Kalau suka sama ceritanya, Follow akunnya juga dong. Nggak bayar kok...
"Ustadz Rasyid tampan ya Nay. Suaranya juga bagus," kata Ustadzah Ulfa.
Setengah jam setelah pembelajaran usai, mereka masih duduk di atas karpet di ruangan belajar mereka. Sementara Ustadz Rasyid sudah pergi dari sana.
"Iya meski suaranya nggak semerdu Ustadz Raihan tapi suara Ustadz Rasyid itu unik juga," kata Nayra.
Tampan? tidak perlu diragukan lagi. Ustadz Rasyid juga sangatlah tampan dan tidak kalah jika dibandingkan dengan Ustadz Raihan. Hanya saja Ustadz Rasyid memiliki rambut halus di sekitar rahang yang menjalar hingga ke dagu, sementara Ustadz Raihan tidak.
Makna tampan menurut wanita itu berbeda, ada yang tertarik dengan pria berambut halus dibagian sisi wajah, tidak sedikit juga yang tertarik dengan pria berkulit mulus apalagi pada bagian wajah.
Tampan dengan versi masing-masing yang tentu memiliki keunikan masing-masing juga.
"Oh iya Ustadzah, Ustadz Rasyid tinggal di ponpes ini juga ya?" tanya Nayra sambil membuka tas kecilnya.
"Enggak Nay, Ustadz Rasyid tinggal di rumahnya. Rumah orang tuanya nggak jauh dari ponpes ini," jawab Ustadzah Ulfa.
Nayra mengangguk saja.
"Tadi ana perhatikan Ustadz Rasyid beberapa kali curi pandang ke arah kamu Nayra. Bagaimana perasaan kamu kalau Ustadz Rasyid tertarik sama kamu?" tanya Ustadzah Ulfa tiba-tiba.
Nayra menatap Ustadzah Ulfa sebentar sebelum mengedikkan bahunya pelan.
"Enggak tahu Ustadzah. Tapi hati Nayra kayanya udah jatuh ke seseorang," kata Nayra.
Ustadzah Ulfa menahan senyum pada Nayra. Sebenarnya ia juga tahu jika Nayra sedang merasakan jatuh hati pada seseorang tapi Ustadzah Ulfa tidak berani asal beranggapan.
"Ustadz Raihan ya?" tebak Ustadzah Ulfa.
Nayra sedikit tersentak mendengarnya. Kepalanya mengangguk tanpa disadari, namun detik berikutnya gadis itu menggeleng dengan raut gugup.
"Udah ketebak Nay. Enggak apa-apa kok kalau naksir Ustadz Raihan. Selain tampan Ustadz Raihan juga memiliki akhlak yang baik jadi wajar banyak akhwat yang naksir beliau," kata Ustadzah Ulfa.
"Ana juga dulu pernah hampir suka sama beliau tapi keburu diamar sama ikhwan lain yang sebentar lagi insya Allah akan menjadi suami ana," sambung Ustadzah Ulfa lagi.
"Ustazdah jangan sampe kelepasan ngomong ke siapa pun ya tentang persaan Nayra ke Ustadz Raihan. Nayra nggak siap kalau nanti semua orang tahu termasuk Ustadz Raihan," kata Nayra dengan tatapan memohon.
"Insya Allah, ana nggak akan buka mulut Nay. Tapi kayanya Ustadz Raihan udah tahu kok. Beliau itu peka menurut ana. Apalagi tadi kamu sempat memberi ballpoint yang secara enggak langsung...,"
"Astaggfirullah...! Iya Ustadzah itu gimana? Nayra malu kalau nanti Ustadz Raihan berpikir kalau Nayra suka sama dia," pekik Nayra dengan sedikit panik.
Ustadzah Ulfa terkekeh pelan. Gadis di depannya ini terlihat menggemaskan walau dengan wajah paniknya.
"Ya emang begitu adanya. Nayra memang suka sama beliau kan?" ujar Ustadzah Ulfa dengan tatapan menggoda dan menaik turunkan sebelah alisnya.
"Iya tapi Nayra nggak pernah bilang kan? Masih ada kemungkinan Ustadz Raihan nggak berpikir begitu," kata Nayra.
"Cinta itu tersirat Nay. Nggak perlu diucapkan juga Ustadz Raihan bisa tahu itu. Nayra udah kasih kode loh,"
"Ustadzah tolong jangan buat Nayra dag dig dug dong. Nayra tu insecure sama gadis lain yang juga naksir Ustadz Raihan. Ustadz Raihan itu terlalu mendekati kata perfect kalau disandingkan dengan Nayra,"
"Melihat banyak yang berminat dengan Ustadz Raihan membuat Nayra coba ikhlas aja kalau nanti Ustadz Raihan bersama akhwat lain," gumam Nayra pelan.
Perasaannya pada Raihan belum pernah ia ceritakan pada siapa pun sebelumnya sampai tiba waktu ini. Waktu di mana Ustadzah Ulfa menjadi temannya untuk berceri.
"Nayra sadar diri kok. Nayra hanya kerlip bintang dan sangat kecil jika dibandingkan sinar Ustadz Raihan yang bagaikan bulan," gumam Nayra lagi.
Ustadzah Ulfa tersenyum dan mengusap bahu Nayra lembut.
"Nayra, Allah itu menjanjikan wanita baik untuk lelaki baik dan lelaki baik untuk wanita baik. Itu aja yang jadi patokan. Kamu umpamakan dirimu sekecil bintang dan Ustadz Raihan sebagai bulan yang memang lebih memancarkan cahaya tapi apa kamu nggak sadar kalau bintang dan bulan akan muncul di waktu yang bersamaan yaitu di malam hari,"
Nayra menatap pancaran mata Ustadzah Ulfa yang begitu tenang.
"Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Bulan dan bintang disatukan waktunya untuk muncul karena mereka bisa bersatu dan tidak menutup kemungkinan juga Nayra dan Ustadz Raihan akan disatukan nantinya. Benahi diri dengan kebaikan Nayra," sambung Ustadzah Ulfa.
Nayra menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. Menarik sudut bibir untuk tersenyum bersama Ustadzah Ulfa.
Sementara di tempat lain, masih di dalan wilayah pesantren Al-hidayah. Tepatnya di lapangan lepas yang tersedia beberapa tempat duduk setiap sisinya. Pohon rindang menjadi pelindung tempat duduk itu dari terpaan sinar sang surya.
Ustadz Raihan duduk di salah satu kursi kayu dengan kaki yang diluruskan ke depan. Jam istirahat ia gunakan untuk duduk sejenak di sini.
Tidak ada yang ia lakukan sedari tadi, hanya menatap benda mungil di tanganya dengan bibir tersenyum.
"Syauq" (rindu)
Tulisan yang dibordir pada salah satu bagian ballpoint yang tengah ia perhatikan. Pikirannya melayang pada gadis cantik pemberi ballpoint ini tadi pagi.
Sederhana tapi berkesan sangat berkesan bagi Raiha.
"Tadi beli ke market Al-hidayah dan sisanya ambil ini. Semoga bisa bermanfaat untuk Ustadz. Asif jiddan kalau tidak suka Ustadz bisa kembalikan lagi ke aku jangan kasih ke orang lain."
Ucapan Nayra masih dengan sangat jelas Raihan ingat. Tidak mungkin ia memberikan pemberian Nayra pada orang lain terlebih setelah melihat tuisan di salah satu bagian ballpoint ini.
Raihan menaruh harapan jika tulisan ini adalah ungkapan hati Nayra padanya. Setidaknya rasa rindunya pada wanita itu terbalas dengan tulisan "syauq" dari Nayra.
Tidak mungkin Nayra memberinya ballpoint dengan tulisan rindu tanpa adanya maksud apa-apa.
"Astaghfirullahal'adzim. Ya Rabbi jaga hatiku dari perhiasan yang menyilaukan dunia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma'had in Love (Tamat)
RomanceNayra tidak menyangka hidupnya penuh warna. Merasakan pahit diusia belia yang menghantarkannya bertemu pangeran ma'had untuk mengukir lukisan indah bersejarah bagi hidupnya. Saling mengenal arti cinta lewat sekat rasa dan tatap mata. Nikmat semakin...