13 November 2021
•••
Akhirnya, setelah lagu yang amat manis dan membuat semua orang terharu itu, pesta reuni pun resmi berakhir. Brendon dan teman-temannya sebenarnya tak rela berpisah, tetapi waktu mereka sendiri ada kesibukan masing-masing, jadi setelah bercanda tawa dan pamit satu sama lain Brendon pun pulang dengan tenang bersama Bapa CS mengekorinya.
Lalu baru sampai rumah, Brendon sudah disambut hangat oleh keluarganya, terutama Sarah yang langsung berambur pelukan seraya tangisan hingga Brendon terharu sambil mengusap punggung Sarah, menenangkannya.
"Hust hust hust ... jangan nangis, entar baby kita ikutan sedih, Sayang." Sarah berusaha menghentikan tangisan sambil menyedot ingus. Brendon tertawa pelan. "Cup cup cup." Bumil memang emosional, tapi Brendon lumayan suka sifat Sarah yang kadang keibuan lalu tiba-tiba jadi bayi besar.
"I really really love you so much ...." Sarah mengulang kata-kata Brendon sebelum bernyanyi itu dan hal tersebut membuat Brendon tersenyum hangat, memeluk erat Sarah lebih erat.
"Ya udah, udah malem banget, kamu udah makan malam kan?" Sarah mengangguk. "Bumil gak baik kemaleman tidurnya, ayo kita tidur."
Sarah kembali mengangguk.
"Gendong."
"Oke, Sayang." Brendon pun menggendong Sarah dengan gaya yang sebaik mungkin agar anak mereka tak terjepit.
Sedang para keluarganya hanya bisa menatap haru sekaligus bahagia, sedari tadi cuman diam karena tak mau mengganggu momen indah keduanya yang kini beranjak pergi. Saat mereka memasuki rumah, barulah Bapa menatap CS-nya.
"Makasih sudah bantuan Bapa, ya udah kita makan malam bareng! Hayok!" ajak Bapa dengan bangganya.
"Eh, boleh Pa? Tapi kami gak sempet ngapa-ngapain tadi," kata salah satu dari mereka.
"Ya udah kalau gak mau ya gak papa." Bapa langsung melengos masuk.
"Eh mau, Pa, mau!" Bapa, Mama, dan kedua adik Brendon hanya tertawa sebelum akhirnya mereka mulai masuk rumah.
"Jangan berisik ya, biar gak ganggu Brendon sama Sarah." Sang ibu menasihati.
"Siap, Ma."
Saat memasuki rumah itu, mereka tak sadar ada sesosok pria berdiri dengan pakaian kasualnya tak jauh dari kost-an di antara kegelapan malam. Tangannya memegang sebuah kertas yang kemudian ia jatuhkan ke lantai sebelum akhirnya ie pergi meninggalkan rumah itu.
Esok harinya, semua memulai awal yang seperti biasa, tetapi bedanya kali ini Brendon dan Sarah serta keluarganya agak sibuk berkemas. Karena sebentar lagi, rumah impian mereka akan ditempati, truk pengangkut barang sudah sampai depan rumah, semua sudah dikemas dan disiapkan subuh-subuh buta waktu itu hingga siangnya mereka pun siap berangkat.
Salam perpisahan sangat mereka manfaatkan momennya sebaik mungkin, orang tua Brendon tak menyangka akhirnya anak sulung mereka akan tinggal terpisah, ada rasa kehilangan tetapi lebih banyak rasa bangga. Toh, rumah mereka tak jauh jadi mereka pasti akan bisa bertemu selalu. Brendon yang kini punya keluarga kecil sendiri benar-benar sebuah pencapaian hebat bagi sepasang suami istri berusia lanjut itu ... luar biasa!
Mereka sangat bersyukur.
"Semuanya udah dimasukin, Pak?" tanya sang sopir pada Brendon yang asyik berbincang dengan mamanya.
Brendon menoleh. "Yah, itu terakhir. Semuanya beres, kita tinggal berangkat." Ia lalu menatap Sarah di sampingnya. "Ayo, Sayang."
Sarah mengangguk, ia mendapatkan ciuman dari mama, Hesti, dan Niken, kemudian mendapat pelukan hangat dari keluarga Brendon, begitupun Brendon sendiri sebelum akhirnya menuju mobil. Namun, mata Sarah entah kenapa tertuju pada sebuah kertas yang agak unik di atas marmer lantai depan kost tempat ia nge-kost dulu.
Baru Brendon membukakan pintu, melihat Sarah oleng ke arah lain membuatnya bingung. "Kenapa, Sayang?"
Sarah melangkah ke sana dan memungut kertas itu, dan benar saja itu bukan kertas biasa, bahkan mengagetkannya. Hal yang membuat Brendon sontak memperhatikan juga.
Siapa sangka, itu adalah foto polaroid, dan foto yang tercetak di sana sangat mengejutkan. Yaitu foto yang pernah dikirimkan email misterius tetapi kali ini tanpa coretan, hingga wajah keduanya, Sarah dan mantannya terlihat jelas terpampang.
Sarah menatap Brendon syok. "Dia ... dia ada ke sini?" tanya Sarah terkejut.
"Sayang, tenangkan diri kamu, aku bakalan jaga kamu ... gak bakalan dia bisa nyentuh kamu barang sehelai rambut pun!" Brendon meyakinkan, wajahnya begitu dingin dan sangar, apa-apaan orang ini berani diam-diam datang ... awas saja Brendon tak akan tinggal diam.
"Tunggu ...." Sarah yang syok mengerutkan kening, ada sesuatu di foto itu yang menarik perhatiannya lagi, yaitu sebuah kertas lain yang ternyata ditempel di sana. Sarah membuka kertas itu, melihat apa yang ada di dalamnya, dan kemudian membacanya. "Im sorry?"
"Brendon, Sarah, ada apa? Tuh truknya udah jalan tuh!" Karena berada di balik mobil, keluarga Brendon tak benar-benar tahu apa yang Sarah dan Brendon lakukan di sana.
"Sarah, kita masuk dulu, ya, Sayang." Brendon merasa masih belum seharusnya ia bercerita soal itu ke keluarganya, mereka sudah banyak menghadapi masalah. Sarah dan Brendon pun masih mobil, berpamitan lagi dan berakting layaknya tetap bahagia, dan akhirnya Brendon menjalankan mobilnya.
"Apa maksudnya I'm sorry? Dia ... minta maaf?" tanya Sarah, menatap suaminya yang menyetir.
"Sepertinya dia udah menyesali perbuatannya, kan?" Brendon sebenarnya ragu karena tahu betapa brengseknya mantan Sarah itu.
"Aku ... khawatir dia ngelakuin sesuatu, Brendon."
"Sarah, tenangkan diri kamu, aku akan selalu jaga kamu terutama dari dia. Kami, aku, keluargaku, teman-teman kamu, kami bakalan memastikan si brengsek itu gak bakal nyentuh sejengkal pun dari diri kamu. Aku yang bakalan nyeret dia ke penjara. Kalau kamu mau aku penjarain dia sekarang juga, aku siap!" Brendon tak ingin terjadi apa-apa pada istrinya dan calon anaknya, dia rela bunuh orang demi itu. "Gak akan."
Sarah meski masih agak khawatir, tersenyum hangat. "Makasih ya, Sayang."
Brendon mengusap lembut bahunya. "Iya, Sayang ...."
Brendon benar, dia punya banyak orang yang melindunginya, dan Sarah juga punya ilmu bela diri yang cukup. Sudah dapat dipastikan, ia aman, ya ... ia pasti aman. Sarah tersenyum hangat menatap suaminya yang sekilas menoleh dengan senyuman juga karena fokus menyetir.
Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di rumah impian mereka, disambut Jack dan ayahnya yang segera membantu keduanya membereskan rumah serta banyak hal lain. Para cowok mengangkat berat dan menata, dan Sarah memberi instruksi ini itu sesuai arahannya.
Hingga cukup lama ....
Rumah impian mereka selesai, betapa indah dan cantiknya meski ukurannya sedang tetapi sangat nyaman dan legang. Mereka menatap ruangan demi ruangan yang sudah tertata rapi dan sangat bersih, lalu berhenti di ruangan khusus di mana banyak perabotan khas bayi di sana. Keranjang, mainan, masih banyak lagi..
"Cantik, ya," komentar Sarah, dan Brendon mengangguk setuju.
"Kalau cewek, kita cat tema bunga dan pesta teh. Kalau cowok mungkin kita cat tema astronot atau dinosaurus," kata Brendon, tersenyum menatap Sarah.
Selama beberapa saat, mereka bersitatap, terpaku mata ke mata satu sama lain hingga perlahan keduanya saling mendekat. Berpelukan hangat dan memberikan rasa bibir masing-masing, bermesraan ala pengantin muda.
Seakan dunia hanya milik berdua.
Di rumah kecil ini, bersama keluarga kecil ini, akan banyak lembaran-lembaran baru tercipta. Baik Sarah yang dulu takut akan cinta dan berfokus pada kariernya, dan Brendon yang dulu takut akan dunia dan menjadi nolep mania. Alur tak disangka mengubah hidup keduanya, pertemuan tak terduga berbuah manis menciptakan sesuatu yang begitu berharga.
Di sini tertanda, cinta sang nolep, abadi hingga ke masa tua.
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Romance21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...