"A Perfect Marriage (1)"

32 2 0
                                    

Ihs! Padahal, sudah kubilang berkali-kali ke Mama. Kalau aku itu tidak ingin menikah muda. Aku masih ingin melanjutkan kuliah, bekerja dan mengejar cita-citaku dulu. Lagi pula, di umur yang belum mencapai dua puluh tiga tahun ini, aku juga masih ingin menghabiskan masa mudaku untuk bersenang-senang bersama teman-teman. Mencari banyak pengalaman dari hal yang kulakukan, fokus dengan karir dan impianku yang ingin bekerja di perusahaan UNICEF.

Cita-citaku sebenarnya masih banyak lagi. Aku bahkan sudah menata dan merencanakan masa depanku dengan sangat matang. Sekarang, aku masih berada di perguruan tinggi tingkat tiga. Tetapi, Mama justru repot sendiri soal hubunganku dengan teman masa kecilku yang belakangan ini kami bertemu lagi setelah lebih dari dua belas tahun tidak bertemu.

Jeon Jungkook.

Sepuluh menit yang lalu, Mama meneleponku yang katanya sudah berada di tempat kediaman pria itu. Padahal, ini masih sangat pagi. Tapi, Mama seenaknya mengganggu waktu istirahatku hanya untuk menyuruhku datang ke rumah Jungkook. Semalaman, aku begadang menyelesaikan tugas yang sangat menumpuk bak gunung Everest itu hingga pukul tiga pagi. Aku baru bisa tidur sekitar pukul lima tadi.

Dan sekarang, masih pukul tujuh. Tidurku jadi terganggu setelah mendapat amukan dari Mama.

"Ma, tapi aku masih mengantuk." Keluhku.

"Anak gadis seharusnya bangun pagi-pagi, Shin. Di sini kita sudah menunggumu, loh. Hari ini acara pertunanganmu dengan Jungkook, kan?"

Huft, menyebalkan! Lagi-lagi masalah pertunangan.

"Aduh! Bisa tidak, bicarakan pertunangannya setelah aku selesai ujian saja? Tugasku masih banyak yang harus diselesaikan hari ini, Ma..." aduku pada Mama, lebih tepatnya sedikit merengek.

"Tidak bisa seenaknya membatalkan acara resmi seperti ini, Aily. Mama dan Papanya Jungkook juga sudah menunggu, loh. Kau itu sebenarnya niat tidak sih, dengan pertunangan ini?"

Kujawab saja dengan malas, "Tidak."

"Shin Aily!"

Aku menghela napas yang tiba-tiba terasa berat. "Well, I'll leave. Tiga puluh menit lagi aku ke sana. Biarkan aku membersihkan diri terlebih dulu."

"Mama tunggu, ya. Jangan coba-coba kabur lagi, Aily."

"Okay," jawabku dengan merotasikan bola mata sembari menggaruk tengkuk.

Ugh! Malas sekali sebenarnya.

🦋🦋

Tepat pukul delapan, aku keluar rumah dan menyuruh supir pribadiku untuk segera mengantarku ke rumah Jungkook. Well, sepertinya dia sangat paham jika aku mengenakan pakaian anggun dan berdandan begini, pasti untuk bertemu dengan Jungkook. Bahkan, Mama juga sudah memberitahu soal pertunanganku kepada seluruh penghuni rumah.

"Pak, nanti antarkan saya ke rumah Jungkook saja, ya." Ketika siap, supir membukakan pintu mobil untukku.

"Nona Shin tidak akan kabur lagi, kan?"

Senyumku merekah, "Kita lihat saja nanti."

Selama dalam perjalanan, fokusku hanya pada layar laptop. Walaupun disuruh Mama menghadiri pertunanganku sendiri, urusan kuliah tetaplah nomor satu. Aku sembari mengerjakan tugas laporan sekaligus proposal dan mencicilnya sedikit demi sedikit agar semuanya selesai.

Aku pribadi mengharuskan diriku untuk tetap produktif di mana pun aku berada. Lumayan 'kan, semua hal positif yang kulakukan saat ini pasti akan membuahkan hasil di suatu hari nanti.

"Nona Shin, seharusnya anda tidak boleh kabur lagi di pertunangan anda sendiri. Sudah berapa kali acara itu diadakan dan selalu membuahkan hasil yang sia-sia hanya karena ego anda, nona? Mungkin, jika nona menuruti kemauan Nyonya kali ini, dia akan merasa sangat senang." Katanya.

BTS (ONE-SHOOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang