6 Oktober 2021
•••
"Beb, ini duit sewa bulan kemaren udah gue TF."
Sebuah pesan dari kontak bernama Tanya muncul di layar sebuah ponsel, denting yang ditimbulkan dari notifikasi itu membuat wanita yang setengah tidur di kasur samping ponsel itu seketika membuka mata.
Wajah cantiknya masih kelihatan lelah dan lesu, meski demikian sambil mengumpulkan nyawa wanita muda itu mengalihkan badan ke arah gawai, mengambilnya cepat dan membuka pesan itu.
Selain pesan, ada pula foto bukti transferan di sana, ia menghela napas panjang sambil membalas pesan tersebut.
"Iya, Beb. Makasih."
"Omong-omong, kangen." Dengan emotikon wajah sedih dan sok imut ia pampangkan di sana.
"Iya, Sarah, gue juga kangen sama lo." Balasan Tanya disertai stiker orang menangis. "Minggu nanti gue ke sana deh, udah lama ih kita gak ketemu, Beb!"
Namun wanita itu, Sarah, segera membalas. "Jangan, gak usah, pengantin baru sana seneng-seneng dulu." Wajahnya tak rela, tetapi Sarah kelihatan tak ingin egois. "BTW, gimana malam pertamanya, Beb? Ada videonya kah?" Dengan emotikon mata belo dan dua pipi merah, Sarah terlihat menggoda Tanya.
"Dih, kepo lo dasar otak mesum!" Sarah tertawa pelan, ia tahu Tanya tak benar-benar marah.
"Canda Beb, canda." Sarah masih tertawa. "Lagian, bentar lagi gue juga bakalan nyusul elo, hehe."
"Eh, nyusul gue Beb? Nikah maksudnya?" Tanya bertanya-tanya.
"Yes, nikah dong! Gue udah mikirin hal ini jauh-jauh hari, semenjak reuni dan puncaknya gue liat elo akhirnya nikah juga! Ck, gue ngerasa ditinggalin, tega tau gak! Jadi mulai sekarang, ya target gue nikah!" Sarah menjelaskan panjang lebar dan meski terbaca cepat, Tanya tampak lama membalasnya.
Sarah mengerutkan kening bingung.
"Lo ... udah ada calon?" Tanya terlihat ragu-ragu dengan ketikannya.
"Enggak sih, tapi kan bisa dicari, lagian banyak kandidat kece, di kantor ada beberapa yang single." Sarah tampak percaya diri.
"Bukan mau ngeruntuhin kepercayaan diri lo ya, Beb. Cuman ke jenjang seserius itu harus ada komitmen jelas, bukan cuman iri-irian atau balap-balapan, lho." Sarah terdiam, yang dikatakan Tanya memang benar.
Namun, di satu sisi, keinginannya untuk tidak menjomlo lagi sangatlah tinggi. Aduduh.
Sarah akui meski punya banyak calon, Sarah sendiri tak mengerti, perasaannya rasanya kosong melompong untuk mereka. Tapi, ia ingat sesuatu, seseorang pernah bilang,
"Cinta dateng karena terbiasa kan? Gue tau, karena pekerjaan dan alasan itu, gue ampe gak buka hati ke mana-mana bahkan nutup diri. Lo gak mau gitu dukung gue buat jalani hidup ke depan Beb?" Sarah terlihat berwajah sedih, bahkan stikernya pun stiker nangis bersama hingus yang keluar.
"Maaf, Beb, maaf. Gue dukung elo selalu, Beb. Semangat carinya, dan gue doain lo dapet cowok baik! Cowok yang terbaik buat elo! Kalau bisa nilai plus ganteng kayak aktor favorit lo, Jamie Dornan."
"Heh! Kampret lo, Beb!" Tanya hanya membalas dengan stiker tertawanya. "Tapi gak papa sih seganteng dia, hihi."
"Malu malu tapi mau sama Babang Grey ya, Bebeb Mecum!"
"Ish apaan sih!" Dan keduanya bercanda, meski demikian tetaplah Sarah memikirkan perkataan sahabatnya itu, jadi selain memikirkan suami masa depannya ia juga harus memikirkan dirinya, dan banyak komitmen lain.
Huh ternyata ingin menikah saja bisa seribet itu.
Tiba-tiba, ketukan di pintu terdengar.
"Nah, keknya paket gue dateng nih, nanti lagi ya, Beb! Nanti kalau kita keasyikan, gue ganggu momen lo sama misua! Salam buat dia! Lov yu! Jangan lupa kirim videonya dong!" Sarah mengejek sambil memasang stiker bulan hitam tersenyum mesum.
"Otak lo kotor, Beb! Lov yu too! Jajan mulu ya lo mentang-mentang tanggal muda!" Sarah hanya tertawa akan balasan itu sebelum akhirnya merapikan dirinya dengan kecepatan kilat, biar tak mandi tapi bersih dan enak dilihat.
Sarah segera keluar bersama ponselnya, namun bukan babang paket bersama harta karun yang datang tetapi ditemukannya Ibu Kost di sana. Namun ternyata dirinya tak sendiri, ada Bapak Kost juga, serta seorang pria yang sepertinya seumuran Sarah di belakang mereka. Menunduk malu-malu seakan tak berani melihat Sarah.
Kenapa nih? Sarah salah apa? Padahal ini bukan tanggal tenggang pembayaran, justru masih lama dan Sarah selalu on time.
Terus siapa itu? Cowok ganteng berkacamata yang diketekin mereka? Debt Collector? Lho kok?
Sarah mengerutkan kening bingung. "Bu, Pak, ada apa?" tanya Sarah to the point.
Dan mereka senyam-senyum.
"Nak Sarah, jadi Bapak sama Ibu ke sini ...." Bu Kost menggantung kalimat, ia menatap pemuda di belakang suaminya. "Brendon, ayo maju, Nak. Kamu bilangnya bakalan berani dan ngomong sendiri kan?"
"Eh?" Pria muda itu, Brendon, Sarah menatapnya sedemikian rupa. Siapa dia? Kenalan Ibu Bapak Kost? Siapanya?
"Ayo, Nak! Astaga!" Bapak Kost mendorong Brendon maju, dan akhirnya kini Brendon menghadap Sarah. Sayangnya, wajahnya masih tak berani menatap wanita itu.
"Brendon, cepetan Nak!" Bu Kost mendesak. Lalu menatap Sarah dengan senyum malu. "Maaf, Nak Sarah. Anak Ibu ini memang sangat pemalu dan penakut."
Anak Ibu? Bentar, anak Ibu Kost? Dia anaknya Ibu Kost?! Sungguh?!
"Eh, Ibu ... Ibu sama Bapak punya anak cowok?" tanya Sarah tak percaya.
"Iya, ini anak pertama kami, Nak. Niken sama Hesti memang enggak pernah ngasih tahu?" tanya Bu Kost. Mereka berdua saja tak pernah bilang itu ke Sarah lho apalagi anak-anaknya yang Sarah sendiri tidak akrab-akrab banget.
Jelas, Sarah menggeleng, tapi ini sebenarnya mau apa?
"Ma, keknya kita kesannya terlalu nyembunyiin Brendon jadi dia kayak anak tersembunyi!" Sang Bapak Kost berkomentar.
"Aduh ... ni anak astaga!" Sedang Bu Kost masih berusaha mendesak Brendon.
Sarah semakin bingung, ini ngapain sih sebenarnya?
"Brendon, ngomong sesuatu, Nak. Cepat ...."
"Sa-Sarah ...." Akhirnya Brendon bersuara, memanggil nama Sarah dengan terbata tetapi Sarah akui suaranya lumayan dan ia seperti kenal suara itu. "Sa-sa-sa-sa-sa-sa ...."
Apa pula sa sa sa ini? Merk bumbu dapur?
Sang bapak langsung menabok bahunya. "Saya mau ngajak nikah kamu!" Itu ucapan yang keluar secara spontan dan tiba-tiba, tidak terdeteksi dan sangat cepat tetapi Sarah mendengarnya dengan jelas.
Sangat jelas.
Hingga wanita itu cengo.
"Ha?"
"Heh! Brendon!" Brendon langsung ngacir setelah mengatakannya, ayah dan ibunya memanggil tetapi pria muda itu langsung masuk ke rumah Bu Kost yang ada di seberang kost-kostan putri di sana. Sarah masih syok dengan apa yang dia dengar sedang Ibu serta Bapak Kost tukar pandang miris.
"Huh ya udahlah kita bantu anak kita, Ma."
"Iya, Pa."
Keduanya lalu menatap Sarah yang masih syok dengan pendengarannya.
"Jadi ... Nak Sarah, kami mau bilang sesuatu ... soal Brendon, yang bilang ke kami kalau dia pengen Nak Sarah ... jadi istrinya."
What the heck?!
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Любовные романы21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...