This is Was Wrong From The Start

500 60 92
                                    

semua karakter, lokasi, organisasi, peristiwa dan latar dalam loveless fiction hanyalah fiksi.

warning : 22.500 words. semoga mata kalian tidak capek saat membacanya
dan pastikan untuk bener-bener baca sampai akhir. jangan lupa untuk selalu dibaca dengan bijak ya loveless fictionnya.

i wish you happy reading temen-temen llf ♡

warning: 15+

•••

Suasana lingkaran terasa sama saja sejak kepergian para gadis. Mereka tampak asik mengobrol seolah sudah lama bertemu. Ya.

Akrab. Satu kata itu yang tiba-tiba dapat mendeskripsikan mereka kini. Meskipun masih ada sedikit canggung di dalamnya, terlebih untuk Alex dan Dareen. Tetapi, karena pembawaan Dareen yang santai semua hal canggung itu seakan tertutupi.

Menerima keputusan untuk berpisah dari Grace ternyata masih sulit tuk bisa Adrian terima. Dirinya kini hanya bisa menekuk lutut, menampilkan raut wajah asam pura-pura bahagia, memperlihatkan senyuman yang semu. Semua itu dilakukan Adrian karena Grace yang memintanya sebelum mereka putus tadi.

Adrian pikir, perlakuannya di Balkon untuk Grace tadi juga mampu membuat kekasihnya itu bahagia. Tetapi ternyata Ia malah mendengar ucapan menyedihkan dari mulut orang yang dicintainya sendiri.

Adrian tentu sangat paham dengan segala kegelisahan yang dialami Grace wanitanya karena memang bukan hal mudah untuk benar-benar bisa terlepas dari kenangan masa lalu. Ya. Adrian Nugraha mengerti.

Adrian paham jika Grace mengalaminya. Kalau memang Grace Alicia wanita yang dicintainya masih membutuhkan waktu, Adrian akan berusaha untuk memahami itu. Meski semu, Ia yakin dirinya mampu. Untuk menunggu hingga ujung waktu.

"Lu kenapa?" tanya Dareen menoleh pada Adrian. "Diem mulu dari tadi. Ada apaan?"

Adrian menggeleng pelan. "Siapa? Gua?"

"Ya emang siapa lagi, Brader! Lu ngelamun mulu gua liat-liat dari tadi. Mikirin Grace? Apa mikirin si Itu?" tanya Dareen pelan.

'Itu' yang dimaksud adalah Valentine. Adik kandung dari Adrian. Kembaran Adrian.

"Nggak," jawab Adrian singkat. Tak lupa untuk memberi senyuman tipis di bibir. Agar Dareen percaya bahwa dirinya baik-baik saja. Agar semuanya juga percaya.

"Ini ntar malem pada jadi berangkat?" celetuk Aaron kepada mereka semua.

"Maunya sih jadi. Tapi gua masih mikirin anak cewek, takut kenapa-napa nanti pas di gunung. Lu tau sendiri cewek kalo naik gunung ribetnya gimana." ungkap Dareen.

"Kenapa pada mau mendaki malem coy?" tanya Aaron lagi. Menatap semua teman barunya di sana. "Kenapa nggak besok?"

"Mau liat sunrise," ujar Adrian tersenyum.

"Sunrise di sini menurut kamu bagus atau tidak??" tanya Evans setelahnya. "Karena baru pertama kali saya mendaki gunung ini. Kalau kamu kan sudah lama tinggal di sekitar sini." sambung Evans penasaran.

"Bagus-bagus aja sih menurut gua. Enggak ada masalah. Cuma ya tetep banyak yang harus lu semua taati. Peraturan sederhana buat para pendaki. Pada tau lah itu mah. Sama hati-hati aja sama anak cewek ntar,"

97z LOVELESS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang