9 November 2021
•••
Sebuah ketukan di pintu terdengar, Sarah yang ada di dapur bersama ibu mertua dan dua adiknya menoleh ke sumber suara.
"Itu keknya mereka!" Sarah terlihat amat antusias, ia berlari kecil menuju depan.
"Sarah, pelan-pelan jangan lari-lari, Sayang." Sang mama menegur seraya geleng-geleng kepala.
"Eh maaf, Ma." Sarah melambatkan jalannya hati-hati, tetapi wajahnya terlihat tak sabar sampai di depan, di mana nyatanya ada Brendon yang membukakan pintu lebih dahulu. Saat Sarah berdiri di samping suaminya, menemukan siapa tamu di hadapannya, Sarah dan sosok di hadapannya memekik kencang ala perempuan.
"Aw, Sistaaaa!!!" Itu Tanya, dan di sampingnya suaminya yang tinggi tegap, meski lebih tinggi Brendon sedikit tetapi begitu keren dengan pakaian kasualnya.
Sarah dan Tanya berpelukan seakan tak peduli lagi sekitar, termasuk suami mereka masing-masing. Selama beberapa saat bercipika cipiki dan haha hihi, di mana Brendon dan suami Tanya hanya bisa nyengir dalam diam, akhirnya keduanya berhenti.
"Hai, Brendon!" Tanya menyapa Brendon, menyalaminya. "Whoa, memang pilihan Sarah keren juga ya," pujinya.
Sarah tertawa. "Lo juga, Sis." Sarah menyalami suami Tanya, mereka belum benar-benar berkenalan secara resmi dulu. "Sarah."
Lalu, suami Tanya menyalami Brendon. "Cameron."
"Brendon." Kedua pria itu tampak kasual dan santai.
"Sis, sadar gak, nama suami kita sama-sama berakhiran on." Sarah memulai rumpian.
"Ih, iyaya! Emang kita ini sahabat sejati! Nanti anak kita kita jodohin ya! Gue udah ngisi juga, lho!"
"Oh ya?" Melihat keduanya antusias seakan dunia milik berdua, para pria hanya bisa tercengang saja tanpa banyak suara. Yah, cewek. "Astagaaaa selamat, Sis! Gak beda jauh ih kita, astaga!!! Selamat!!"
"Lo juga selamat ya, Sis ...."
"Selamat, ya, Tanya, Cameron." Brendon berusaha ikut andil dalam percakapan.
"Kalian selamat juga, Brendon, Sarah." Cameron menanggapi.
Lalu, dunia seakan mirip para bumil saja.
"Eh, Nak Tanya sama Nak Cameron dah dateng. Kenapa gak diajak masuk? Ayo masuk masuk!" Syukurlah, andai tak ada sang mama, mungkin mereka akan berdiri di sana mendengarkan banyak ocehan para cewek yang sepertinya tak ada habisnya.
"Kuy, Sis! Mama mertua gue bikin burger spesial lho, aman buat bumil karena sehat!"
"Wah, apa iya? Ih dah lama gak makan burger!"
"Ada kue balok juga lho!"
"Asyik!"
Istri mereka bergandengan menuju ruang tamu, sementara para suami hanya bisa bertukar pandang. Yah mau bagaimana lagi. Keduanya lalu mengekori istri mereka dan duduk di sofa yang tersedia, masing-masing berdua.
Tak lama, Hesti dan Niken datang menyuguhkan makanan dan minuman, dan sang ibu datang.
"Tanya!"
"Bu Kost!" Mereka berdua cipika cipiki seperti Sarah bertemu Tanya tadi. "Bu Kost, apa kabar?"
"Baik, baik, kamu sendiri sama suami kamu? Udah lama nih gak ketemu kamu."
Tanya hanya tertawa. "Baik juga, Bu. Kami berdua baik. Oh ya mana Bapak Kost nih?" Tanya terlihat celingak-celinguk.
"Biasa, kabur ke parit buat mancing," kata sang ibu dan mereka hanya tertawa. "Oh ya denger-denger ... kamu hamil juga?" Sang ibu tampak antusias.
Tanya memegang perutnya, mengangguk. "Iya, Bu. Saya hamil." Ia menatap Sarah, Brendon, kemudian suaminya bergantian.
"Wah, selamat kalian pasangan muda!"
"Makasih, Bu." Cameron tertawa pelan.
"Oh ya, Ma. Boleh izin gak? Buat mengikat tali silaturahmi aku sama Tanya. Kami rencananya mau jodohin anak kami." Huh memang agak mengagetkan, belum nongol ke dunia sudah dijodoh-jodohin. "Tapi kalau memang beda gender, kok."
"Iya, Bu. Boleh kan Bu?" Tanya memohon.
Sang mama menghela napas. "Aduh ... belum apa-apa juga. Yah terserah kalian sajalah, Ibu mah ikut-ikut aja. Ibu tinggal kalian dulu, ya. Silakan dinikmati makanannya." Wanita itu berdiri, memberi waktu keempat pasangan muda itu berbincang satu sama lain.
"Jadi, Sis, anak kalian nanti dinamain apa?" Dan mulailah Sarah dan Tanya berbincang banyak hal, random sekali sampai para pria tidak konek.
Brendon dan Cameron bertukar pandang, rasanya canggung, tetapi kemudian Brendon berdeham. "Silakan." Brendon menyerahkan piring berisi kue balok, Cameron mengambilnya satu.
"Terima kasih." Brendon lalu meletakkan piring lagi dan mengambil satu untuknya, mulai makan.
"Oh ya, Tanya bilang kamu Bee, streamer gamer kan?" Brendon menoleh ke Cameron yang mulai mengajaknya berbincang. "Saya kenal kamu, saya pernah curhat sama kamu." Brendon agak kaget, sungguh? Ia lupa sih, karena banyak curhat padanya sebagai anonim.
"Ah, yah, itu saya." Brendon mengangguk saja meski agak canggung.
"Kamu benar-benar terkenal ya, dan well, tidak bisa dipungkiri. Tips yang kamu berikan saat itu sangat ampuh." Brendon sendiri lupa tips apa yang diberikan. "Memang tidak semua wanita menikah hanya karena harta, saya bisa menepis rasa takut saya dan membuka mata, menyadari kekasih saya memang bukan wanita seperti itu dengan ungkapan kamu, saya mencari tahu tentang wanita saya sebenarnya."
Ah, soal itu ... ia ingat memang ada seorang pengusaha sukses yang takut kejadian seperti orang dikenalnya. Wanita itu meninggalkan si pria setelah menguras hartanya, membuatnya miskin dan jatuh, bahkan menginjak-injak harga dirinya. Ia takut wanita yang saat ini bersamanya, hanya ingin harta, bukan cinta. Salah satu masalah yang begitu banyak terjadi di lapangan.
Tanya memang cewek baik, dia sahabat Sarah pasti Sarah tak mungkin memilih sahabat asal, Brendon bersyukur memberikan tips bagus hingga mereka bersama.
"Saya bersyukur kalau begitu. Tanya memang baik."
"Benar." Cameron mengangguk setuju. "Jadi, kamu tahu dia orang baik jadi memberikan tips itu pada saya? Maksud saya ... kamu tahu Tanya sebelum ini kan?"
"Sebenarnya ... enggak, saya emang tahu Tanya, tapi enggak tahu yang curhat itu kamu dan yang kamu maksud itu Tanya. Karena anonim." Brendon menggedikan bahu. "Saya ... saya sebenernya cuman pengecut yang berharap semua orang gak jadi pengecut macam saya. Terutama dalam hal percintaan. Tapi saya sebenernya sadar, advice saya ini termasuk general, nyuruh kamu nyari tahu soal cewek kamu sendiri dan memastikan dia memang benar-benar ingin cinta atau cuman harta. Sebuah antisipasi sebelum memulai itu salah satu hal penting."
"Hey, Man." Cameron menepuk lembut bahu Brendon. "Tidak peduli se-general apa pun advice, selama itu benar adanya, itu hal bagus. Karena kadang, orang perlu diingetin hal-hal begitu, termasuk saya yang buntu saat itu. Lagipula, kamu melakukan hal baik, pada saya dan istri saya."
"Terima kasih."
"No no no, thanks to you." Brendon tersenyum, Cameron enak juga diajak bicara. "Oh ya boleh kumakan ini?" Cameron meminta izin mengambil burger.
"Eh silakan silakan, gak usah sungkan-sungkan."
Dan nyatanya, mereka tak sadar diperhatikan para istri. "Keknya suami kita bakalan sahabatan juga nanti, Sis," ucap Tanya.
"True af, Sis," balas Sarah.
Mereka terharu melihat Brendon dan Cameron begitu akrab meski perdana kali pertama bertemu. Rasanya Sarah sangat bangga pada suaminya yang dulu nolep akut kini menjadi pribadi yang terbuka dan sangat humble, pelan tetapi pasti Brendon semakin pemberani.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Romance21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...