Extra Part 1

14.6K 1.4K 34
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum.
Gimana kabarnya teman-teman? Semoga baik dan selalu dalam lindungan Allah ya.

Aku bawa Extra part untuk cerita Nayra - Ustadz Raihan.
Terima kasih yang udah baca part sebelumnya ya❤

Nayra mengubah posisi tidurnya menjadi miring kiri saat terasa dingin di bagian pipi sebelah kanannya. Dengan mata yang masih terpejam, Nayra menarik selimut hingga menutupi sampai batas kepalanya.

Lelaki yang sedari tadi duduk di tepi tempat tidur yang tidak lain adalah Raihan menggeleng pelan dan menghela nafas berkali-kali. Matanya berulang menatap jam yang sengaja diletakkan di atas meja. Sudah jam lima pagi dan ia sudah pulang dari masjid setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Nayra, istri tercinta dari Raihan ini ternyata masih berada di atas tempat tidur. Masih mengitari alam mimpi yang sebenarnya harus segera dihentikan dengan membuka dua kelopak mata.

"Ih dingin Kak," ujar Nayra dengan suara pelan.

Raihan menggeleng lagi. Nayra kembali menutup kepalanya setelah tadi sempat Raihan tarik sedikit.

Raihan mengambil guling di samping Nayra dan menarik lagi selimut Nayra. Mata Nayra masih terpejam dengan manja. Cantik sekali istrinya ini, tapi tetap saja Raihan tidak boleh terperdaya oleh cantiknya sang istri sehingga melewatkan sholat subuh wanita itu.

Raihan mendekatkan wajahnya pada wajah Nayra dan bisa ia rasakan nafas Nayra yang berhembus dengan teratur.
Bibir Raihan mendekat pada telinga kanan Nayra.

"Asshalatu khairumminannaum," bisik Raihan tepat di telinga Nayra.

Bergidik, karena terasa geli pada telinganya. Nayra akhirnya membuka mata dan menatap Raihan dengan wajah dibuat rautnya semengantuk mungkin.

"Kak. Kak Rai sholat dulu aja sana ke masjid. Nay nanti bangun kok," kata Nayra pelan.

"Nantinya kapan, Sayang? Ini udah pagi loh Nay. Aku udah pulang dari masjid," kata Raihan.

Nayra dengan cepat bangun dari baringannya dan menatap bergantian pada jam juga wajah Raihan.

"Astaghfirullah dan Kak Rai nggak bangunkan Nay?"

Raihan mengusap kepala Nayra yang rambutnya tergerai dengan lembut.

"Baca doa bangun tidur dulu," kata Raihan. Tanpa ada anggukan Nayra melakukan seperti yang Raihan katakan.

"Ini yang kesekian kalinya aku coba bangunkan kamu. Sekarang bangun dan wudhu lalu sholat ya. Aku ke depan dulu, kayaknya ada yang ngetuk pintu," kata Raihan.

Nayra mengangguk dan memperhatikan setiap pergerakan Raihan sampai suaminya itu keluar dari kamar setelah meninggalkan satu ciuman cinta di kening Nayra.

"Ya Allah, jangan pisahkan lagi aku dengan suamiku setelah perpisahan waktu kami kecil dulu. Aku benar-benar ingin menjadi pendampinya di dunia dan akhirat nanti," doa Nayra.

"Aku mencintainya karena-Mu ya Allah. Izinkanlah kami untuk saling menggenggam dalam kebaikan dan beri aku kemudahan untuk menjadi istri shalihah bagi suamiku."

Tidak ada nikmat yang bisa untuk didustakan. Bagi Nayra, diberikan Allah seorang suami seperti Raihan adalah nikmat yang amat besar. Raihan yang dengan sabar membimbing Nayra dan tidak jarang sifat manja Nayra muncul dengan berbagai rengekan agar Raihan segera menyudahi membaca Qur'annya di malam hari dan Nayra rasanya sudah mengantuk.

Anehnya setelah menyudahi tilawah mereka, mata Nayra kembali bersahabat untuk terbuka apalagi jika disuguhi benda pipih ajaib yang menjadi segalanya bagi insan saat ini, kalau boleh suudzon pada syaitan, ingin sekali Nayra berprasangka buruk pada syaitan dan teman-temannya yang mungkin saja menjadi penyebab matanya mengantuk saat membaca Qur'an.

Namun, itu tidak berlangsung lama karena Raihan berhasil mengambil alih perhatian sang istri dari ponsel pada kisah para sahabat Rasul yang diceritakan oleh Raihan.

Hari kamis, Raihan melakukan puasa sunnah dan Nayra ikut menemaninya bangun sahur. Setelah sahur, Nayra kembali tidur sementara Raihan sibuk membaca Al-qur'an. Tidak ada tidur lagi setelah sahur bagi Raihan. Begitu pun setelah sholat subuh.

***

"Nay udah gendut ya Kak?" tanya Nayra sambil berdiri di depan cermin kamarnya.

Tangannya ia letakkan di atas pinggang dan memutar-mutar badannya.

Raihan bangun dari duduknya dan melangkah mendekat pada Nayra, menurunkan tangan sang istri dan mengganti dengan ia memeluk Nayra dari belakang. Gerakan Nayra berhenti begitu saja.

Jantung Nayra berdebar-debar, meski sudah berulang kali mendapat pelukan dari Raihan, tapi tetap saja Nayra merasakan gugup.

"Kenapa nanya gitu?"

Dari tiga hari yang lalu Nayra selalu bertanya tentang bentuk badannya yang katanya lebih berisi dari sebelumnya.

"Ya tanya aja. Takutnya kalau gendut nggak cantik lagi dan Kak Rai nggak cinta lagi,"

Raihan mengecup pipi kiri Nayra.

"Di mata dan hatiku, kamu akan tetap cantik mau segendut apa pun itu. Uhibbuki fillah. Tidak ada paksaan dalam kata cinta. Aku enggak terpaksa mencintaimu setelah bentuk tubuhmu berubah." ujar Raihan.

Nayra tersenyum dengan pipi bersemu.
Ia usap pipi Raihan yang ditempelkan pada pipinya. Mereka saling pandang dalam pantulan cermin.

"Insya Allah kita akan selalu saling mencintai karena sama-sama mencintai-Nya," kata Raihan lagi.

Nayra memutar badannya jadi menghadap Raihan. Merebahkan kepalanya pada dada sang suami. Air matanya mengalir begitu saja. Selalu begini, Nayra akan selalu menitikkan air mata kala diucapkan cinta Allah.

Siapa pun pasti begitu. Mengingat cinta yang telah, sedang, dan akan selalu Allah beri, pasti akan menitikkan air mata dan bergetar hatinya.

"Nay cinta Kak Rai karena Allah."

"Aku pun begitu istriku," kata Raihan.

Raihan mengecup dengan penuh sayang puncak kepala Nayra.

Kalampena97 follow ya. Insya Allah suka ya sama cerita ini? Kalau nggak suka nggak mungkin baca sampe sejauh ini. ..hehe. Terima kasih ya semuanya yang sudah rela meluangkan waktu untuk membaca kisah Ustadz Raihan dan Nayra.

Maafkan diriku kalau di dalam cerita ini masih banyak kekurangan.

Ma'had in Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang