungkan sering menggunakan pakaian pemberian Raihan itu saat akan ke pondok pesantren.
"Nayra. Istighfar Nak," ujar Tisa.
Ibu Tisa mengelus bahu sang putri yang bergetar tidak beraturan karena isakan tangisnya.
"Astagfirullahal'adzim," ucap Tisa menuntun Nayra.
Ia dekatkan bibirnya pada telinga Nayra seraya terus beristighfar. Perlahan Nayra menarik nafas dan ikut menggerakkan lidahnya untuk mrngikuti bacaan istighfar dari bibir Tisa.
"Udah tenang? Kalau belum perbanyak zikir Sayang. Wallahi, hanya zikrullah yang bisa menenangkan hati," ujar Ibu Tisa.
Nayra memejamkan mata dengan nafas yang sudah kembali teratur. Tangannya tetap ia letakkan di atas dada dengan bibir tak luput dari zikir pada Allah.
"Ini minum dulu airnya," ujar Tisa.
"Bismillah."
Nayra menerima gelas berisi air putih yang disodorkan Tisa dan meneguk isinya dengan tiga kali tegukan.
"Alhamdulillah," ucap Nayra setelah menegak air yang ketiga.
Gelasnya dipindahkan oleh Tisa ke tempat semula yaitu meja.
"Kalau Mama ngomong apa kamu mau dengarkan?" tanya Tisa setelah Nayra terlihat tenang.
Nayra mengangguk dan menegakkan duduknya agar tidak bersandar lagi pada sofa.
"Nayra sudah beranjak dewasa dan kamu sudah mulai mengenal yang namanya cinta, mengetahui arti rasa suka pada lawan jenis. Di balik itu semua yang harus Nayra tahu jika di dunia ini tidak semua hal akan terjadi dengan apa yang kita inginkan,"
Tisa mengusap pipi Nayra lembut, menyelipkan anak rambut yang sedikit mengintip dari pinggir kerudung yang Nayra kenakan.
"Mencintai manusia itu boleh Nak tapi jangan terlalu banyak berharap pada manusia. Manusia tidak bisa menjanjikan apa-apa yang ada kamu merasa kecewa nantinya," ujar Tisa.
Nayra menggenggam erat tangan kiri Ibu Tisa yang ada di dalam genggamannya.
Pancaran mata Tisa menyiratkan kesenduan yang amat dalam.
"Minta pada yang Maha kuasa dan ikuti apa yang Allah mau. Kita tidak bisa mendikte Allah untuk memberi apa yang kita mau, tapi cobalah untuk menuruti kemauan Allah."
Nayra menuduk dengan mata yang kembali terasa panas dan pangangannya berkabut sebelum bulir bening dari mata Nayra menetes tepat pada pungung tangannya.
Rasanya hati Nayra dibatasi benteng saat ini sehingga sulit sekali bagi hatinya untuk menerima ucapan Tisa tapi lagi-lagi zikrillah yang Nayra ucapkan dengan harapan bisa merobohkan benteng di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma'had in Love (Tamat)
RomanceNayra tidak menyangka hidupnya penuh warna. Merasakan pahit diusia belia yang menghantarkannya bertemu pangeran ma'had untuk mengukir lukisan indah bersejarah bagi hidupnya. Saling mengenal arti cinta lewat sekat rasa dan tatap mata. Nikmat semakin...