Part 23

15.8K 1.6K 5
                                    

Nayra melipat sajadah baru saja ia pakai untuk sholat zhuhur. Setelah Ustadz Raihan pergi dari ruangan in tadi, Nayra menyibukkan dirinya dengan membaca Qur'an di sini.

Setelah membaca Al-qu'an tadi ia tertidur dengan lelap. Di dukung keadaan sepi dan nyaman membuat Nayra menerima ajakan matanya untuk tidur sebentar.

Suara merdu dari mushola pesantren membangunkan Nayra dari tidurnya, ternyata sudah waktu dzuhur. Nayra sholat di dalam ruangan ini, tersedia kamar mandi di sana membuat ia tidak perlu keluar lagi untuk berwudhu.

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang.

Nayra membalikkan badannya dan tersenyum melihat siapa yang datang.

"Wa'alaikumussalam Ustadzah," jawab Nayra sambil berjalan mendekat pada Ustadzah Afifa.

"Masya Allah. Ustadzah pikir Raihan yang ada di sini," kata Ustadzah Afifa.

Ustadzah Afifa mengusap kepala Nayra yang sedang menyalaminya.

"Afwan Ustadzah. Tadi Nayra ke sini dan Ustadz Raihan ada di sini. Beliau pergi setelah kehadiran Nayr ke sini," ujar Nayra yang diangguki oleh Ustadzah Afifa.

"Tidak apa. Nayra ini sudah siang kita makan siang dulu yuk. Ustadzah sudah masak dan Ustadz katanya makan di sekolahan," kata Ustadzah Afifa.

"Ustadzah Ulfa?" tanya Nayra.

"Ustadzah Ulfa sudah ada di rumah. Siang ini ada Raihan dan  Rasyid yang juga ikut makan siang bersama kita," kata Ustadzah Afifa.

"Rasyid?"

Nayra menatap Ustadzah Afifa dengan dahi bertaut.

"Iya Rasyid itu temennya Raihan. Setelah tamat dari sini beberapa tahun yang lalu Rasyid memilih kuliah di luar dan sudah tamat. Mengambil jurusan yang sama dengan Raihan yaitu ilmu Al-qur'an dan Tafsir,"

"Sebenarnya kedatangan Rasyid ke sini untuk bersilaturrahim tapi setelah Ustadzah cerita jika pesantren ini butuh tenaga pengajar dan menawarkan pada Rasyid untuk mau membagi ilmu di sini yang qadarullah beliau ada di jurusan yang sama dengan Raihan," jelas Ustadzah Afifa.

"Lalu beliau menerima tawaran Ustadzah?" tanya Nayra dengan hati-hati.

"Alhamdillah Nayra. Beliau mau dan katanya beliau mau sembari mengabdi pada ponpes yang dulu menjadi tempatnya menimba ilmu," jawab Ustadzah Afifa dengan tersenyum.

"Sekarang kita langsung ke rumah Ustadzah saja ya. Ustadzah Ulfa sudah menunggu sedari tadi," lanjut Ustadzah Afifa lagi.

Nayra mengangguk. Ia mengunci pintu dan berjalan beriringan dengan Ustadzah Afifa menuju rumahnya.

Sesampainy di sana, di ruang makan sudah ada Ustadz Raihan dan Ustadz baru bernama Rasyid yang duduk dengan rapi di kursi meja makan.

"Assalamu'alaikum," ucap Ustsdzah Afifa dan Nayra secara bersamaan.

"Wa'alaikumussalam," jawab kedua pria itu dengan hampir bersamaan juga.

Ustadzah Ulfa keluar dari dapur dan berdiri di samping Ustadzah Afifa.
Nayra membuang tatapan ke sembarang arah saat dirasa ada tatapan yang mengawasinya.

"Nayra," panggil Ustadzah Afifa.

"Iya Ustadzah?" sahut Nayra dengan tersenyum.

"Yang duduk di samping Ustadz Raihan itu adalah Ustadz Rasyid dan beliau yang juga insya Allah akan menjadi pengajar di sini," kata Ustadzah Afifa.

Nayra tersenyum dengan sangat manis dan menganggukkan kepalanya.

"Na'am Ustadzah. Ahlan wa sahlan Ustadz Rasyid," ujar Nayra.

Hanya ada anggukan dari Ustadz Rasyid. Ustadz Raihan dan Ustadz Rasyid tanpa sadar memandangi Nayra yang tersenyum dengan durasi yang cukup lama sampai suara Ustadzah Afifa yang menyadarkan mereka.

"Asif jiddan. Nayra dan Ustadzah Ulfa sebaiknya makan bersama Ustadzah di tempat lain ya. Silahkan untuk Nak Raihan dan Nak Rasyid menikmati hidangannya," ujar Ustadzah Afifa.

"Baik Umi. Syukron telah dihidangkan," kata Ustadz Raihan sembari menatap Ustadzah Afifa.

"Tafadhol," jawab Ustadzah AAfifh.

Melihat tatapan dari Raihan dan Rasyid pada Nayra yang menurutnya berlebihan membuat Ustadzah Afifa sedikit merasa bersalah karena telah mengajak Nayra ke sini.

Dari aksi pandang tadi Ustadzah Afifa bisa tahu bila kedua lelaki ini memuja Nayra. Tidak bisa dipungkiri jika Nayra teramat cantik dan pasti mengundang lirikan dari mata para ilhwan dan itu hal yang wajar.

Hanya saja, sebagai wanita sebaiknya menghindar dari tatapan para lelaki aznabi. Menjadi seindah-indahnya perhiasan atau seburuk-buruknya fitnah, bukankah itu pilihan bagi para wanita?

****

"Hari ini Ustadz Raihan ada jadwal mengajar santriwan jadi Ustadz Rasyid yang akan menggantikan beliau untuk mengajar Nayra ditemani Ustadzah Ulfa," kata Ustadzah Afifa pada Nayra.

"Ustadz Rasyid?" tanya Nayra dengan kedua alis yang menyatu,"

Ustadzah Afifa mengangguk sebagai jawaban.

"Baik Ustadzah," jawab Nayra dengan pasrah.

Dalam hati Nayra sedari tadi sangat berharap jika yang mengajarinya tetaplah Ustadz Raihan bersama Ustadzah Ulfa seperti hari biasanya.

"Ustadz Raihan dan Ustadz Rasyid itu ada di bidang yang sama. Jadi, Nayra tidak usah khawatir karena yang diajarkan oleh Ustadz Rasyid tidak akan melenceng dari yang Ustadz Raihan ajarkan," tambah Ustadzah Afifa.

Ustadz Raihan dan ustadzah Rasyid juga ada di sana. Mereka berkumpul di ruangan yang menjadi tempat biasa bagi Nayra menuntut ilmu.

"Baik Ustadzah. Tapi cuma sehari ini aja kan Ustadzah, Nayra bersama Ustadz Rasyid dan Ustadzah Ulfa?" tanya Nayra dengan sedikit ringisan.

Ustadzah Ulfa dan Ustadzah Afifa saling pandang dan sama mengukir senyum, seakan tahu arti di balik ucapan Nayra.

Sedangkan Ustadz Raihan langsung menunduk dengan bibir mengucapkan istighfar berkali-kali. Sedikit tidak enak pada Ustadz Rasyid.

"Hem belum bisa dipastikan sampai kapan Nayra. Karena Ustadz Imran sedang mengambil  cuti jadi mungkin selama beliau cuti Ustadz Raihan akan tetap di santriwan," kata Ustadzah Ulfa.

Raut wajah Nayra berubah begitu saja. Yang tadi sangat ceria kini terlihat sangat sendu.

"Ya sudah Ustadzah pergi dulu ya. Silahkan belajar dan semoga selalu semangat. Assalamu'alaikum," kata Ustadzah Afifa.

"Wa'alaikumussalam," jawab Nayra dan Ustadzah Ulfa secara bersamaan.

Setelah Ustadzah Afifa pperg dan sebelum Ustadz Raihan ikut pergi, Nayra mengambil ballpoint dari saku baju gamisnya dan menyodorkannya pada Ustadz Raihan.

"Tadi beli ke market Al-hidayah dan sisanya ambil ini. Semoga bisa bermanfaat untuk Ustadz. Asif jiddan kalau tidak suka Ustadz bisa kembalikan lagi ke aku jangan kasih ke orang lain," kata Nayra.

"Jaazakillah khayran Nayra. Insya Allah akan disimpan dan enggak akan diberikan sama orang lain," jawab Ustadz Raihan.

Nayra tersenyum malu dan dengan pipi yang merona.

"Iya Ustadz."

Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang