20 Oktober 2021
•••
Mama bilang pada mereka saat itu: "Udah, jangan keseringan di kamar, entar habitatnya menetap di sana kaya dulu! Sana kalian jalan-jalan keluar, kan udah lama kalian pengen jalan-jalan." Begitulah ungkapan pengusirannya dan memang benar, mereka ingin jalan-jalan tetapi terhalang Sarah dan pekerjaannya, jadi Minggu ini mereka pun menuntaskan keinginan dari kemarin-kemarin itu.
Jalan-jalan sepuasnya seharian!
Bensin full, duit tebal, tinggal pilih saja mau ke mana, kini Brendon dan Sarah berboncengan keliling kota, bak pasangan di mabuk kasmaran tanpa cela. Jalan-jalan menembus angin semilir yang segar mengeringkan gigi keduanya.
"Jadi, kamu mau singgah ke mana?" tanya Brendon, perlu sedikit berteriak karena angin menenggelamkan suaranya, sekilas menoleh ke belakang untuk melihat Sarah.
"Singgah ke mana ya? Terserah aja deh." Sarah balik berteriak. Entahlah, Sarah tak kepikiran soal tempat yang pas untuk dating, begini saja sudah membahagiakan walau mungkin nanti bikin masuk angin.
"Aku mmm ...." Brendon terlihat ingin mengutarakan sesuatu tetapi ragu.
"Kamu sendiri mau ke mana?" Sarah berusaha membuat Brendon buka mulut.
"Ter-terserah aja."
Sarah ragu, Brendon pasti mau ke suatu tempat. "Kamu mau ke mana sebenernya? Bilang aja mungkin aku suka."
"Aku ... aku mau ke gado-gado favoritku, aku sering beli via online, enak banget ... mau-mau ke sana?" tawar Brendon malu-malu.
"Gado-gado? Boleh aja. Aku suka kok gado-gado." Brendon tersenyum bahagia begitupun Sarah. "Ya udah kita ke sana aja, kamu tahu tempatnya kan?"
"Iya, ada di Maps." Dan mereka pun meluncur ke tempat jualan gado-gado itu. Ternyata di sana cukup banyak orang mengantre, dan Sarah terlihat mengenali pemilik gado-gado.
"Oh, Gado-gado Mas Nasrul ya? Ini gado-gado legenda kembarannya bosku, Brendon." Brendon hanya menatap bingung Sarah, dia tak terlalu tahu hal begituan. Tapi bos Sarah, kembarannya penjual gado-gado? "Pak Quill mungkin ada di sini, tiap Minggu dia bilang ke sini, ayo kita masuk!"
Sarah menyeret Brendon masuk melewati banyak antrean itu, Brendon agak menunduk malu karena banyaknya orang-orang, hingga kini mereka menghadap pemilik kedai yang tengah sibuk-sibuknya. Ada sepasang pria kembar, seorang pria lain, tiga orang wanita dan anak-anak juga, mereka terlihat sibuk.
Namun, salah satu pria kembar tersenyum akan kehadiran Sarah. "Hei, Sarah. Kamu ke sini?" tanyanya.
"Pak Quill!" sapa Sarah ceria. "Oh ya, ini Brendon, calon suami saya Pak."
"Oh jadi ini Brendon, salam kenal ya!" Quill berkata dan menatap yang lain. "Omong-omong, ini salah satu karyawan teladanku. Dia OTW nikah."
Mereka mengangguk paham. "Salam kenal ya Sarah, Brendon, semoga langgeng. Saya Nasrul." Kembaran Quill berkata, mereka yang lain pun memperkenalkan diri sebagai sang sahabat dan istri serta anak masing-masing.
"Oh ya kalian ngapain ke sini? Urus katering nikahan kah? Atau ...?" tanya Pak Quill.
"Sebenernya kami cuma mau makan aja gitu, Pak. Soalnya ini gado-gado langganan Brendon via online." Brendon menyengir malu-malu. "Tapi sepertinya itu ide bagus. Gimana, Bee?"
"Iya oke aja."
"Nah, rezeki tuh, Rul! Let's go!" Dan selain memesan makan, mereka juga membicarakan soal katering, dan Brendon sejenak berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Romance21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...