Part 32

3.7K 514 42
                                    

5 November 2021

•••

Setelah demam beberapa hari, Brendon mulai mengurangi aktivitas beratnya, terlebih ia sudah tahu pengancam itu--mantan Sarah, sekaligus dosen Niken. Niken ditunjuk menjadi mata-mata sekaligus harus hati-hati dengan pria itu, dan Niken tak menyangka ternyata dosen yang menurutnya baik itulah mantan berengsek Sarah.

Namun, demi keduanya, Niken sebagai adik yang baik menurut saja, demi mengurangi beban kakaknya juga.

Kini, aktivitas berjalan seperti biasa, pernikahan muda memang dalam masa manis-manisnya. Walau Sarah dan Brendon kadang sibuk dengan urusan masing-masing, tetapi banyak waktu yang dihabiskan bersama, meski yah kadang pertikaian kecil terjadi--seperti layaknya hubungan normal pada umumnya, hal yang biasa terjadi pada pasangan.

Contohnya ketika Sarah membeli es krim amat banyak, Brendon menegurnya, Sarah sebenarnya sangat ingin es krim agak sedih tetapi hanya sebentar karena sadar memang agak berlebihan membeli es krim satu ember, jadi hubungan mereka adem kembali. Alhasil es krim pun dimakan sekeluarga.

Lalu ada lagi, mobil yang dipesan Brendon datang, dan Brendon yang padahal belum lulus mendapatkan SIM berani menjemput Sarah dengan mobil itu. Tentu, Brendon kena omel Sarah, karena baginya sangat berbahaya terlebih Brendon saja nyetirnya agak ugal-ugalan karena tak terlalu pandai mengendalikan mobil. Syukurlah pulang dengan selamat jadi Sarah bisa bernapas lega dan Brendon sangat menyesali perbuatannya.

Berhari-hari belajar naik mobil, akhirnya Brendon mendapatkan SIM-nya, rasanya Brendon mau nangis karena ia sudah bisa mengemudi dengan baik plus ia sudah bisa mengantar jemput Sarah tanpa takut dirinya kena tilang atau membuat Sarah kenapa-kenapa. Ugh, ia bersyukur kenekatannya kemarin tidak membuat Sarah kenapa-kenapa.

Wanita itu terlihat semakin chubby, baik badan dan pipinya, terutama bagian perut. Sarah semakin menggemaskan setiap hari, membuat Brendon ingin memakannya, tetapi sadar Sarah hamil dan Brendon merasa kalau dia mengganggu little Brendon-Sarah dalam perut wanitanya, ia bukan ayah yang baik. Kasihan kalau kegencet.

Hari-hari begitu normal, sangat normal sampai ....

"Beebo ...." Suara Sarah terdengar merengek, ia menggoyang-goyangkan badan Brendon yang tengah tidur di sampingnya dengan tenang.

Brendon mengerang pelan, pelan tetapi pasti ia membuka matanya menatap Sarah. "Ada apa, Sayang? Kenapa belum tidur?" tanya Brendon, mengucek mata sambil sedikit mengangkat badan.

"Aku mimpi, makan burger." Brendon mengerutkan kening.

"Huh?" Pria itu bingung apa mau Sarah.

"Mau burger."

"Burger?" Brendon memastikan pendengarannya tidak salah, Sarah lalu mengangguk mengiyakan. Burger? "Sayang, kamu gak ingat kata dokter apa?"

"Sesekali aja kok, kan kuselingi makanan sehat. Oh ya bukannya ada kan burger sehat, ayo dong aku mau burger!" Sarah merengek, Brendon tak tahu Sarah bisa semanja ini. Huh kalau melihat wajah manja istrinya, bagaimana bisa ia menolak.

Lalu, Brendon menatap jam di dinding. "Jam segini apa ada kedai yang buka?"

Sarah menggedikan bahu. "Coba cek."

Pria itu lalu mengambil ponselnya, menuju ke aplikasi pesan antar makanan. Memang ada beberapa kedai yang buka, termasuk fast food di sana, dan memang ada kedai burger. Namun, Brendon agak ragu memesan, apa boleh Sarah memakan fast food begini?

Mungkin dia akan rekues pada driver agar memberitahukan soal ini.

"Mau ini!" Sarah menunjuk paket jumbo yang ada di menu.

"Hm oke oke, tapi kamu jangan terlalu banyak makannya."

"Eh jangan itu, yang ini aja, paket khusus vegetarian. Itu pasti menu sehat." Sarah menunjuk paket jumbo lain yang bertanda khusus vegetarian di sana.

Yah, di sana terlihat banyak sayur, bahkan ada selingan buah, juga dagingnya bukan dari daging. Ah ia rasa tak masalah kalau ini. Baguslah.

"Oke yang ini deh. Mau pesen apa lagi?" tanya Brendon.

Sarah menggeleng. "Udah aku itu aja, kamu sendiri?"

"Aku mau paket jumbo biasa." Brendon nyengir lebar.

"Dih, entar perut kamu kayak bumil tau rasa!"

Brendon hanya tertawa. "Sesekali kan gak papa." Ia mencubit gemas pipi Sarah yang lebih berisi.

"Ih sakit tau!" Sarah menjauhkan tangan Brendon dan keduanya tertawa. "Cepetan pesen, entar kamu kumakan nih! Aku laper banget tau!"

"Iya iya, nih udah pesen." Brendon pun memesan. "Nanti abis ini, tidur nyenyak oke? Jangan lagi bangun tengah malam gini, gak baik buat bumil."

"Iya, iya. Lagian kan besok Minggu. Aku gak kerja jadi bisa istirahat seharian." Sarah memeluk Brendon dari samping.

"Hm iya deh." Brendon memilih pasrah saja. Ternyata Sarah bisa jadi agak kekanak-kanakan, manis juga. "Oh ya ... temen kamu katanya bakalan ke sini, kok belum ada ke sini ya?"

"Tanya?" Brendon menggumam seraya mengangguk. "Kurasa Minggu ini dia ke sini sama suaminya, palingan cuman sebentar karena katanya mereka mau siap-siap ke Los Angeles, suaminya kerja di sana."

"Wow, Los Angeles, itu ... di ...."

"Negara bagian California, di Amerika Serikat." Brendon mengangguk. "Itu yang ada tanda Hollywood itu bukan?"

"Iyap." Sarah mengangguk.

"Keren ya ke sana. Aku juga pengen liburan juga, bulan madu ke luar negeri." Brendon berandai-andai.

"Ke mana? Los Angeles?"

Brendon menggeleng. "Jepang, hehe." Ah, sudah jelas karena Brendon kan suka anime. "Mau gak ke sana?"

"Aku ikut aja, mau kamu ke mana."

Brendon mengangguk. "Kalau kamu sendiri, memang mau ke mana?"

"Jalan-jalan?" Brendon mengangguk lagi. "Keknya Bali, gak kepikiran buat ke luar negeri, sering temenku cerita soal dia di Bali dan betapa indahnya di sana. Terutama pantai-pantainya. Aku lihat foto-foto sunset di sana, keren banget." Sarah tertawa pelan. "Aku dari dulu sih pengen ke sana, tapi gak kesampaian karena sibuk kerja plus gak berani aja gitu sendirian jalan-jalan keluar kota tanpa ada kenalan gitu."

Mendengarnya, Brendon jadi iba.

"Mau ke sana?" tawar pria itu, Sarah menatapnya dengan agak ragu-ragu. "Keknya enak kalau kita, aku kamu, Mama, Bapa, Niken, sama Hesti refreshing ke Bali sama-sama."

"Mm-hm ... ide bagus. Boleh aja. Tapi kita banyak urusan, kan? Mungkin nanti, pas Hesti liburan, Niken lulus, dan ...." Sarah memegang perutnya. "Aku lahiran dan usia baby kita udah cocok naik pesawat. Tahun berikutnya aku masih bisa ambil cuti jadi lebih enak gitu."

"Ah ... kamu bener ...." Memang ada waktu kala bumil diperbolehkan naik pesawat penerbangan, tetapi keputusan Sarah memilih liburan setelah melahirkan masuk akal. Tak hanya mereka yang sibuk, keluarga Brendon pun juga sibuk, tak ada salahnya sedikit menunggu untuk kesenangan mereka nanti.

Lalu, ponsel Brendon berbunyi. "Eh, keknya udah dateng pesanan kita. Bentar aku ambilin ya!"

"Oke!" Brendon berjalan keluar meninggalkan Sarah untuk mengambil pesanannya dari ojek online yang mengantarkan makanan, pria itu memberikan lima puluh ribu pada ojek itu yang menggantikannya dengan bingkisan.

"Eh, Mas, udah dibayar itu kan via aplikasi--"

"Gak papa, ambil aja, Mas. Maaf ganggu pas tengah malam gini, istri saya ngidam soalnya."

"Oalah ...." Pria itu mengangguk paham. "Makasih banyak ya, Mas ... semoga rezeki Mas bertambah terus dan keluarga, anak dan istri Mas, sehat!"

"Aamiin, Mas juga. Makasih banyak!"

"Sama-sama, Mas!" Dan Brendon kembali masuk kamar. "Sarah ini pesenannya--lah kok tidur?" Sarah nyatanya sudah terlelap lagi.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang