Aruna menatap sang ayah dengan raut wajah bingung ketika secara tiba-tiba mengajaknya untuk pulang. Tanpa banyak protes Aruna hanya mengikutinya saja hingga ketika sampai di rumah ayahnya pun terlihat buru-buru.
Setelah mengantarkannya masuk ke dalam rumah Angkasa berniat untuk langsung pergi dan membuat Aruna menahan lengannya.
"Papa mau kemana?" tanya anak itu bingung.
Angkasa tersenyum tipis sambil merunduk dan mengusap pelan kepala anaknya.
"Papa ada pekerjaan mendadak, maaf ya? Besok kita main lagi Papa janji," kata Angkasa.
Tanpa menunggu tanggapan Angkasa bergegas pergi meninggalkan anaknya yang masih terlihat kebingungan. Mata indah anak itu menatap ke arah pintu utama yang telah tertutup rapat setelah Angkasa keluar.
Tak lama kemudian pintu itu kembali terbuka, tapi Agatha yang masuk ke dalam rumah. Gadis itu tersenyum dan segera menghampiri Aruna. Tadi dia juga melihat kakaknya yang pergi dengan terburu-buru.
"Tante Ata apa Papa sudah pergi?" tanya Aruna ketika Agatha mendekat ke arahnya.
"Sudah sayang, sepertinya Papa lagi buru-buru," kata Agatha yang membuat Aruna terlihat murung.
Wajahnya cemberut. Dia menundukkan kepalanya sambil bergumam pelan.
"Tadi main sepedanya baru sebentar," kata anak itu sedih.
"Eh jangan sedih dong kan Papanya lagi ada urusan penting biasanya kan Papa enggak pernah seperti itu." Agatha berusaha menghibur meskipun dia juga penasaran apa yang membuat kakaknya itu begitu buru-buru.
"Tadi Papa bilang mau beli ice cream, tapi belum beli Papa malah ajak pulang," kata Aruna lagi.
Mendengar itu Agatha langsung tersenyum, "Kalau gitu belinya sama Tante Ata aja ya?"
Aruna tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Dia menatap tangan kecilnya yang digenggam oleh Tantenya itu.
Disisi lain Angkasa yang tadi mendapatkan telepon dari seseorang kini tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jantungnya berdegup dengan begitu kencang ketika Bima mengatakan bahwa dokter Meitha sudah kembali.
Segala pertanyaan yang begitu ingin ia tanyakan sudah memenuhi isi kepalanya. Angkasa benar-benar berharap jika semua itu tidak benar, dia berharap jika Aruna adalah benar anak kandungnya.
Selama perjalanan Angkasa merasa tidak tenang. Sampai akhirnya ketika mobil itu sampai debaran jantungnya semakin tak karuan.
Sebelumnya Bima menelpon bahwa ia telah bersama dengan Dokter Meitha di salah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari apartemen wanita itu. Begitu memasuki area cafe Angkasa mengedarkan pandangannya hingga akhirnya dia melihat keberadaan orang kepercayaannya itu di salah satu sudut ruangan.
Angkasa duduk lalu tersenyum singkat pada Dokter Meitha yang melakukan hal yang sama.
"Lama tidak berjumpa dengan anda Pak Angkasa," kata Meitha yang dijawab dengan anggukan singkat olehnya.
"Jadi, ada masalah apa?" tanya Meitha penasaran.
Pertanyaan itu membuat Angkasa terdiam selama beberapa detik hingga akhirnya mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat wanita itu terdiam sambil menatapnya dengan raut wajah bingung.
"Apa ada yang anda sembunyikan bersama orang tua saya tentang Aruna? Apa dia benar anak saya?" tanya Angkasa.
"Kenapa anda menanyakan hal itu?" Meitha kembali membalikkan pertanyaan.
"Saya perlu tau kebenarannya," kata Angkasa.
"Kebenaran tentang apa Pak Angkasa? Anda sudah merawat Aruna hingga dia sekarang pasti sudah bersekolah kan?" ujar Meitha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Papa
Teen Fiction"Kalau Mama sayang sama Aruna, kenapa Mama pergi?" Ini tentang Angkasa Narendra yang harus membesarkan anaknya seorang diri setelah kematian istrinya. Menolak untuk mencari pengganti istrinya Angkasa memilih untuk menjadi seorang Ayah dan Ibu untuk...