Ekstra Part 2

9.1K 726 24
                                    

Assalamualaikum.

Bagaimana kabarnya teman-teman semua?

Ini part untuk mengobati rindu pada Ust. Raihan dan Nayra.
Semoga suka ya.

****

Senin pagi, usai menyiapkan sarapan dan segala urusan di dalam rumah, Nayra kembali ke dalam kamar.

"Loh kok Kak Rai pakai baju lain? Itu kan udah aku siapin bajunya Kak," ujar Nayra yang mendapati Raihan mengenakan pakaian yang diambil sendiri dari lemari.

Ada rasa bingung bercampur kesal di hatinya saat melihat Raihan tersenyum dan menggeleng pelan.

"Telinga Kak Rai masih berfungsi dengan baik, kan? Mulutnya juga masih bisa jawab kan?"

Nayra memerhatikan Raihan yang berjalan mendekat ke arahnya dengan senyum yang tidak pudar.
Tanpa kata satu kecupan Raihan berikan di atas dahi sang istri. Alih-alih menjawab ucapan Nayra yang tadi terdengar sedikit pedas, Raihan memilih beristighfar dan berdoa semoga dosanya dan sang istri diampuni Sang Pengampun.

"Kalau capek itu langsung istirahat ya Sayang, biar kamunya bisa fokus sama sesuatu. Jangan sampai lelah, kamu masih punya aku yang siap bantu ngurusin rumah kok. Aku juga udah pernah bilang kalau kita urus rumah sama-sama jadi kamu jangan merasa kalau urus rumah itu tanggung jawab kamu aja."

Masih dengan wajahnya yang kurang bersahabat, Nayra menarik nafas dalam dan menghembusnya pelan. Padahal tadi ia membahas soal pakaian yang suaminya pakai tapi ucapan Raihan malah merambat ke pekerjaan rumah.

"Kak Rai udah nggak sayang aku, ya? Atau pilihan aku yang udah nggak sesuai dengan yang Kak Rai mau? Ya udah mulai besok Kak Rai pilih baju sendiri aj...."

Nayra memejamkan mata dan ucapannya langsung terputus saat bibir Raihan menyentuh bibirnya.

"Sebelum marah-marah nggak jelas gini mending peluk aku dulu ya. Nggak enak banget kalau harus mengawali hari dengan debat gini Sayang," ujar Raihan lembut.

Raihan merengkuh tubuh Nayra ke dalam pelukannya. Ia kecup lembut puncak kepala Nayra yang terbalut kerudung maroon.

"Gimana aku nggak kesel, aku udah semangat banget siapin baju tapi Kak Rai malah pilih sendiri dan abaikan pilihan aku. Biasanya juga nggak begitu," lirih Nayra dalam pelukan Raihan.

Nayra mengalungkan tangannya pada leher Raihan saat sebelah tangan suaminya mengangkat belakang lutut dan punggungnya. Raihan menggendongnya menuju ranjang.
Nayra ia dudukkan dengan lembut, setelah itu Raihan meraih pakaian yang dimaksud sang istri.

"Istriku sayang. Coba kamu perhatikan baju ini. Ingat nggak kapan terakhir aku pakai?" tanya Raihan.

Dahi Nayra mengernyit dan tatapan wanita itu terpaku pada pakaian yang ditunjukkan Raihan padanya.
Sedetik kemudian Nayra memeluk Raihan dan menenggelamkan kepalanya di dada sang suami.

"Afwan jiddan Kak. Ya Allah aku beneran lupa kalau baju itu sebenarnya mau aku masukin ke dalam keranjang malah aku setrika," kata Nayra dengan wajah malu.

Raihan mengeratkan pelukannya pada tubuh Nayra. Lelahnya selalu sirna setelah mendekap sang belahan jiwa.

"Makanya aku pilih baju sendiri. Masak aku pakai baju kotor. Tega banget istriku."

"Tapi bajunya masih wangi kok, Kak."

"Tayyib, kalau gitu aku ganti pakai yang itu ya."

Nayra menggeleng cepat dan menjauhkan baju yang Raihan pegang dari pria itu.

"Jangan dong Kak."

Raihan menangkup pipi Nayra dan menatap lembut pancaran mata Nayra penuh cinta.

"Jangan capek-capek ya. Jangan kerjakan sendiri urusan rumah. Rumah dengam segala urusannya itu adalah milik kita."

Nayra mengangguk dan menarik leher Raihan untuk ia peluk. Mungkin kemarin ia memang terlalu lelah dan malah menyetrika baju yang baru Raihan lepas untuk dipakai hari ini.

"Aku juga siap-siap dulu ya Kak. Aku mau ke rumah Umi hari ini. Ada perlu."

Raihan mengangguk. Membantu Nayra turun dari ranjang.

"Aku tunggu di sini ya."

Nayra tidak keberatan. Ia ganti baju di kamar mandi.

"Sayang kok pakai begituan? Kayaknya kamu udah cantik tanpa itu semua deh."

Raihan mana pernah rela Nayra memoles wajah jika akan keluar rumah. Bukan tidak ingin istrinya tampil cantik tapi Nayra sudah lebih dari cantik tanpa make up. Tanpa lipstik pun bibir istrinya sudah cantik.

"Ya nggak apa-apa dong. Kayaknya aku tambah cantik kalau pakai sedikit."

Nayra fokus pada cermin dan sesekali tersenyum melihat Raihan yang terdiam di sudut ranjang.

"Serius sayang.... Kamu udah cantik. Nggak usah pakai ya. Hapus pakai wudhu aja."

Raihan menatap lekat wajah Nayra yang kini berada di hadapannya. Wanitanya sudah selesai merias wajah. Nafas Raihan tertahan melihat Nayra yang berkali-kali lebih indah untuk dipandang. Tidak bisa dipungkiri jika bantuan make up tipis membuat wajah Nayra lebih bersinar.

"Nggak , nggak. Ini nggak boleh Sayang. Kalau kayak gini kamu tuh ngundang untuk dipandang lekat. Nggak ada yang cantik selain kamu bagiku Nayra. Dandannya kalau di rumah aja. Kalau keluar jangan ya Sayang."

Raihan tampak resah melihat istrinya yang cantik. Di rumah Abi dan Umi nanti pasti banyak tamu ikhwan dan Raihan tidak bisa bayangkan bagaimana nasiplb istrinya yang akan dipandangi nantinya.

"Aku pakai ini ya Kak."

Raihan terpaku pada sehelai kain bertali yang Nayra tunjukkan. Detik itu juga air mata Raihan menitik dengan sendirinya. Ia raih wajah Nayra dan mengecup hangat kening wanitanya.
Nayra akan menutup kecantikan wajahnya di luar rumah adalah sesuatu yang membuat Raihan bahagia.

"Ini serius Sayang? Kamu ikhlas memakai cadar?"

Tanpa ragu Nayra mengangguk. Ia raih tangan kanan Raihan dan mengecup punggungnya penuh penghormatan.

"Insya Allah aku ikhlas Kak. Lillahi ta'ala. Sesuai yang agama katakan, cantikku hanya untukmu, suamiku."

"Ehem... Coba diulangi."

Raihan sudah mengusap air matanya dan menggenggam tangan Nayra. Wajah istrinya bersemu cantik.

"Udah ah... Udah siang ini Kak. Kita bisa telat kalau begini."

"Aku yang pakein cadarnya ya cinta."

Gimana-gimana? Hehe.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Terima kasih sudah mau baca sampai part ini.

Sampai jumpa di cerita "MA'HAD IN LOVE 2".





Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang