✧MULAI MEMBAIK?✧

4.3K 133 0
                                    

SAQUELA ✧✧ BAB 44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAQUELA ✧✧ BAB 44

Don't forget to vote, comment and share this story on all your social media.

________________________________

"Yakin mau sekolah?" tanya Nauval meyakinkan adiknya saat melihat Rara ikut bergabung melakukan sarapan bersama.

Ini sudah hari ke tiga pasca Rara sakit akibat kelelahan. Masih ingat jika tubuh gadis itu rentan? Lambat makan saja asam lambungnya naik apalagi ditambah banyak pikiran dan susah tidur.

"Iya Bang Zen, Aya udah baikkan kok. Udah gak pusing lagi." jawab gadis itu.

"Oh ya, Om Victor kemana? Dari kemarin sore Aya gak ada liat dia."

"Om Victor kemarin ada urusan, trus sekarang ke bandara mau jemput Mama sama Papa." jelas Nauval sembari melahap habis selembar roti di tangannya.

Seketika raut wajah gadis itu berubah, kedua tangannya urung meraih piring di atas meja. "P—pagi ini?"

"Iya, kenapa Ra? Tumben respon kamu kayak gitu? Gak seneng mereka pulang?" cerca Nauval pada adiknya. Hujaman pertanyaan yang cowok itu berikan hanya semata-mata ingin melihat respon lebih dari Rara.

Selama ini, Nauval dibantu teman-temannya tengah memata-matai Rara tapi hasilnya nihil. Tidak ada yang bisa mereka temui, bahkan Alen selaku hacker yang pandai dalam urusan informatika tidak mendapat satu hal yang janggal dalam ponsel Rara.

"S—seneng kok Bang, udah lama juga 'kan Aya gak ketemu Mama sama Papa." jawab gadis itu.

-SQL-

Bel istirahat pertama berbunyi, sebagian siswa berlarian keluar kelas menuju tempat favorite mereka. Sedangkan Rara, cewek itu memilih duduk menyendiri di perpustakaan dengan airphone yang terpasang rapi di kedua daun telinganya.

15 menit berlalu, Sanaya datang dengan sekotak susu coklat ditangannya, "Ini buat lo, Ra!" ucap gadis itu.

Rara mendongak, memastikan siapa pemilik suara nyaring itu. Mendapati Sanaya yang duduk di hadapannya Rara tersenyum tipis, "Makasih Nay."

"Lo ngapain? Tumben banget diem disini pas jam istirahat biasanya 'kan ngintilin Bang Nau sama anak-anak."

Sanaya menopang dagunya dengan satu tangan, menatap setiap inchi wajah Rara. "Lo ada kantung mata, muka pucet, trus mata lo juga sayu."

"Lo sakit? Ngapain sekolah bego!" ujar Sanaya setengah khawatir mengecek suhu tubuh Rara menggunakan punggung tangannya.

"Aya gak apa-apa Nay, udah sembuh kemarin.'" jelas Rara menghalau tangan Sanaya yang terus-terusan menguyel wajahnya.

SAQUELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang