"Jungkook, berhentilah bermain game!"
Pria yang usianya kini beranjak dua puluh lima tahun ini, justru tak menghiraukan meski ibunya berteriak berkali-kali. Dirinya masih fokus pada komputernya, sesekali bergumam, "Shoot! Shoot!"
Permainannya berakhir dengan skor yang membuatnya kecewa. "Argh, sial! Gagal lagi aku mengalahkan gamers itu," ujarnya dengan wajah kesal. "Tidak, tidak. Ini tidak boleh dibiarkan."
Sesekali ia menyuap camilan dan susu varian rasa pisang kesukaannya. "Ayo, Jungkook. Coba lagi. Kamu pasti bisa mengalahkan dia."
"Jungkook! Berhenti main, Mama bilang! Keluar dari kamarmu dan kemari, makan."
Mendengar teriakan ibunya membuat pria itu semakin pusing. "Iya, Ma. Sebentar lagi, ini tanggung."
"Tidak ada tanggung-tanggungan, Jungkook. Cepat keluar!"
Mau tidak mau, pria itu menghentikan mainnya. Mengusap wajahnya malas, Jungkook berakhir bangkit dari ranjangnya dan menuju keluar.
Masih dengan setelan kaos hitam polos dan celana yang panjangnya hingga selutut, Jungkook dikejutkan dengan kehadiran seorang gadis di meja makannya. Ah, tidak. Maksudnya ada ibunya juga. Tetapi, pemandangan satu orang itu yang membuat Jungkook semakin heran. Ini tidak biasanya sang ibu membawa seorang gadis kesini.
"Astaga, Jungkook!" geram sang mama yang merasa malu dengan mengalihkan pandangan pada gadis itu sembari tersenyum ketir.
"Maafkan pria kekanakan itu, ya. Umurnya memang dikatakan sudah bisa menikah, tapi tidak ada yang bisa diharapkan dari sikap dewasanya. Anak ibu satu ini, memang masih seperti bocah."Sedangkan si gadis hanya bisa tersenyum. Jungkook merasa tidak peduli, justru menarik kursi dan mengambil piring, menyanduk nasinya dengan wajah tak bersalah.
Tangannya dengan cepat dipukul sang ibu, Jungkook meringis. "Apa lagi, Ma?"
"Memang dasar tidak ada sopan santunnya, ya? Kami sudah menunggumu. Setidaknya, tunggulah semua menikmati makanannya."
Jungkook memutar bola matanya dengan rasa malas, "Fine."
Kemudian, ibunya justru menyanduk nasi untuk gadis itu. "Ayo, Cheonsa. Diambil lauknya."
"Iya, Bu." Ujar si gadis tersenyum ramah, namun justru wanita itu menggelengkan kepalanya, "Jangan panggil ibu, tapi mama."
"Baik, Ma."
Sedangkan di meja seberang sana, ada orang yang melirik tak suka. "Apa-apaan mama menyuruhnya memanggil mama? Memang dia siapa? Eh, aku tidak peduli juga sih, dia siapa."
"Bisa sopan sedikit tidak, bicaranya? Hormati tamu, sayang."
Yang dinasehati enggan merespon, justru mengidikkan kedua bahunya tak acuh dengan raut wajah yang begitu tenang. Kembali Jungkook mengubah topik pembicaraannya, "Tae-hyung kemana, Ma?"
"Dia ada perjalanan bisnis ke Daegu sementara. Mungkin, nanti malam pulang."
Jungkook hanya mengangguk dan kembali menikmati makan siangnya. Sang ibu membuka suara lagi, "Jung, perkenalkan. Ini Cheonsa, dia mama suruh bekerja menjadi asisten rumah tangga di sini. Tidak hanya mengurus rumah, tapi mengurusmu dan Taehyung juga."
Segera Jungkook meneguk air ketika kerongkongannya tiba-tiba tersedak. "Ma, Jungkook bukan anak kecil lagi yang harus diurus orang lain. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
"Oh, begitu? Tapi, Mama kurang yakin dengan melihat sikapmu selama ini. Seperti tadi, seharian bermain game saja di dalam kamar, sampai Mama berteriak memanggilmu terus kalau disuruh makan. Kalau makan saja harus ada yang mengingatkan dulu, bagaimana Mama bisa percaya kamu bisa mengurus diri sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS (ONE-SHOOT)
FanfictionBeberapa rangkaian cerita yang sekali habis. Banyak ide, tapi cuma mampu bikin yang sekali end aja. But, happy Reading. Aku menyediakan beberapa variasi cerita disini. Semoga suka. (p.s : untuk cast, bisa diketahui dari cover yang sudah disediakan d...