14 Oktober 2021
•••
Sarah merasa kejadian hari ini harus ia gebu-gebukan ke seluruh dunia, ibarat saat ia mendapatkan durian runtuh yang sedapnya tiada tara dan membuatnya bisa menembus ke langit teratas, itulah yang dirasakan Sarah. Wanita itu memang merasa harus memberitakan ini, ke media apa pun yang dipunya, siapa sih yang tidak senang kala doa terjawab dengan cepatnya?
Maka, Sarah, bahkan saat ia mandi ia sambil bermain ponsel yang dibalut plastik anti air. Kondisi diguyur air, mandi, tetapi juga fokus chat-an dengan seseorang. Orang yang kali pertama ia beritahukan jelas sang sahabat, Tanya, Sarah memberitahukan soal ia dilamar Brendon--Bee--yang notabenenya anak ibu bapak kost tetapi tak pernah mereka lihat.
Sesuai dugaan, reaksi Tanya tak beda jauh dengan Sarah.
"Hah?! Ibu Bapak kost punya anak cowok?! Kok gue gak tahu?! Kok lo gak ngasih tahu gue Beb?!"
"Gue juga gak tahu aslinya lho, baru kali ini tahu."
"Hah?!" Tanya jelas semakin kaget, kok bisa-bisanya sahabatnya itu mau sama orang yang dikenalnya hanya lewat internet.
Sarah pun menjelaskan kronologinya, dan Tanya dibuat dilema. Sahabatnya ini memang keras kepala, tapi di satu sisi Tanya juga kasihan karena Sarah sudah berusaha membuka hatinya. Mungkin ia juga harus ber-positive thinking selayaknya Sarah.
"Lo kan tau, Ibu Bapak Kost orangnya baik-baik, anak-anaknya juga, gak mungkin kan buah jatuh jauh dari pohonnya? Lagian, yang bikin kost, dan biayain hidup, itu uangnya semua dari Brendon lho. Dia cowok yang pekerja keras dan sayang keluarga!" Sarah menjelaskan dan Tanya sepertinya agak bisa merelakan, pria penyayang. "Masalah kecilnya ya dia suka ngurung diri aja gitu, karena pas SMA ada kejadian yang entah apa, keknya gue harus nanya langsung ke camer, dia jadi gak tamat SMA karena itu. Gue gak permasalahin pendidikan dia sih tapi gue kasihan, keknya dia punya trauma gitu. Gue jadi gak tega dia bilang janji berubah, takutnya nyakitin dia sendiri."
"Daripada itu sih, mending lo dukung aja yang dia mau, maksud gue ... lo aja pengen niat berubah kan? Dia juga? Nah kalian sama-sama ngobatin luka deh. Adil kan tuh?"
Sarah tertawa. "Iya juga, bener banget lo Beb. Makasih sarannya." Sarah mulai menyelesaikan mandinya. "Oh ya, dia ngajak gue jalan juga hari ini, start yang bagus kan?"
"Eh Beb, bukannya cuti lo habis hari ini ya? Kan lo bilang cuman cuti tiga hari setelah nikahan gue Minggu lalu?"
Jantung Sarah seakan mau copot, matanya membulat sempurna mengingat hal itu. Benar, Kamis ini kan dia memang harus kerja! Astagaaa!!!
"Beb?"
"Astaga, gue lupa soal itu! Astaga kasian Brendon, dia pasti udah siap-siap lho! Aduh b*go banget gue argh!!!" Sarah menyelesaikan mandinya dan mau tak mau, bukan pakaian santai yang dipakai, melainkan pakaian kerja. Wajahnya murung, tetapi ia harap Brendon paham dengan penjelasannya.
Ah, Brendon pastilah paham, Sarah setidaknya mengerti kepribadian pria itu, tapi Sarah tetap merasa bersalah dan agak kecewa. Padahal bisa jadi ini momentum bagus untuk mereka.
Lain kali, Sarah ....
Saat keluar, ia sudah disambut pemandangan Brendon yang berbeda dari tadi. Brendon tadi Brendon versi culun tetapi tampan dan imut dengan penampilan manisnya. Namun kali ini, Brendon versi ala-ala badboy dengan jaket kulit dan penampilan serba hitam. Kharismanya meningkat drastis, dan sifat manis terkesan cool. Tapi, cool-nya hanya bertahan sebentar, karena kemudian Brendon jelas tidak bisa membuang sifat malu-malu kucing dengan mudahnya hanya karena penampilan berubah.
Tampan dan keren, badboy hello kitty kesannya, Sarah semakin menyesal harus menunda jalan mereka.
Brendon terlihat bingung karena Sarah memakai pakaian kantornya.
"Bee, maaf ya ...." Akhirnya Sarah berkata dengan wajah sesal. "Cutiku habis, jadi hari ini aku harus kerja, ta-tapi aku janji deh pas Minggu, aku libur, kita bisa sama-sama bahkan seharian. Serius."
Brendon memang kecewa, tapi Sarah tak bisa bukan tanpa alasan, justru ia suka Sarah ini. Sarah pekerja keras yang amat menginspirasinya. Super woman.
Brendon tersenyum. "Gak papa kok, aku paham." Sarah sudah menduga hal itu, tetapi ada hal yang tidak ia duga setelahnya. "Mau ... mau aku anterin ke kantornya?"
"Kalau kamu enggak keberatan ...." Brendon menggeleng keras, jelas ia tak keberatan karena ia lah yang menawarkan.
Sarah tersenyum. "Makasih ya, Bee."
Brendon yang berbunga-bunga sigap masuk ke garasi, dan terlihat ada dua adiknya yang mengelap motor Brendon. Mereka berdua terlihat cemong dengan debu meski dibalut plastik dan bermasker.
"Debunya tiga ton!" kata Hesti merengek. "Udah berapa tahun gak dikeluarin ni motor dari sini, uhuk uhuk."
"Udahlah gak papa, yang penting Kakak bisa kencan!" Niken membela.
"Hehe, maaf ya ... BTW, kencannya sebenarnya gak jadi karena Sarah harus kerja. Cuman ... Kakak nawarin nganter aja jadinya." Wajah adiknya jelas kecewa. "Nanti Kakak kasih saldo di sopey kalian, terserah mau jajan apa." Tapi tak jadi kecewa.
Demi jajan.
Adiknya menyerahkan dua helm pada Brendon, dan kemudian ia sigap mengeluarkan motornya, ia menatapi motor yang ia bawa itu sedemikian rupa. Bayangan dirinya yang berpakaian SMA melintas sejenak, tetapi kemudian dirinya tepis sedemikian rupa.
"Fokus ...." Brendon bergumam pada diri sendiri sebelum akhirnya menghadap Sarah yang sudah menunggu. "Maaf lama ya."
"Enggak kok, gak sama sekali." Brendon menyerahkan helm ke Sarah, dan memakai untuknya. Brendon naik, Sarah pun demikian, dan Brendon merasa aduhai sedapnya karena pelukan Sarah dari belakang. "Meluk gini gak papa kan? Atau mau di bahu aja?" Sarah ingat tak semua orang suka dipeluk kalau boncengan.
"Gak papa kok, pe-pegang yang erat ya." Soalnya Brendon suka.
"Kamu gak ngebut kan? Jangan ngebut ya."
"Eng-enggak kok. Anu ... aku udah lama gak pake motor sih, jadi maaf kalau itu ugh ...."
"Udah, gak papa, kok. Coba aja. Kalau gak bisa, aku bisa kok boncengin." Sarah menggodai Brendon, dan di kaca spion Sarah tahu menggodai pria ini sangat menyenangkan.
Pipinya merah, bersemu, gayanya juga imut. Padahal sudah seperti bad boy wattpad.
"Kita berangkat ...." Brendon mulai menjalankan motornya dan Sarah akui, tidak buruk.
"Nah, ini bisa aja kan? Bee suka banget nethink sama diri sendiri, jangan begitu oke?"
Brendon tersenyum malu-malu. "Iya, maaf ya."
Sarah rasanya selalu tergelitik untuk menggodai calon suaminya ini. Ih unyu unyu gitu lho.
"Eh keknya ini masih pagi banget sih, aku juga belum sarapan. Kamu udah?" tanya Sarah tiba-tiba, rasanya banyak sekali yang wanita itu lewatkan sampai-sampai perutnya perlu menotifikasinya saat itu.
"Eh belum sih ...."
"Kita stop aja dulu di rumah makan padang deket kantorku."
"Oke ...." Tak jadi jalan-jalan, sarapan pagi berdua juga oke. Hehe.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Romance21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...