11 Oktober 2021
•••
"Ya gak gimana-gimana toh, Nak. Kita lamar aja Nak Sarah duluan ...."
"Dia gak bakal mau samaku, Ma, Pa. Aku ragu dia kenal aku, bahkan kuyakin dia gak pernah liat aku, dia tahunya aku Bee ... orang yang suka dengerin curhatan dia, dan si creepy yang ngambil foto dia diam-diam. Aku pasti dianggap orang gila!"
"Kakak, diem!" Hesti bersuara. "Gak ada yang tau sebelum nyoba, gak ada salahnya nyoba, ayo kita ke nikahan bareng. Kak Sarah pasti ada di sana, dan di sana kalian PDKT aja!"
Brendon menggeleng. "Udah enggak ada harapan, Hes. Kakak pasrah aja di sini."
"Iiiih Kakak! Mau kutabok!" Hesti jengkel sendiri, ia mengangkat tangannya siap menempeleng Brendon tetapi Brendon langsung bersembunyi di balik ketek sang mama. "Kakak ini orangnya baik, perhatian, mapan, ganteng juga. Apa yang kurang coba? Lagi, kalau Kakak jadi gudang curhat Kak Sarah, Kak Sarah berarti percaya sama Kakak, dan Kakak pasti banyak paham soal Kak Sarah. Buktinya bukan sekali dua kali kan jadi gudang curhat? Justru itu start bagus buat Kakak!"
"Tapi dia cuman kenal--"
"Iya di internet, tapi kadang perasaan tuh nyata!" Brendon terdiam, adiknya ... entah ngaco atau kebanyakan baca cerita wattpad uwu-uwuan. Namun Brendon ingat Sarah memang ... memang menyebut ingin dia jadi pasangannya.
Beneran kah itu?
"Kak--"
"Hesti, udah." Sang mama kini menegur, merasa Hesti sudah agak kelewatan kepada kakaknya. "Kondisi Kakak kamu sekarang lagi enggak fit, udah kamu istirahat ya, Beebo. Gak usah dipikirin dulu--"
"Aku ... aku mau nyoba ngelamar Sarah." Brendon akhirnya bersuara, membuat keluarganya sejenak cengo seakan tak percaya akan apa yang mereka dengar. "Aku ... bantu aku ngelamar Sarah."
Mendengar ungkapan kedua kalinya, seketika keluarganya bahagia.
"Akhirnya anak kita, Pa. Akhirnya!" Seakan ini momen yang memang dari dulu mereka harapkan.
"Tapi ... aku mau minta waktu, gak sekarang, aku ...."
"Mama paham." Ibunya mengangguk. "Kamu masih kacau banget, istirahat yang banyak biar seger dan ganteng pas ketemu Sarah. Oke?" Brendon mengangguk paham, ia dibaringkan kemudian ibunya menarik selimut hingga sedada, pun mengusap puncak kepalanya.
"Kakak, harus yakin sama pilihan ini, oke? Janji!" Hesti menekankan.
Brendon sebenarnya ragu, tapi rasa takut kehilangan Sarah benar-benar mengganggu, ia tak sanggup. Setidaknya mencoba tak papa kan? Kalau ditolak gimana? Tapi Sarah bilang dia juga punya rasa kan? Dilema tapi di satu sisi sudah mantap jiwa ingin mengutarakan rasa.
Astaga ... Brendon ngantuk jadinya.
Ia harap ia punya kesempatan, sedikit saja ....
"Ya udah, kami berangkat dulu ke nikahan ya, Nak."
Brendon mengangguk. "Mm Ma, Pa, Hesti, Niken, kalau ketemu Sarah, jangan kasih tahu apa-apa dulu, please ... aku mohon." Ia masih ragu sekarang.
"Iya iya, Nak." Keluarga itu tersenyum, Brendon balik tersenyum dengan wajah lelah sebelum akhirnya memejamkan matanya.
Keluarganya pun meninggalkanya keluar dari kamar.
"Kakak gak disuruh mandi apa? Bau banget ih!" Hesti menyeletuk seenak jidat.
"Ish kamu!" Niken kesal dengan sifat blak-blakan adiknya itu. "Kakak lagi patah hati, jangan ditambah beban deh!"
"Ih maaf maaf, kan aku gak nyeletuk langsung di depan kakak." Ia mengeluarkan parfum di tas kecilnya dan segera memakainya. Membuat sang kakak jengkel memihat itu. "Oh ya, kenapa gak dikasih tahu aja sih nanti sama Kak Sarah? Biar PDKT-nya makin kenceng gitu!"
"Jangan dulu, Nak. Tunggu Kakak kamu mendingan, dan biarin dia sendiri yang bilang nanti. Kakak kalian kan laki, Bapa yakin dia bisa," jelas ayahnya.
"Oh gitu ... eh ayo deh kita berangkat, udah jam berapa ini? Entar opor ayamnya abis! Ayo cepetan!" Mereka pun beranjak pergi keluar dan siapa sangka, ada Sarah yang juga baru keluar. Mereka menyapa Sarah yang juga menyapa balik dengan ramah, sebelum akhirnya naik ke atas ojek yang dipesannya.
"Kak Sarah cantik banget ya, glowing, dan kelihatan woman powerful banget. Beda jauh sama Kakak ...." Hesti kembali ke mode frontalnya.
"Coba tuh mulut direm, entar skincare kamu diambil Kakak lagi nanges!" ejek Niken kesal.
"Ih, jangan dong, aku kan gak bilang Kakak gak cocok sama Kak Sarah. Cuman mereka kayak pinang dibelah gergaji. Kuyakin perbedaan itu saling melengkapi, hehe." Hesti ke mode manisnya.
"Dih, pembual."
"Ish, udah udah ributnya, entar Mama panggilin angin ribut nih! Ayo kita jalan, ojek mobil yang kita pesen udah di depan." Mereka pun segera berangkat ke acara pernikahan Tanya dengan mobil, acara nikahannya berada di gedung terbuka yang lumayan besar dan dihias megah. Sementara orang tua mereka menuju ke jajaran para orang tua, Niken dan Hesti mulai menjelajah ke area makanan, mengambil hidangan yang ada sambil melihat ke arah pengantin di atas panggung yang menjadi sorotan.
Dua manusia tampan dan cantik, kece dan menawan. Pasangan serasi.
"Oh ya denger-denger suami Kak Tanya orang kaya, CEO, ya? Ih ... jadi iri deh, pengen suami CEO juga!" Hesti terkikik geli penuh kehaluan, Niken hanya memutar bola mata. "Kira-kira kalau Kakak nikah nanti, gini gak ya acaranya? Kakak kan lumayan banyak duitnya. Atau sesuai passion Kakak, nikahnya di kamar aja?"
"Diem ih, kamu banyak bacot!" Niken berjalan meninggalkan Hesti bersama makanannya.
"Eh Kak Niken! Tungguin!" Hesti mengejar Niken yang sudah duduk di kursi yang tersedia, sebelum akhirnya duduk di hadapan kakaknya itu. "Kakak jangan tinggalin aku, dong. Kalau aku ilang gimana!"
"Minggir dikit coba!" Niken tampak tak peduli dan menyuruh Hesti agak menggeserkan badan.
"Ish apaan sih?"
"Tuh liat!" Hesti menyingkirkan badan sebelum akhirnya melihat ke belakangnya, ada Sarah yang berbincang dengan orang-orang sepantaran wanita itu, cewek cowok ada di sana. Dan cowok kelihatan akrab. "Keknya Kakak harus garcep, kalau enggak keburu diambil orang."
"Iya bener banget sih, keknya kita juga kufu make over Kakak biar glowing. Kakak putih sih, tapi putihnya putih pucat kayak setan." Niken mengangguk setuju. "Eh eh, kita gangguin dia yuk!"
"Iseng banget jadi orang kamu!" Niken memicingkan mata.
"Yeee maksudku bukan ganggu itu, tapi ya bikin Kak Sarah gak terlalu deket sama temen cowoknya gitu, paham gak?" Niken berpikir sejenak, pun menatap adiknya itu dengan wajah bangga.
"Bener juga, pinter kamu."
"Iya dong, Hesti!" Dan mulailah aksi kakak adik itu menghampiri Sarah dan mendrama layaknya teman dekat menghampiri Sarah, ikut-ikutan aja sambil memperhatikan dengan seksama.
Tidak akan mereka biarkan kakak mereka gagal dalam percintaannya.
Sementara itu di rumah, Brendon tampak tidur sambil memeluk guling, wajahnya kelihatan gelisah.
"Sarah, jangan tinggalin aku!"
"Sarah ...."
"Sarah!!!" Brendon berteriak dan akhirnya bangun dari tidurnya secara tiba-tiba. Wajahnya frustrasi. "Gue harus temuin dia, lamar dia, ah enggak enggak gue harus perbaiki diri dulu. Ya ya, gue harus ... gue harus itu!"
Brendon segera mandi, setelah mandi memakai pakaian yang lebih segar, beres-beres, olahraga, mewanti perubahan dirinya secepat mungkin seraya mengumpulkan keberaniannya.
Semakin cepat semakin baik, dan inilah saatnya ....
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]
Romansa21+ Sarah Darsono kebelet nikah, karena ia wanita 25 tahun yang merasa tertinggal dari teman-temannya yang lain. Teman SD? Sudah pada nikah! Teman SMP? Iya juga. Teman SMA? Jelas! Bahkan roommate satu kost-nya pun meninggalkannya karena tinggal bers...