Part 33

16.9K 1.6K 21
                                    


Bibir Nayra tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Sejak tadi ia tidak ada yang ia lakukan selain tersenyum-senyum sendiri. Setelah sholat subuh Nayra tidak kembali tidur melainkan membuka kitab suci Al-Qur'an dan mengulang pelajaran yang ia dapat selama menimba ilmu di Pesantren Al-hidayah.

Tangan mungil milik Nayra hendak membuka buku catatan yang memang selalu ia bawa ke pesantren untuk mencatat yang menurutnya susah untuk dihenda. Sebenarnya Nayra bisa saja mencatat di note ponsel tapi akan sulit bagi Nayra mengulang pelajaran yang ia simpan di ponsel karena jika jemarinya dipertemukan dengan benda pipih berpengaruh itu Nayra akan lebih tertarik pada hal lain dibanding membuka catatan untuk diulang kaji.

Belum buku bersampul hijau tua itu ia buka, Nayra sudah lebih dulu termenung dengan senyum yang menghiassi wajah cantiknya.

"Lihat buku ini aja udah langsung ingat Kak Rai," gumam Nayra pelan.

Wajah Raihan yang rupawan langsung terbayang dengan jelas dalam ingatan Nayra.

"Huft, Nayra belajar. Kak Rai bisa aja berubah pikiran jadi nggak cinta lagi ke kamu kalau kamu nggak tau apa-apa. Ingat Nayra saingan kamu untuk dapatkan cinta seorang Ustadz Raihan itu banyak dan mungkin ada yang ustadzah. Kecantikan yang kamu miliki akan kalah dengan mereka yang cantik dengan ilmu, akhlak, dan agamanya. " bisiknya pada diriya sendiri.

Nayra menggeleng kecil dengan mata yang ia pejamkan kemudia menghembuskan nafas panjang sebelum benar-benar membuka buku catatannya.

"Aku belajar untuk mengejar ridho-Mu ya Rabb dan aku juga minta pada-Mu untuk diberi teman yang sholeh agar bisa menuntunku dalam meraih cinta-Mu," doa Nayra dengan lirih.

Menghilangkan sejenak bayang-bayang Raihan yang selalu saja hadir dipikirannya akhir-akhir ini. Ia harus belajar agar bisa dengan layak disandingkan dengan Raihan meski mungkin Raihan tidak menuntut tapi Nayra tahu setiap pria juga mengharapkan wanita yang tidak terlalu awam dengan hal agama.

Pernahkah Nayra katakan jika Raihan digemari banyak akhwat di tempat tinggal pria itu? Bisa saja mereka juga mebgharapkan hal yang sama dengan Nayra terhadap Ustadz Raihan.

Jika Ustadz Raihan dan Ustadz Rasyid saja bisa menaruh perasaan yang sama padanya, maka sangat mumgkin juga untuk ia dan wanita lain juga untuk menaruh rasa pada Ustadz Raihan.

"Assalamu'alaikum."

Hampir saja buku yang Nayra terlempar saking kagetnya ia mendengar suara yang berasal dari pintu utama rumahnya.

Dari cara mengucapkan salamnya saja Nayra sudah sangat hafal jika itu adalah sang sahabat yang tidak ada lain adalah Shasa.

"Wa'alaikumussalam," jawabnya.

Nayra bangun dari duduknya menghampiri pintu. Saat pintu dibuka senyum merekah dari bibir Shasa yang menjadi suguhan utama bagi Nayra.

"Masuk yuk Sha. Tumben dateng pagi-pagi?"

Shasa mengekori Nayra masuk ke dalam dan tanpa dipersilahkan lanpersilahkan di sofa tempat tadi Nayra duduk.

"Cie Kak Rai,"

Dengan tanpa merasa berdosa Shasa mengambil buku milik Nayra dan tidak sengaja terbuka di bagian tengah dan ada tulisan "Kak Rai" di sana.

Nayra membulatkan matanya dan berjalan cepat menghampiri Shasa, duduk di samping gadis itu dengan wajah penuh protes. Alih-alih merebut buku yang saat ini ada di tangan Shasa, Nayra memilih membiarkan bukunya tetap di ada di tangan sang sahabat. Toh Shasa sudah membacanya juga. Jadi percuma jika harus direbut lagi.

"Yang kamu bilang di telpon kemarin itu bener kan Nay? Si ustadz tampan Raihan itu mau balas perasaan kamu?" tanya Shasa tiba-tiba.

Mereka belum pernah bertemu sejak Nayra pulang dari ponpes beberapa hari yang lalu. Jadi, saking tidak bisa menahan rasa bahagia dan berbunga-bunganya Nayra memilih menelpon Shasa dan menceritakan apa yang terjadi pada waktu itu lewat sambungan telepon.

Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang