"Ana perhatikan sepulang dari lokasi santriwati bibirmu terus menyunggingkan senyuman. Apakah ada sesuatu yang membuat bibir antum tidak lepas dari tersenyum?" tanya Ustadz Raihan pada sahabatnya yang semenjak masih menjadi santri hingga saat ini yakni Ustadz Rasyid.
Ustadz Raysid semakin tersenyum mendengar pertanyaan Ustadz Raihan.
"Iya ada sesuatu yang membuat bibirku tersenyum. Akhi, boleh ana bertanya sesuatu pada antum?"
Dahi milik Ustadz Raihan seketika menampilkan gelombang.
"Tafadhol Akhi. Insya Allah, ana akan jawab jika sekiranya itu bisa ana jawab," kata Ustadz Raihan dengan wajah serius.
Ustadz Rasyid mengangguk sembari mempeerbaiki duduknya. Ia sengaja datang ke kamar milik Ustadz Raihan yang ada di lokasi asrama santriwan setelah melaksanakan sholat zhuhur tadi.
"Toyyib. Setelah berbulan-bulan belajar bersama Ukhti Nayra, apa yang Akhi rasakan? Ana perhatikan dari gerak-gerik Ukhti Nayra, sepertinya Akhi sangat berpengaruh bagi Ukhti Nayra," tanya Ustadz Rasyid.
Dahi Ustadz Raihan semakin mengernyit mendengarnya. Meski mereka kerap bersama sedari dulu dan sudah menjalin persahabatan sejak sekolah tapi mereka belum pernah membahas perihal wanita.
"Sebelumnya ana ingin sampaikan pada antum tentang apa yang ada di hati ana untuk Ukhti Nayra."
Ustadz Raihan terus memperhatikan dengan serius Ustadz Rasyid yang mulai membahas Nayra.
Jawaban yang tadi hendak terucap dari bibirnya terurung begitu saja karena sepertinya lebih baik ia menjadi pendengar dulu untuk Ustadz Rasyid.
"Ana tertarik padanya," ucap Ustadz Rasyid.
Ustadz Raihan menahan nafas sebentar. Tidak, ia tidak salah dengar. Tiga kata tadi memang keluar dari bibir Ustadz Rasyid.
Belum ada satu minggu tapi Ustadz Rasyid sudah jatuh cinta pada Nayra.Ustadz Rasyid tertarik pada gadis yang juga membuatnya tertarik. Dari banyaknya wanita dan para ustadzah berstatus masih gadis di pesantren ini mengapa pilihan Ustadz Rasyid harus jatuh pada gadis yang sama dengan yang ia sukai, Nayra.
"Akhi juga tahu apa yang harus akhi lakukan jika hati sudah jatuh pada cinta maka lebih baik akhi utarakan dan gapai cinta Nayra untuk akhi," kata Ustadz Raihan dengan tenang.
Tenang, tapi tidak bisa dipungkiri jika hati kecilnya sedikit khawatir.
Ustadz Rasyid tersenyum dan mengangguk."Tapi sepertinya Ukhti Nayra tertarik pada Akhi Raihan," kata Ustadz Rasyid.
Dalam hati Raihan ingin mengamini ucapan tersebut. Karena dengan begitu rasa hatinya terbalas.
"Hanya sepertinya akhi, dan itu belum pasti. Akhi Rasyid coba pastikan perasaan Nayra dengan melakukan ta'aruf, tidak ada salah utarakan maksud akhi di saat belajar nanti. Ada Ustadzah Ulfa juga di sana," kata Raihan.
"Hanya sebatas tertarik akhi. Ana belum sampai pada tahap jatuh cinta pada Ukhti Nayra," ujar Ustadz Rasyid.
"Rasa itu bisa tumbuh seiring seringnya nanti kalian akan ada dalam ruang dan waktu yang sama. Jangan diperlambat, takutnya syaitan ikut campur tangan," kata Ustadz Raihan.
"Tidak ada salahnya untuk akhi mengajak Nayra berkenalan secara syari'at dan jika ada kecocokan bisa diambil langkah selanjutnya," lanjut Ustadz Raihan lagi.
Tidak ada yang bisa menentang takdir bukan? Jika mungkin Ustadz Rasyid dan Nayra ada dalam garis yang sama menurut takdir, maka apa yang hendak Raihan lakukan? Tidak ada.
Raihan bukannya tidak percaya pada kekuatan doa yang bisa saja menggeser takdir, ia hanya saja melihat realita yang saat ini di depan mata.
"Akhi Raihan bisa temani ana untuk menyampaikan semuanya pada Ukhti Nayra?" tanya Ustadz Rasyid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma'had in Love (Tamat)
RomanceNayra tidak menyangka hidupnya penuh warna. Merasakan pahit diusia belia yang menghantarkannya bertemu pangeran ma'had untuk mengukir lukisan indah bersejarah bagi hidupnya. Saling mengenal arti cinta lewat sekat rasa dan tatap mata. Nikmat semakin...