24 : Dilema

1.5K 164 16
                                    

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Angkasa menyandarkan tubuhnya pada sofa. Pikirannya semakin tak karuan sekarang. Setelah bertemu dengan Aruna dadanya terasa kian sesak, apalagi ketika melihat tatapan penuh harap anak itu.

Entah apa yang ia lakukan ini benar atau tidak, tapi Angkasa sama tersiksanya dengan Aruna. Dia juga merindukan anak itu. Dia juga ingin memeluknya seperti yang biasa ia lakukan. Tapi, sebagian dalam dirinya masih menolak kenyataan ini.

Angkasa masih belum bisa menerima kenyataan bahwa anak yang ia besarkan seorang diri sejak bayi itu bukan anak kandungnya.

Saat tengah melamun ponselnya berbunyi yang membuat Angkasa langsung melihatnya dan ternyata dari adiknya. Agatha mengirimkan beberapa pesan padanya yang langsung ia lihat tanpa memberikan balasan.

Agatha :
Aruna tadi nangis, tapi sekarang dia senang

Dia udah enggak sedih lagi, setelah tau kakak bawakan makanan kesukaannya

Angkasa pun mendengarkan satu pesan suara yang dikirimkan Agatha padanya. Suara Aruna yang mengucapkan terima kasih padanya.

'Papaaa terima kasih, yaaa. Semoga Papa kerjanya cepat selesai, jadi tidak sibuk dan bisa pulang lagiii terus bisa main sama akuuu.'

Kemudian ada juga foto Aruna yang tengah tersenyum lebar dan berhasil membuat Angkasa ikut tersenyum.

Tapi, senyumnya perlahan pudar setelah ia mengingat apa yang tadi Aruna katakan. Perihal hari ulang tahun anak itu yang sudah semakin dekat dan perihal janji yang telah ia buat.

Seandainya ini hanya mimpi Angkasa pasti sudah memikirkan pesta ulang tahun seperti apa yang akan ia berikan pada Aruna nanti. Sedangkan sekarang yang ada dalam pikirannya hanyalah, apa dia bisa menepati janjinya atau tidak?

Angkasa memilih untuk pergi ke kamarnya tanpa membalas pesan dari sang adik. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan berusaha untuk tertidur, melupakan sejenak semua masalah ini.

Sayangnya ia sama sekali tidak bisa tertidur. Ingatannya kembali pada saat-saat sebelum ia mengetahui kebenaran ini. Sepertinya akan lebih baik jika seumur hidupnya ia tidak pernah tau akan hal ini.

Seandainya ia tidak tau apa-apa pasti ia masih bersama dengan Aruna sekarang. Tidak perlu berada dalam situasi seperti sekarang yang membuatnya tidak tau harus melakukan apa.

Angkasa bingung. Ego dalam dirinya menolak untuk menerima semua kenyataan ini, juga menerima keberadaan Aruna ditengah-tengah keluarganya, setelah tau bawa anak itu bukan anak kandungnya.

Namun, hatinya berkata lain. Hatinya masih sangat menyayangi anak itu, menganggap bahwa Aruna tidak pantas mendapatkan semua kebencian ini.

Tapi, Angkasa masih butuh waktu dan entah sampai kapan.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang