Memang, sih. Satu-satunya rekan kerja Kak Namjoon yang sering datang ke sini hanya dia.Kemudian, aku berlalu ke dapur alih-alih membuatkan minuman. Dari pintu dapur, aku berusaha mendengar kelanjutan dari percakapan mereka.
"Kau jangan risau, aku dan teman-temanku masih berusaha menemukan identitas pembunuh itu."
"Baiklah, aku percaya padamu."
"Ya sudah, kalau begitu aku pamit."
Sudah? Begitu saja? Jadi, maksudnya ... rekan kerjanya Kak Namjoon ini memang benar akan membantu kami menemukan pembunuh Mama dan Papa, ya?
Bahkan, selama ini aku sudah berburuk sangka padanya, termasuk pada Kak Namjoon. Astaga, kenapa kasus ini sulit sekali dipecahkan?
Setelahnya, aku segera menuju kompor untuk berpura-pura memasak saat Kak Namjoon bangkit dari sofa dan hendak menyusul ke dapur.
Kak Namjoon mengusap kepalaku sambil tersenyum, "Masak apa untuk makan malam Kakak? Mau Kakak bantu?"
"Kakak tidak usah memasak demi keamanan dunia," sahutku terkekeh.
Kemudian, Kak Namjoon menarik rambutku dan ikut tertawa. "Sialan adik satu ini."
Kami tertawa beberapa detik. Aku kembali dengan wajah serius dan menatap Kak Namjoon. "Maafkan Arin ya, Kak. Tidak seharusnya Arin emosi seperti itu dan menuduh Kakak yang tidak-tidak."
Kak Namjoon hanya tersenyum dan membelai kepalaku. "Tidak, tidak. Kakak juga harus minta maaf karena sudah terlalu protective padamu. Kakak terlalu mengekangmu, ya?"
"Tidak, kok. Sejak percakapan Kakak dengan teman Kakak yang tadi, aku jadi percaya pada Kakak."
Kemudian, Kak Namjoon mengecup pucuk kepalaku. "Terima kasih, ya. Ini semua Kakak lakukan demi keselamatanmu."
"Aku sayang Kak Namjoon." Lalu, aku memeluk Kak Namjoon dan segera menyelesaikan masakan untuk makan malamnya.
🥀🥀
Saat makan malam pun, aku dan Kak Namjoon banyak bercerita. Baik Kak Namjoon yang bercerita mengenai masalah pekerjaannya, maupun aku yang bercerita soal pria yang tidak sengaja kutemui di pinggir jalan itu.
"Kak, aku mau cerita." Ujarku sembari mengunyah makanan.
Kak Namjoon yang masih fokus pada makanannya, hanya mengangguk. "Cerita saja, Kakak akan dengarkan."
"Tadi, setelah aku ke minimarket dan hendak pulang, aku bertemu dengan pria aneh."
Tiba-tiba saja, Kak Namjoon menatapku tajam. Hal itu membuatku jadi takut. "Kenapa sih, Kak? Santai dong, menatapnya! Padahal, aku belum cerita semuanya."
Dengan segera, Kak Namjoon menetralkan ekspresinya. "Well, oke. Lalu?"
"Dia menyelamatkanku dari kecelakaan maut. Kalau dia tidak melarangku menyebrang jalan, mungkin saja aku sudah mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS (ONE-SHOOT)
FanficBeberapa rangkaian cerita yang sekali habis. Banyak ide, tapi cuma mampu bikin yang sekali end aja. But, happy Reading. Aku menyediakan beberapa variasi cerita disini. Semoga suka. (p.s : untuk cast, bisa diketahui dari cover yang sudah disediakan d...