Part 38

2.8K 467 31
                                    

11 November 2021

•••

Hari H reuni itu tiba, Brendon bersiap-siap dengan jasnya karena memang code dress yang diharuskan adalah jas atau gaun kasual. Sarah membantu Brendon berpenampilan sebaik mungkin di depan cermin, wajahnya kentara rasa khawatir menatap suaminya meski tak seharusnya merasa demikian.

"Kamu gak papa kan sendirian di sana?" tanya Sarah, memastikan.

"Gak papa, aku kan gak bener-bener sendiri. Ini demi keselamatan kamu juga." Brendon memang tak mengajak Sarah, antisipasi demi bayi di kandungannya, dam Sarah mengerti akan hal itu.

"Semoga kamu baik-baik aja." Sarah berharap negative thinking-nya tidak menang.

"Iya, Sayang. Aku bakalan baik-baik aja." Brendon memberi kecupan di kening untuk Sarah, cukup lama seakan itu jadi hari terakhir ia melakukannya.

Setelah kecupan selesai, keduanya seakan diam hanyut dalam pikiran masing-masing. Kenapa separanoid ini? Susah memang mempercayai orang yang pernah menyakiti. Mereka lalu berpelukan erat, sangat erat.

"Kalau kamu mau aku gak datang ke reuni, aku gak bakalan datang, kok." Brendon tak ingin istrinya terlalu banyak pikiran.

"Enggak ... maksudku ... kamu tahu, ini cuman pikiran negatif tapi aku gak tahu." Sarah tak tahu harus bicara apa, di satu sisi ia khawatir, di sisi lain baik ia dan Brendon sadar mungkin saja semuanya hanyalah paranoia karena disakiti itu. Lagi, Brendon sendiri pun ingin menghadapi rasa takutnya  dan jika memang ini jebakan, ia tak sendiri.

Ia tahu dirinya tak sendiri.

"Aku gak sendirian, Sarah. Aku tahu kalian samaku. Aku gak akan takut, kamu juga gak perlu takut." Brendon akhirnya memantapkan diri. "Oke?"

Sarah melepaskan pelukan, pun mengangguk. "Aku percaya sama kamu." Brendon tersenyum.

Setelah persiapan dan ucapan sampai jumpa lagi itu, Brendon pun pergi bersama mobilnya, Sarah yang masih terlihat tak rela melambaikan tangan ke arahnya, meski demikian ia bisa bernapas lega karena di belakang Brendon mengikut Bapa, Mama, banyak teman Bapa yang gayanya mirip preman berbadan besar, seram, dan berotot.

Hm ... sebenarnya kalau tahu Brendon dijaga para preman begitu, dia jadi tak terlalu khawatir lagi.

"Lihat aja kalau berani macam-macam sama anak Bapa, langsung saya pites ampe aja petis!" kata salah seorang preman yang badannya paling bongsor, sangat seram.

Bapa seram juga punya teman mancing begitu, meski mereka faktanya orang-orang baik.

Tak butuh waktu lama, Brendon sampai di gedung tempat pesta reuni diadakan, sementara Bapa CS berhenti tak jauh seakan mengintai dari kejauhan. Brendon turun dari mobil, lalu disambut teman-temannya yang ada, termasuk para insan yang dulu memukulinya bahkan pemilik nama Brandon yang namanya mirip hingga Brendon jadi korban salah sasaran. Pemuda tersebut tampak bahagia, sambutannya sangat istimewa, red carpet dan diberi kalung bunga dan dipertemukan teman-temannya dulu.

Brendon terlihat sangat terharu dan bahagia.

Meski demikian, Bapa terus menyuruh mereka memperhatikan dengan baik. Brendon diajak bicara, Brendon diajak ini itu, canda tawa, semua diteliti dengan seksama sepanjang acara yang tampak sangat menghormati Brendon itu dan lalu, para pem-bully Brendon, di hampir penghujung acara, berbincang dengan Brendon.

Mereka entah membicarakan apa, wajah Brendon terlihat gugup canggung, dan tangannya memberi sinyal dari kejauhan jika dia ingin diikuti. Benar saja, Brendon diajak ke belakang gedung, bagian agak sepi dari reuni ini. Teman Bapa siap maju sambil menunjukkan kepalannya yang bahkan segede batok kelapa, tapi Bapa menahannya karena menunggu apa yang mereka lakukan.

Menunggu ....

"Bee, kami ke sini, cuman mau bilang sesuatu secara personal ke elo." Sang pemimpin pem-bully di masa lalu, Iky, angkat bicara. "Gue, Rey, Jack, Budy, sama Dika mau bilang ...."

Brendon menunggu ucapan mereka dengan agak tegang, termasuk yang lain.

"Lo perusak kehidupan kami semua, B*ngsat!" Kaget, siapa pun kaget, terlebih Iky seketika melancarkan pukulan bersama Rey, Budy, dan Dika.

"Eh, kalian kenapa lakuin ini, Anjir!!" Jack yang terlihat tak tahu menahu apa-apa segera melindungi Brendon. Menariknya hingga tak terkena pukulan, sementara Bapa CS siap maju tetapi Bapa entah kenapa ingin menahan dulu selama beberapa saat melihat apa yang terjadi. "Brendon, kamu gak papa?"

Brendon yang agak syok menggeleng, siapa saja pasti kaget tiba-tiba dibaik-baiki dan ending-nya mau dibogem.

"Woi, kalian apa-apaan sih?! Kenapa tetiba mau mukul Brendon huh?! Bukannya pesta reuni ini dibikin buat hubungan kita sama Brendon membaik dan gak ada dendam lagi?!" Jack berseru kesal.

"Ck, udah gue terka lo udah disuap sama Brandon bangs*t ini buat belain dia kan? Jack, lo sadar huh dia orang yang ngehancurin masa depan kita semua jadi kita dikeluarin dari sekolah? Sadar gak lo?!"

Brendon menatap teman-teman Jack kemudian Jack yang terlihat diam.

"Jack, lo sadar gak huh?! Nyokap lo mati juga karena dia!!!" teriak Dika kencang.

Jack terlihat beradu dalam kepalanya, selama beberapa saat ia diam dan Brendon merasa khawatir sambil menatap sekitaran. Dia mencari Bapa dan teman-temannya, kenapa tidak keluar? Brendon, meski sudah belajar bela diri, dia ini masih tergolong noob dan masih ada rasa takut. Lagi, dikeroyok, gimana dia bisa menang?

Bapa CS tak kelihatan di mata Brendon, tetapi pria itu jelas menjaga anak laki-laki satu-satunya itu. Hanya menunggu momen yang tepat.

"Awalnya gue juga mikir dan benci banget sama Brendon, karena ngerasa dia yang ngehancurin kehidupan kita." Mata Brendon membulat sempurna menatap Jack, kaget atas pengakuannya itu. "Tapi ... sebenernya kalian sadar gak sih? Dari awal kita sendiri yang ngehancurin kehidupan kita? Andai aja kita gak pernah jadi berandalan, gak pernah mukulin anak orang dan sok hebat, andai semua itu gak kita lakuin. Menurut kalian hidup kita bakalan kayak gini? Nyokap gue meninggal karena serangan jantung gue di drop out dari sekolah, dan jelas itu salah gue sendiri. Salah gue sendiri. Gue mukulin Brendon yang notabenenya gak bersalah sama sekali, kita lakuin itu cuman karena masalah aneh yang sepele. Kelakuan kayak bocah."

Kali ini, teman-temannya yang mendengar itu terdiam.

"Kita ... mukulin Brendon yang gak salah sama sekali waktu itu, kita yang nyeret diri kita sendiri ke jurang. Bukan dia. Bahkan dia ... Sarah bilang ke gue kalau Brendon jadi punya trauma berat, bahkan dulu sempat pengobatan di RSJ, dia udah sangat menderita karena kejadian itu. Dia bahkan ampe keluar dari sekolah, gak namatin sekolah dia. Kalian mikirin hal itu?" Jack menatap teman-temannya bergantian. "Dia juga ancur, sama kek kita, bedanya ... kita yang jahat sama dia kena karma yang pantas atas kesalahan kita sendiri. Percaya atau enggak, karma itu nyata, nyokap gue bilang sebelum kematiannya ... berhenti jadi berandalan, berhenti jahatin orang, dan suatu saat tolong minta maaf sama Brendon, sama semua orang yang pernah gue sakitin, gue lakuin itu sesuai permintaan dia dan akhirnya ... Brendon, gue akhirnya bisa minta maaf sama Brendon setelah lama nyari-nyari dia dan gue ngerasa lega, kehidupan gue juga membaik. Gue ... gue merasa memang udah seharusnya begini. Hidup tenang."

Jack tersenyum pahit ke arah teman-temannya.

"Jadi enggak seharusnya kalian balas dendam ke dia, lebih tepatnya kalian harusnya minta maaf dan sadar kesalahan kalian sama dia. Itu alasan gue ngadain reuni ini."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

SUAMI NOLEP [Brendon Series - J]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang