••••
••••
"Papa.."
Aruna tidak berhenti memanggil sang ayah. Demamnya tak kunjung turun meskipun sudah diberikan obat. Hal itu membuat Evelyn dan Agatha begitu mencemaskan keadaannya.
Mereka mencoba menghubungi Angkasa, tapi tidak ada jawaban. Pria itu mematikan ponselnya, seolah memang ingin sendirian tanpa ada yang mengganggu.
"Ini salah Mama.. ini semua salah Mama."
Evelyn terisak karena merasa bersalah pada Aruna juga pada Angkasa. Tapi, apa yang bisa ia lakukan?
Suaminya meninggal sejak Angkasa berusia lima belas tahun dan sejak saat itu dia berusaha menghidupi kedua anaknya sendirian. Evelyn begitu menyayangi mereka dan kalian harus tau betapa bahagianya dia ketika hari itu Angkasa datang mengenalkan kekasihnya yang kemudian menjadi istrinya.
Ayla, wanita itu hadir ke dalam keluarganya dan memberikan begitu banyak warna. Evelyn begitu bahagia dengan kehadirannya. Apalagi ketika kabar kehamilan itu datang, mereka semua sangat bahagia.
Sayangnya.. kebahagiaan tak akan datang selamanya. Hari itu kelahiran putri pertama Angkasa telah merenggut nyawa Ayla yang membuat Angkasa begitu terpuruk.
Setelah pemakaman selesai Angkasa tidak beranjak dari tempatnya. Dia menatap kosong pada nisan bertuliskan nama istrinya itu lalu menangis dengan kuat ketika semua orang pergi.
Dan Angkasa tidak pernah tau jika di sana masih ada sang ibu yang tinggal untuk memastikan dia tetap baik-baik saja.
'Ayla.. aku harus apa? Tanpa kamu.. aku.. aku harus bagaimana? Seandainya tidak ada anak kita... aku pasti akan pergi bersama dengan kamu.'
Saat kalimat itu terucap Evelyn menangis. Dia tidak akan pernah mau kehilangan anaknya. Evelyn sangat menyayangi kedua anaknya yang selalu pengertian dan begitu Memperhatikannya setelah kepergian sang suami.
Dia cukup tenang dengan kehadiran cucunya, tapi sekali lagi ketenangan itu hanya bertahan sementara. Saat dimana ia mendapatkan kabar kematian cucunya tepat satu hari setelah kematian menantunya.
Evelyn tidak dapat berpikir dengan jernih. Dia takut kehilangan Angkasa. Dia takut Angkasa berbuat nekat ketika satu-satunya alasan bagi pria itu untuk bertahan juga telah tidak ada.
Pikirannya benar-benar kacau. Dan saat itulah dia melihat wanita seusianya yang tengah menangis sambil menatap seorang bayi.
Bayi itu adalah Aruna. Saat mengetahui bahwa Aruna sebatang kara Evelyn seolah mendapatkan kembali harapan. Dia menemui Dokter Meitha dan memintanya untuk merahasiakan kematian cucunya.
Evelyn berjanji akan memberitahu kebenarannya pada Angkasa setelah semua keadaan membaik, tapi nyatanya sampai detik ini Evelyn tidak melakukannya.
Bahkan hingga Angkasa mengetahui kebenaran itu dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Papa
Teen Fiction"Kalau Mama sayang sama Aruna, kenapa Mama pergi?" Ini tentang Angkasa Narendra yang harus membesarkan anaknya seorang diri setelah kematian istrinya. Menolak untuk mencari pengganti istrinya Angkasa memilih untuk menjadi seorang Ayah dan Ibu untuk...