29 : Kehilangan

1.8K 125 12
                                    

Angkasa tidak pernah benar-benar mengabaikan Aruna. Meskipun ia tidak pulang ke rumah, tapi Angkasa selalu menanyakan Aruna lewat satpam di rumahnya. Selain itu ia juga selalu menyempatkan diri untuk pergi ke sekolah Aruna di jam istirahat dan melihat anak itu bermain bersama teman-temannya.

Dia tidak pernah membenci Aruna. Menghindari anak itu hanya karena ia masih belum bisa menerima semua kenyataan ini, tapi setelah apa yang ia lakukan di hari ulang tahun anak itu kemarin, rasanya Angkasa tidak tenang.

Hanya saja dibalik semua ego yang tinggi itu, Angkasa juga berusaha melindungi Aruna. Dia tidak ingin anaknya itu dalam bahaya jika Aditya tau betapa berharganya Aruna dalam kehidupannya.

Aditya orang yang nekat, ia tau betul hal itu. Dia tidak ingin pria itu menggunakan Aruna sebagai alat untuk menghancurkannya. Angkasa tidak mengerti, kenapa pria itu sangat membencinya?

Padahal ia tidak akan memecatnya tanpa alasan yang jelas. Pria itu selalu beranggapan jika Angkasa mencuri perusahaan yang kedua orang tua mereka bangun bersama-sama. Kenyataannya itu tidak benar, dia menyelamatkannya ketika Aditya hampir menjatuhkannya karena terlibat perjudian dan juga narkoba.

Ia juga tidak mengambil semuanya bahkan Angkasa masih memberikan sejumlah uang pada Aditya, sesuai dengan kesepakatan mereka bersama. Sayangnya pria itu masih membencinya dan terus menganggap jika ia telah menghancurkan hidupnya. Padahal Aditya sendiri yang menghancurkan kehidupannya.

Dan hari ini Angkasa dibuat takut. Agatha yang mengatakan bahwa ia telah diikuti oleh orang tidak dikenal beberapa hari belakangan ini membuatnya tidak tenang.

Ditambah lagi dengan telepon yang baru saja ia dapatkan. Telepon yang membuat Angkasa berlari dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tidak lagi peduli dengan keselamatannya karena yang ia pikirkan saat ini hanya Aruna. Hanya Aruna yang dikabarkan mengalami kecelakaan bersama dengan supirnya ketika dalam perjalanan pulang.

Angkasa tidak tau secepat apa degup jantungnya sekarang. Yang ia tau sangat cepat hingga nafasnya terasa sesak. Pikirannya kacau. Segala kemungkinan buruk mulai memenuhi pikirannya.

Di belakang, Agatha dan Evelyn pun sama paniknya. Mereka pergi bersama dengan Angkasa menuju ke rumah sakit.

Perjalanan yang seharusnya memakan waktu hingga tiga puluh menit itu, berhasil ditempuh Angkasa hanya dalam waktu dua puluh menit. Begitu sampai pria itu langsung berlari, mencari keberadaan Aruna dengan panik yang menyerangnya.

Angkasa berlari, meninggalkan Agatha dan Evelyn dibelakang. Tidak peduli dengan teguran orang-orang yang tanpa sengaja ia tabrak karena terburu-buru.

"Aruna.."

Paniknya sama seperti ketika ia melihat mata sang istri terpejam beberapa saat setelah berhasil melahirkan anak mereka.

Tidak.. Angkasa tidak mau kehilangan lagi. Dia tidak mau kehilangan Aruna. Dia tidak mau kehilangan kebahagiaannya.

"Aruna... anak saya dimana? Dia dimana? Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan? Tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya, kan?"

••••

Banyak yang bilang jika Aruna itu pembawa kebahagiaan. Anak itu sangat ceria dan selalu berhasil membuat orang-orang disekitarnya merasa senang dengan kehadirannya. Aruna itu anak yang selalu tersenyum pada semua orang yang ditemuinya.

Aruna itu tidak pernah memaksakan keinginannya. Aruna itu anak yang peka dengan keadaan sekitarnya. Aruna itu berteman dengan semua orang. Aruna itu tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih, maaf dan tolong.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang