✧PERASAAN AKSA UNTUK RARA✧

5.8K 206 9
                                    


SAQUELA ✧✧ BAB 34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAQUELA ✧✧ BAB 34

Don't forget to vote, comment and share this story on all your social media.

________________________________

"Bang Pano, bolehin Sean ikut, ya?" Mohon Sean dengan nada memelasnya, sebenarnya Vano tak enak hati tapi karna tau alasan Sean untuk ikut pergi agar ia tak mau kalah dengan Sanaya dan Rara.

"Ck! Gak ada, ikut-ikutan." decak Vano dengan nada kesalnya.

"Kalo Aya boleh ikut, gak?" tanya Rara pada Vano, gadis itu menampilkan wajah imutnya disertai kedua tangan yang menggenggam erat jemari Vano.

"Gak boleh Ra, dipuncak dingin. Yang ada nanti kalian sakit." jelas Raffa dengan sabar.

"Tapi kan ada kalian, gak mungkin dong Bang Vano sama yang lain biarin kita kedinginan." ujar Sanaya mengompori.

Rara memilin ujung seragamnya hingga terlihat beberapa lipatan-lipatan acak tertera disana. Dengan pelan Alen menarik Sanaya dan Rara ke dalam pelukannya, "Jangan buat adik-adik gue sedih, bos! Ajak aja mereka." ujar Alen.

Nauval menggeleng, "Disana dingin, gue gak bakalan pernah ngizinin Rara motoran, apalagi jaraknya sejauh itu."

"Abanggg, tapi Aya pengen ikut." rengeknya lagi.

Sean tidak tinggal diam begitu saja, cowok itu menyerahkan sebuah toples kaca miliknya kepada Vano, "Sean kasih ini, tapi bolehin kita ikut." ucapnya dengan iris yang berkaca-kaca.

Siapa yang tak tersentuh hatinya, jika melihat tingkah Sean yang seperti ini?

"Ajak aja, Bos!" seru beberapa anggota.

Raffi menegak satu kaleng minuman sampai airnya tandas tak tersisa, beralih menatap Sean, Rara dan Sanaya secara bergantian, "Ajak aja gak pa-pa, tapi mereka di mobil gue." ucap Raffi.

Nauval mengangguk setuju, "Maaf, tapi ini demi keamanan kita juga. Gue bakal suruh beberapa orang dirumah buat ikut ngawal kita sampai puncak, buat jaga-jaga." putus Nauval.

Sanaya mendecak kesal, ia memukul bahu Vano secara kasar, "Kita maunya pakek motor!"

"Kalo gak setuju mending lo gak usah ikut! Biar gak nyusahin kita, aja lo" sindir Andreas yang berlalu menuju meja pantry.

"Iya, Aya nurut. Tapi boleh gak? Kalo Aya bawa Poci juga?" tanya gadis itu dengan wajah polosnya, "Sean aja bawa Chiyo, masa Aya enggak?" lanjutnya sambil menunjuk ke arah Sean.

Vano yang mendengar hal itu hanya bisa menghela nafas panjang, "Terserah!" ucapnya, kemudian pergi menuju lantai atas.

"Yesss!! Aya dibolehin ikutt!" seru gadis itu dengan senang.

SAQUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang