Part 8

8.7K 892 22
                                    

13 Oktober 2021

•••

Brendon dan a i u e o layaknya orang gagu membuat Sarah entah kenapa semakin tertarik, ia dan penjelasan kecil tentang dirinya soal hal-hal general biasa. Sifat itu sangat imut di mata Sarah, pria malu-malu ini punya kharisma tersendiri dan cara unik memikat Sarah.

Sarah jadi tak keberatan sama sekali sekalipun harus menunggu perkata yang keluar.

"Oh jadi kamu keluar dari SMA, jadi gak tamat SMA ya?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Sarah pastilah membuat Brendon agak tersinggung meski itulah kenyataannya, tetapi sebenarnya Sarah tak bermaksud menyakiti hati Brendon. Ia sih tidak peduli soal pendidikan, karena sadar semua orang punya keunggulan masing-masing.

Bahkan mungkin Brendon punya karier yang bagus saat ini sekalipun hanya lulusan SMP.

Brendon mengangguk malu, mengakui. "Iya ... memalukan ya?" Brendon bertanya, ia sangat ciut akan ditolak, tapi sadar dirinya sendiri harus jujur akan segala hal yang ada pada dirinya.

Jika ingin dicintai secara tulus, maka kejujuran adalah unsur paling penting di sana. Benar kan?

"Enggak, enggak. Cuman aku bingung aja, kenapa? Padahal prestasi kamu ... bagus kan?" Brendon terdiam selama beberapa saat, tetapi kemudian setelah menghela napas seakan menyiapkan kata-kata ia akhirnya bersuara.

"Ada hal buruk yang pernah terjadi pas saat itu, bikin aku ... gak berani lagi ke SMA. Dan makanya aku ... ngurung diri." Wajah Sarah mengiba, tampaknya ia sudah menyakiti hati Brendon dengan mengingatkan masa lalunya.

"Maaf ...."

Brendon tersenyum, ia menggeleng. "Kita ... emang harus saling terbuka kan? Dan kalau kamu mau menolak, aku ... aku udah siap."

"Kamu ini jangan nethink terus Brendon, aku gak nolak kamu sama sekali, lho. Jangan begitu, Bee." Sarah mengingatkan, memegang paha Brendon yang seketika menggetarkan seluruh isi badan pria muda itu. Seakan geplakan mematikan pencipta bekas tangan dari ibunya hilang, tergantikan rasa berbunga-bunga yang kentara.

Aduhai, aduh manisnya.

"Menurutku kamu spesial dengan cara kamu sendiri, itu kenapa aku nerima. Lagian, aku udah lama jatuh cinta sama kamu, sama suara kamu, dan sekarang aku rasa aku udah jatuh cinta sama orangnya." Mendengar itu, kedua pipi Brendon memerah, ia tersenyum malu-malu.

Ugh ... dadanya ugh ....

"Kurasa Tuhan nunjuk kamu yang memang terbaik buatku, ya kan?" Brendon semakin tersipu mendengarnya, sifat yang begitu manis di mata Sarah.

"Aku ... aku bakalan berubah buat kamu, gak bakal ngurung diri lagi, aku bakalan--"

"Kamu jadi diri sendiri aja Brendon, gak masalah kok." Justru Sarah suka tipe cowok begini, ia tak menyangka segala di diri Brendon menjadi tipenya yang dirasa sangat ideal.

Apa ia seorang female dominant? Brendon tipe baby boy yang imut sih.

"Hm iya ... tapi aku mau jadi pria yang bisa ngelindungin kamu dan lakuin apa pun demi kamu." Brendon menatap Sarah, keduanya saling melempar senyum.

Sarah memegang dadanya. "Ugh co cweet ...." Ia mencubit gemas kedua pipi Brendon, hal yang sedari tadi dia tahan. Brendon kaget dengan hal itu tetapi entahlah, dia kok suka? "Makasih ya, Brendon." Cubitannya terlepas dan Brendon rasanya tak rela.

"Mm i-iya ...." Sarah tertawa pelan. "Oh ya, sekarang giliranku kenalan keknya ya? Kenalin!" Sarah mengulurkan tangannya ke arah Brendon, seakan mengajak bersalaman.

Meski bingung, Brendon menerima uluran tangan Sarah. Aduduh tangannya lembut, hangat, dan bisa disentuh. Ada struman kecil yang seakan menggelorakan seisi dada, Brendon jadi senyam-senyum sendiri meski menggigit bibir agar tak disangka orang gila.

"Namaku Sarah Darsono, dua puluh lima tahun. Kamu?" Eh Brendon bingung, tadi padahal dia sudah berkenalan, tetapi entahlah Sarah mau apa mengulanginya lagi.

Namun, demi menjadi calon suami baik, Brendon menurut saja. "Namaku Brendon Jayaputra, dua puluh lima tahun."

"Senang berkenalan sama kamu, Brendon." Sarah tertawa pelan.

"Se-senang berkenalan sama kamu juga, Sarah."

Dan tawa Sarah menyaring. "Kamu ngikut aja gitu? Aku cuman godain kamu tadi lho." Sarah melepaskan genggaman meski sebenarnya Brendon sangat tak rela, dan Brendon terdiam sejenak sebelum akhirnya ikut ketawa. Koneksinya bagai hanya 4G bagi Sarah yang sudah 5G. "Kamu ini sifatnya lucu banget ya."

"Mm hehe ...." Brendon jadi malu-malu sendiri. "Kamu keknya udah banyak tahu tentang aku saat sesi curhat kan? Aku, yang sebatang kara tanpa orang tua, cuman punya keluarga jauh, ke sini dan kerja mandiri. Kamu tahu banyak kan?"

Brendon mengangguk, ia tahu banyak hal tentang Sarah, memang. "Iya, kamu ... wanita yang kuat banget."

"Thanks." Sarah tersenyum begitupun Brendon. "Kamu juga harus jadi cowok yang kuat, ya."

Mendengarnya, Brendon segera mengangguk. "Si-siap!" Sarah tertawa akan sifat lugu itu. "Oh ya, anu ...."

"Kenapa?" tanya Sarah, Brendon tampak ragu-ragu ingin berkata sesuatu.

"Mau ... mau sambil jalan-jalan kita ngomongnya gak? Biar enak ...." Brendon tahu Sarah suka jalan-jalan bersama teman-temannya, ia berusaha mengikuti kebiasaan itu, ia sudah janji akan berubah.

"Boleh aja, kalau kamu enggak keberatan." Brendon menggeleng, ia sudah menekan perasaan takut pada dunia luar itu. "Oke deh, aku siap-siap dulu. Ugh malu banget ih di hadapan kamu sama calon mertua, aku belum mandi."

Belum mandi?! Kenapa sudah sangat cantik? Apalagi mandi, bisa sangat cantik banget sekali dong!

"Sa-salahku keknya, kamu terlalu pagian, ma-maaf."

Sarah hanya tertawa. "Gak papa kok, pucuk dicinta ulam pun tiba. Tunggu sebentar ya."

"A-aku juga mau siap-siap, biar gak malu-maluin ...." Brendon berdiri dari duduknya begitupun Sarah, Sarah tersenyum melihat kekikukan pria itu.

"Oke deh." Mereka berpisah, Sarah masuk ke salah satu ruangan dan Brendon keluar rumah, tetapi sebelum benar-benar melewati pintu mereka berhenti, berbalik, menatap untuk sekali lagi dengan wajah malu-malu serta senyum hangat masing-masing, sebelum akhirnya mereka pun benar-benar terpisah usai Brendon menutupkan pintu rumah Sarah.

Brendon langsung ngacir ke rumahnya, dadanya langsung pegap-pegap, ada rasa tak percaya, ada pula rasa amat bahagia, rasanya seperti mimpi saja tetapi kala ia memukul pipi. Sakit. Ini kenyataan!

"Kakak! Kakak! Katanya Kakak diterima ya?" teriak Hesti, berlari bersama Niken menghampiri Brendon, kemudian disusul orang tua mereka. "Hihi, keren ih! Kan udah kubilang Kak Sarah suka juga! Cieeeee!!"

"Cieeeee!!!" Keluarga Brendon membuat pipi Brendon begitu merah.

Brendon tak bisa menahan senyum. "Iya, aku ... aku gak nyangka ... ini kayak mimpi ... tapi ini nyata ... nyata ... aku mau siap-siap dulu, aku ... aku mau jalan sama Sarah sehabis ini."

Mendengarnya, mereka kaget.

"Kak Sarah akhirnya bikin Kak Brendon keluar kandang?!" Niken berkata, semuanya terlihat bahagia. "Biar kami bantu Kakak jadi cowok terkeren sedunia! Mirip penyanyi panci diskon!"

"Eh eh?" Brendon diseret keluarganya sebelum bisa berkata apa pun, mereka mulai menciptakan Brendon dengan penampilan baru ... Brendon yang pastinya akan mengagetkan Sarah seketika.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang