Part 22

16.5K 1.7K 6
                                    


Nayra mengerjapkan matanya saat Raihan memutuskan kontak mata mereka. Samakin melebarkan senyum melihat ada Ustadzah di samping Raihan.

Nayra bisa menebak Raihan pasti tengah gugup sekarang. Tidak ingin bernasib sama seperti Raihan, Nayra menyalakan lagi mobilnya. Meninggalkan parkiran.

Menghentikan mobilnya di depan rumah Ustadz Thariq yang terlihat sepi. Tentu saja sangat sepi karena Ustadz Thariq pasti tengah berada di lokasi santriwan sementara Ustadzah Afifa sendiri Nayra sudah tau di mana keberadaannya.

"Assalamu'alaikum, Nayra," ujar Ustadzah Ulfa yang berdiri tidak jauh dari tempat Nayra.

Nayra menoleh dan membalas senyuman Ustadzah Ulfa seraya berjalan mendekat pada wanita itu.

"Wa'ailaikumussalam Ustadzah. Cantik sekali hari ini Ustadzah," jawab Nayra sekalian memuji pemampilan Ustadzah Ulfa.

Karena memang benar Ustadzah Ulfa memang tampak tampil berbeda hari ini. Yang biasanya memakai kerudung model bergo tapi hari ini ia memakai pashmina syar'i instan dengan warna coklat tua.

"Masya Allah. Kamu tuh yang setiap waktu tampil cantik," balas Ustadzah Ulfa.

"Alhamdulillah Ustadzah," kata Nayra diiringi kekehan kecil.

"Ehem hari ini kamu keliatan  lebih ceria Nayra, ada apakah gerangan?"

"Insyaa Allah selalu berusaha untuk ceria Ustadzah," kata Nayra sambil merangkul sebelah tangan Ustadzah Ulfa.

"Harus itu Nay. Mau langsung ke ruangan kita atau mau jalan-jalan dulu?"

"Jalan-jalan?"

Nayra memiringkan kepalanya pada Ustadzah Ulfa dengan wajah bingung.

"Iya Nay, jalan-jalan di sekitar ponpes yuk. Jangan dibawa terlalu serius banget. Santai aja di sini. Kita jalan keliling ponpes mau?" tawar Ustadzah Ulfa lagi.

"Beneran bisa kita jalan-jalan dulu Ustadzah? Belajarnya gimana?" tanya Nayra dengan wajah sedikit berbinar.

"Iya beneran Nay, udara pagi di sini sejuk banget loh. Cocok untuk penyegaran bagi pikiran," ujar Ustadzah Ulfa.

"Boleh deh Ustadzah."

Mana mungkin Nayra menolak untuk diajak berkeliling lokasi pondok pesantren. Meski sudah berbulan-bulan ia menggali ilmu di sini tapi belum ada sekali pun Nayra mengelilingi wilayah pesantren secara menyeluruh.

Tidak akan ia tolak ajakan dari Ustadzah Ulfa ini. Jarang-jarang Ustadzah Afifa memberi jeda pembelajaran padanya selain waktu yang sudah ditentukan untuk beristirahat.

"Ustadzah, kalau boleh tahu ini ruangan apa ya? Kenapa terpisah dari tempat lain?" tanya Nayra.

Ustadzah Afifa ikut menghentikan langkahnya dan mendekati Nayra yang masih di belakangnya.

"Ruangan ini memang sengaja di bangun agak jauh dari tempat lain Nay. Ini di buat dua tahun yang lalu dan ini adalah ruangan khusus untuk Ustadz Thariq dan Ustadz Raihan saja tapi yang lebih sering ke sini ya Ustadz Raihan saja," jelas Ustadzah Ulfa.

"Ustadz Raihan?"

Dari semua penjelasan yang diucapkan oleh Ustadzah Ulfa hanya nama Raihan yang menarik perhatian Nayra.

"Iya, biasanya tempat ini dijadikan Ustadz Raihan untuk sholat malam, entah itu tahajud atau sholat malam lainnya," kata Ustadzah Ulfa lagi.

"Kenapa harus ke sini? Kenapa enggak di mushola biasa atau di dalam kamarnya sendiri?" tanya Nayra lagi.

"Ya mungkin Ustadz Raihan lebih nyaman di sini karena jauh dari kebisingan. Kalau di kamar dan mushola pasti masih terdengar suara santri yang kadang baca qur'an juga," jawab Ustadzah Ulfa.

Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang