22 : Menjauh

1.7K 163 12
                                    

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Tiga hari. Sudah tiga hari berlalu dan hingga saat ini Angkasa masih belum menemui Aruna yang masih setia menunggu kedatangannya. Aruna masih berada di rumah sakit dan kemungkinan akan pulang besok jika kondisinya sudah stabil.

Demamnya sudah turun, tapi Aruna masih terus terlihat murung. Dia juga tidak banyak bicara dan hanya menanggapi perkataan Agatha atau Evelyn seadanya.

Aruna hanya butuh sosok sang ayah untuk mengembalikan semua semangatnya, tapi hingga detik ini Angkasa masih belum datang.

"Aruna? Jangan melamun sayang."

Teguran itu membuat Aruna mendongak dan menatap Agatha yang kini mengusap pelan kepalanya.

Aruna tersenyum tipis. Dia menunduk dan memainkan jari-jari tangannya yang terlihat kecil, mungkin karena berat badannya yang berkurang.

"Papa kemana? Tante Ata bilang Papa di jalan, tapi Papa enggak sampai-sampai... Papa enggak mau ketemu aku lagi, ya? Papa marah sama aku? Papa udah enggak sayang aku lagi?" tanya Aruna sedih.

Agatha terdiam. Dia benar-benar bingung harus memberikan alasan seperti apa lagi pada Aruna.

"Boleh enggak aku telepon Papa? Kalau Papa enggak mau ketemu aku lagi... aku telepon aja," pinta Aruna sambil menatap Agatha yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Tante Ata coba telepon dulu, ya? Papa lagi sibuk sekali kerjanya," kata Agatha yang kembali memberikan alasan yang sama seperti sebelumnya.

Aruna mengangguk sambil tersenyum. Dia menatap Agatha yang sedang berusaha untuk menghubungi sang ayah dengan penuh harap.

Tapi, ketika melihat wajah sedih itu Aruna tau bahwa Papanya tidak mengangkat telepon.

"Sepertinya Papa masih sibuk karena ini masih siang. Kita coba nanti sore atau malam, ya?" kata Agatha berusaha menghibur Aruna yang menganggukkan kepalanya dengan lesu.

"Tante Ata.. aku mau jalan-jalan boleh? Aku bosan disini terus," pinta Aruna yang membuat Agatha tersenyum.

"Boleh, sebentar Tante Ata ambilkan kursi roda dulu, ya." Agatha segera mengambilkan kursi roda lalu ia membantu Aruna untuk duduk di sana.

Kemudian ia membawa Aruna berjalan-jalan ke sekitar rumah sakit. Aruna tak banyak bicara. Anak itu hanya sibuk melihat-lihat ke sekitarnya saja hingga pandangannya fokus pada satu titik.

Dia menatap seorang anak yang mungkin seusianya dan sedang sakit sama sepertinya. Anak itu perempuan dan ia bersama dengan ayah serta ibu yang menemaninya.

Aruna tak berhenti menatapnya hingga membuat Agatha berhenti ketika Aruna terus menoleh.

"Ada apa sayang?" tanya Agatha yang dijawab dengan gelengan singkat oleh Aruna.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang