Gema sholawat yang dilantunkan oleh suara merdu beberapa santri yang saling bersahutan terdengar di seluruh penjuru Pondok Pesantren Al-hidayah. Semua santriwan dan santriwati duduk dengan rapi di kursi yang sudah disediakan.
Banyak tamu yang hadir dari luar pesantren untuk mengikuti acara yang tengah digelar di pondok ini. Acara walimatul 'urs Nayra dengan salah satu pangeran pesantren ini digelar dengan mewah nan penuh suka cita.
Ayah Nayra yang tidak lain Rudi hadir sebagai wali dari Nayra untuk melakukan ijab kabul dengan Raihan. Suasana haru terjadi saat itu, Rudi tidak bahkan sampai menangis, tidak menyangka jika putrinya sudah sedewasa ini. Rasa menyesal sangat terasa di hati Rudi. Menyesal karena di saat ia sadar akan salahnya pada Nayra, di saat itu juga ia harus melepaskan dan menyerahkan sang putri pada lelaki yang akan menemani lsngkah Nayra dalam mengarungi hidup ini.
Secara bergantian dan dengan tertib satu persatu dari para tamu menghampiri dan memberi ucapan selamat diiringi do'a pada sepasang mempelai yang saat ini berdiri di atas pelaminan dengan senyum yang merekah indah di wajah keduanya.
Sementara Ustadz Thariq, Ustadzah Afifa, Bapak Rudi dan istrinya duduk di kursi yang sudah disediakan khusus untuk mereka sebagai orang tua dari kedua mempelai. Ustadz Rasyid ada di barisan para ustadz begitu pun dengan Ustadzah Ulfa yang duduk di antara kumpulan Ustadzah.
"Apa yang Kak Rai rasakan? Berada di atas pelaminan bersama Nay?"
Raihan menatap dalam Nayra.
"Yang aku rasakan sama persis seperti apa yang kamu rasakan," jawab Raihan.
Nayra mencebikkan bibirnya tanpa ada yang mengetahui selain Sang Maha Tahu.
"Apa yang aku rasakan?"
"Kamu pasti lagi bahagia," jawab Raihan lagi.
"Muta'alimu," (orang sok tahu)
gumam Nayra sambil membuang wajah ke arah para tamu yang sedang menikmati hidangan.
Raihan mengerutkan dahinya dan meraih tangan Nayra pelan.
"Coba diulangi lagi," pintanya.
Bukan Raihan tidak mendengar apa yang baru saja Nayra katakan tapi ia hanya ingin memastikan jika pendengarannya masih sangat berfungsi dengan baik.
"Muta'alimu." ulang Nayra lagi.
"Aku?" tanya Raihan lagi.
Nayra mengangguk dan membolakan matanya saat merasakan sebelah tangan bertengker di pinggangnya. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah tangan Raihan.
"Dan apa yang orang sok tahu ini bilang benar kan?"
"Emm...,"
"Permisi pengantin baru, lihat sikon dong. Nanti aja rangkulannya ya kalau mau foto-foto," ujar Shasa yang datang.
Raihan dengan segera menarik tangan kirinya dari pinggang Nayra. Mengatur lagi detakan jantung senormal mungkin.
"Shasa, ke mana aja sih? Aku cariin dari tadi loh," kata Nayra.
"Ya aku baru pernaiki hijab ini Nay. Oh iya ada yang mau ketemu kamu Nay. Orang spesial," kata Shasa.
Mendengar kata spesial menbuat Nayra menatap penuh tanya pada sang sahabat. Begitu pun Raihan. Ada sedikit rasa penasaran di hatinya namun tidak ia tunjukkan.
"Siapa?" tanya Nayra.
Shaha mengarahkan pandanganya sebelah kanan dari tempat mereka berada. Menunjukkan pada Nayra si tamu spesial yang ia maksud.
"Rio?" gumam Nayra pelan.
Rio sedang berjalan mendekat pada mereka. Shasa masih berdiri di sana karena permintaan dari Nayra.
Rio datang dengan Naya yang juga terlihat cantik dengan balutan syar'i di tubuhnya. Acara digelar di dalam lokasi pesantren, jadi semua tamu yang datang memang diharuskan mengenakan busana tertutup sesuai tuntunan islam.
"Selamat menempuh hidup baru ya Nayra. Semoga bahagia dunia akhirat," kata Naya.
Naya mendekat pada Nayra dan memeluk saudara seayahnya itu. Nayra mengucapkan kata terima kasih dan membalas pelukan Naya. Naya sudah tahu semuanya tentang Nayra dan sang papa.
Naya berulang kali meminta maaf pada Nayra atas apa yang terjadi pada orang tuanya dan bukan Nayra namanya jika tidak menyambut baik ucapan maaf dari Naya."Selamat ya Ustadz," kata Naya pada Raihan.
Raihan menangkup kedua tangannya di atas dada, menunjukkan penolakan halus pada Naya yang terlebih dahulu mengulurkan tangannya padanya.
"Terima kasih. Naya," jawab Raihan.
Raihan juga mendekatkan lagi posisinya ada Nayra. Tanpa sungkan ustadz itu meletakkan lagi tangan kirinya pada pinggang Nayra saat melihat Rio akan maju ke hadapan mereka.
Raihan hanya mrnunjukkan pada Rio, jika Nayra tidak terpuruk setetah ia khianati cintanya. Nayra bahagia dan Raihan ingin menunjukkan jika ia beruntung memiliki Nayra. Raihan tahu persis apa yang terjadi antara Rio, Nayra, dan Naya kala itu.
"Selamat ya Nayra. Selamat UsUsya," ucap Rio.
Nayra tersenyum kaku sementara Raihan tersenyum lebar dan menyambut uluran tangan Rio. Melepaskan tangannya dari pinggang Nayra yang tadi sempat membuat wanita itu merona malu.
Raihan menyambut Rio yang memeluknya dengan pelukan persahabatan.
"Cepat halalkan Naya. Apa lagi yang ditunggu?" Kata Raihan.
"Secepatnya Ustadz," jawab Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma'had in Love (Tamat)
RomanceNayra tidak menyangka hidupnya penuh warna. Merasakan pahit diusia belia yang menghantarkannya bertemu pangeran ma'had untuk mengukir lukisan indah bersejarah bagi hidupnya. Saling mengenal arti cinta lewat sekat rasa dan tatap mata. Nikmat semakin...