Part 12

8.1K 751 20
                                    

17 Oktober 2021

•••

Benar-benar lembur yang melelahkan, ini pukul berapa? Sarah melirik ponselnya dan menemukan sudah pukul 9 di sana, dan Sarah jadi ragu menghubungi Brendon jam segini untuk menjemputnya. Mungkin jam segini ojek online masih ada, mungkin, atau Sarah nebeng dengan teman sekantor? Ada beberapa orang yang juga tertinggal bersama Sarah tetapi jelas Sarah tak akan memilih opsi menyusahkan orang lain.

Jadi, Sarah hanya bisa menghela napas panjang seraya mengeluarkan ponselnya dari saku, ia siap menuju ke halaman aplikasi ojek online ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya.

"Nak Sarah, ini Mama Bapa Brendon. Nak Sarah sama Brendon ya?" tanya sebuah kontak bernama Bu Kost di sana.

Sarah mengerutkan kening, apa Brendon pergi menjemputnya? Kapan? Segera wanita itu menjawab. "Enggak ada, Bu. Memang Brendon jemput aku jam berapa?" Sarah jadi merasa bersalah karena merasa membuat Brendon menunggu, tapi Brendon sendiri sama sekali tak memberi sinyal apa pun padanya.

"Mm Nak, sebenernya setelah jemput kamu, Brendon pergi lagi. Niatnya itu tuh, daftar gym sama bela diri sama ngambil cincin nikahan kalian. Tapi ternyata dia gak pulang-pulang sampe sekarang. Dipikir dia langsung ke kamu sambil jalan-jalan, jadi kami gak nyariin, tapi udah semalam ini kami mau nanyain kabar eh gak bisa dihubungi. Jadi kami ngehubungin Nak Sarah."

Sarah kaget, lho Brendon ke mana sampai semalam ini?

"Dia lama gak jalan-jalan keluar Nak Sarah, takutnya nyasar, dia bilangnya sih ada Maps cuman itu ...." Sarah paham ungkapan orang tua Brendon ini.

"Ya udah, Bu, Pak, saya bakal bantu nyari Brendon." Kasihan juga Brendon kesasar.

"Makasih ya, Nak, kita sama-sama nyari dia. Oh ya mm jangan formal-formal dong, Sayang. Panggil aja Mama, Bapa, gimana?"

Sarah tersipu, rasanya seperti punya orang tua lagi kala disuruh. "Iya Pa, Ma."

"Tapi eh, mending kamu enggak usah nyari, kamu baru pulang kerja lembur kan? Pasti capek. Mending enggak usah, Nak."

"Gak papa, Ma, Pa. Aku bakalan nyari Brendon." Ia memang lelah, tetapi calon suaminya itu adalah prioritas, jadi Sarah harus mencarinya. Takut pria malang itu kenapa-kenapa.

"Makasih banyak ya, Nak." Dan Sarah siap memesan ojek online untuk itu, siap sedia mencari Brendon yang entah terselip di mana sampai-sampai lupa jalan pulang, tetapi baru ingin memesan sebuah motor yang dikenalinya mulai singgah di hadapan Sarah.

Sarah mengenali itu, dan kala pengendaranya melepaskan helm Sarah tahu siapa itu.

"Brendon?!" Brendon yang kelihatan lemas lesu tanpa gairah menoleh ke Sarah yang memanggilnya, wajahnya begitu penuh kesedihan.

"Akhirnya ... akhirnya aku nemu jalan di sini," kata Brendon, nada suaranya serak seperti mau menangis.

Sarah lebih mendekatinya. "Kamu ... kamu kenapa? Orang tua kamu gak bisa hubungin, kamu ... kamu kesasar?"

Brendon menarik napasnya dengan susah payah. "I-iya, aku ... aku nyasar. Aku ke gym, terus ke tempat latihan, terus ke toko emas, aman-aman aja, aku siap pulang, tapi tiba-tiba hapeku lowbat, dan aku gak bawa powerbank. Jadi ... jadi aku bingung setelahnya jalan pulangnya gimana, dan nyasar makin jauh."

"Brendon, kamu gak stop ke tempat umum atau di mana gitu buat charger hape kamu? Atau nanya-nanya ke orang? Harusnya kamu--" Sarah terdiam, ia lupa suaminya mungkin terlalu malu akan hal itu, ugh Brendon sudah kena musibah dan ia dengan tega menyalahkannya lagi.

Parah.

"Ma-maaf ... iya aku ... aku udah lakuin kok dan pas lewat sini aku ketemu kamu jadi stop." Brendon tampak menyesal. "Kamu ... kamu belum pulang karena aku ya? Kamu nungguin aku jemput? Maaf ...." Nada suara Brendon seakan makin ciut karena salah sangka itu.

Sarah menghela napas. "Enggak, ya udah gak papa, aku emang kerja lembur tadi jadi yah gitulah. Mama Bapa kamu tadi hubungin soal kamu."

"Ugh ... gitu ...." Brendon masih merasa bersalah dengan keteledorannya.

"Ya udah, kita pulang aja, pasti kamu capek kan? Ayo kita pulang." Brendon mengangguk, ia memberikan helm pada Sarah yang lalu memakainya, sebelum akhirnya naik ke motor di bagian belakang. Mulai Brendon menjalankan motornya sedang Sarah mulai memberitahukan perkara ini pada calon mertuanya.

Sesampainya di rumah, jelas Brendon disambut rasa khawatir keluarganya yang mencari-carinya, bahkan penuh rasa syukur karena Sarah menemukan Brendon padahal faktanya Brendon sendiri yang menemukan Sarah. Rasanya lega, Brendon tidak hilang, huh calon suaminya ini memang lain dari yang lain.

"Mm ... Ma, Pa, Sarah ...." Brendon memperlihatkan sesuatu di sakunya, sebuah kotak putih berbentuk hati ada di sana. Sarah penasaran dan fokus melihat, meski tahu tampaknya isinya sesuai pemikirannya, tetapi tetap penuh kejutan di sana. "Ini ... cincinnya ...."

"Wah ...."

"Coba buka, buka, kita tes cocok gak di jari Sarah sama jari kamu." Ibunya menggebu dan Brendon segera membuka kotak imut itu, memang ada sepasang cincin putih yang terlihat diukir dan mengkilap indah.

Sangat indah.

"Pasangin coba di jari masing-masing, belajar di depan panggung nanti!" kata sang bapa dan Brendon mengambil cincin itu, menyerahkan satu pada Sarah, sebelum akhirnya mengambil salah satu tangan Sarah. Di jemari manisnya, Brendon menyematkan cincin di sana.

Begitu cantik, pas.

"Pas ...." Brendon terlihat tersenyum malu-malu begitu pula Sarah, dan Sarah kemudian memasangkan ke jari Brendon. Sangat pas untuk mereka.

"Aaaah cocok sekali kalian! Gak sabar nunggu dua Minggu ke depan!" kata sang ibu, memeluk suaminya erat.

Sarah tersenyum, dua minggu lagi pernikahannya ya? Tampaknya ia akan sibuk dan perlu cuti lagi, mulai Senin nanti, karena jelas walaupun semua diurus orang tua Brendon, masih ada kewajiban yang hanya bisa dilakukan keduanya saja di kantor urusan agama nanti.

Baik Brendon dan Sarah, pastilah akan belajar banyak tentang pernikahan mereka yang cepat atau lambat akan terjadi, mereka tak sabar di waktu yang telah ditentukan itu, tetapi juga merasa semakin gugup seiring waktu.

Ugh, yah, jalani saja dulu.

"Oh ya, kalian udah makan malam? Mama tahu kalian capek, tapi jangan sampe perut kosong pas mau tidur, entar tidurnya gak nyenyak," kata sang mama menatap sepasang insan yang di mabuk asmara itu bergantian.

"Mm ...." Sarah masih canggung, jujur saja.

"Ayo, Nak Sarah, ayo. Mama maksa nih! Bentar aja kok."

"Kalau Mama enggak keberatan ...." Sarah terlihat gugup.

"Masa sama calon mantu sendiri keberatan, ayo Nak!" Sang mama sangat suka dengan Sarah yang berhasil membuat anaknya ke jalan yang lurus. "Ayo!"

Sarah menatap Brendon yang masih malu-malu kucing meski tetap tersenyum. "Ayo ...."

Letih Sarah dan Brendon seakan hilang. Sarah karena merasa ini kali pertama ia makan bersama keluarganya, dan Brendon kali pertama makan bersama keluarganya dan kekasihnya tercinta. Mantap tenan rasanya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang