"True Love (1)"

15 0 0
                                    

Ini bukanlah kisah drama romantis atau cerita yang sering kali ia baca di novel-novel setiap harinya. Gadis itu mengira bahwa hidup merupakan sebuah kenyataan yang hanya terus berjalan sesuai apa yang telah ia usahakan selama ini.

Dia tak pernah percaya jika keajaiban itu nyata adanya, apalagi membayangkan manisnya kehidupan yang hanya disetting seperti di film romansa atau kisah cinta tokoh utama di dalam dongeng. Gadis keturunan Tionghoa campuran Belanda ini telah menetap dan tumbuh dewasa di Korea Selatan, tepatnya di pertengahan antara kota Daegu dan Busan.

Vallerie Liu Xi tinggal bersama ayah dan ibu serta dua adik dan satu kakak perempuannya di sebuah perumahan sederhana dan dekat dengan daerah perkotaan yang ramai. Bagi Vallerie, tinggal dan hidup bahagia dengan keluarga yang sangat menyanyanginya sudah lebih dari cukup.

Ia tak mengharapkan apapun selain terus mendapatkan kasih sayang antara ayah, ibu, juga adik dan kakaknya satu sama lain. Anak kedua dari empat bersaudara ini sudah hampir lima tahun bekerja di salah satu toko bunga di kota Daegu. Pekerjaannya ... ya, hanya melayani pembeli, merangkai bunga, hingga mengantarkan pesanan ke alamat-alamat tujuan.

Berangkat pagi, pulang sore dan setiap harinya begitu saja. Kecuali di hari libur, Vallerie kadang memutuskan untuk mengunjungi beberapa toko buku atau bersepeda untuk menyegarkan pikirannya. Terkadang, gadis itu juga pergi ke pantai dan mengunjungi tempat wisata lainnya untuk belajar dan mengambil gambar agar diabadikan tiap momen yang ia lewati. Sebenarnya, masih banyak lagi kesukaan Vallerie.

Selagi itu kegiatan yang menambah pengetahuan, ia pasti menyukainya. Bahkan, ia memiliki satu akun sosial media yang di dalamnya terdapat beberapa mini vlog berisi random video hasil Vallerie me-review apa saja yang ia lakukan di hari libur. Mulai dari review makanan, tempat wisata, karya seni, hasil pameran, kegiatan orang-orang di pinggir jalan dan masih banyak lagi.

Hidup sudah berkecukupan, lalu apalagi yang kurang?

🥀🥀

"Ihs, Jim! Rese sekali, sih! Itu makananku. Balikin!"

"Aku lapar juga, tau. Berbagi sedikit, dong. Pelit sekali, sih!"

Vallerie terus berusaha menghentikan pergerakan temannya yang masih saja melahap bekal siang miliknya. Padahal, gadis itu juga lapar. Tapi, temannya ini memang hobinya selalu mengganggu Vallerie makan. Tidak hanya makan, sih. Kalau gadis itu masih sibuk di jam istirahat, pasti teman prianya datang-datang langsung mengganggu.

"Ngapain sih, datang ke tempat kerjaku terus di saat aku istirahat? Sudah lelah setengah hari bekerja, pas ingin makan kamu gangguin aku makan. Bosen tau, liat mukamu terus!" Vallerie mengoceh sendiri dirasa lelah dengan temannya ini.

"Kenapa, ya? Karena enak saja mengganggumu. Hahaha."

Gadis itu langsung memukul bahu teman menyebalkannya ini. "Ihs, Jimin rese! Awas saja, aku bilangin ke Ibu kalau kamu yang menghabiskan bekalku."

"Makanya, lain kali bawakan bekal untukku juga, dong! Aku 'kan, juga butuh makan."

"Bawa sendiri sana! Enak saja, dikira aku pembantumu?"

Lantas, Vallerie hanya mengambil barang-barang yang berserakan di meja kerjanya dan merapikan kembali ke tempat asalnya. Membuang sisa-sisa kelopak bunga dan daun yang tidak sengaja berjatuhan saat membuat bucket untuk para pembeli.

Jimin tersenyum dan mengusak kepala gadis itu. "Iya, deh. Nih, aku bawakan makan siang juga untukmu." Kemudian, ia mengeluarkan sebuah bento di dalam tasnya. "Ngambek terus anak manja satu ini, sih? Aku hanya bercanda, tau."

BTS (ONE-SHOOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang