Extra Part (1)

1.4K 156 16
                                    

Gadis kecil berusia tujuh tahun itu termenung di dalam kamarnya dengan wajah sedih. Setelah mendengarkan cerita yang cukup panjang dari ibunya itu ia malah tidak bisa tidur mengerjakan tugasnya dengan benar sekarang.

Pikirannya melayang kemana-mana. Memikirkan tentang bagaimana nasib anak itu sekarang? Apa dia sudah bisa berjalan lagi? Apa dia bisa bermain sepeda atau belajar bermain sepatu roda atau berlarian bersama teman-temannya?

Dia sangat penasaran karena ibunya tidak memberitahukan kelanjutannya. Dia menghela nafasnya kasar seraya menutup buku tugasnya.

"Bunda kenapa tidak cerita sampai selesai? Aku penasaran sekali sampai tidak bisa tidur," keluh anak itu.

Kemudian ia menatap sebuah foto yang ada di meja belajarnya. Foto itu adalah foto dirinya yang tengah bermain sepeda untuk pertama kalinya.

"Aaaa aku penasaran sekali. Aku mau tanya Bunda sekarang juga," kata anak itu kesal.

Karena tidak sanggup menahan rasa ingin tahunya, anak itu turun dari kursi dan berlari keluar kamar.

"BUNDAAAA! BUNDAAAA!"

Dia berteriak memanggil sang ibu sambil berlari menuruni tangga karena yakin jika ibunya pasti tengah berada di dapur sekarang untuk menyiapkan makan siang. Teriakannya sudah cukup untuk membuat sang ibu yang mendengarnya panik dan langsung menghentikan kegiatannya.

Sampai munculah kedatangan sang anak yang nampak baik-baik saja dan membuat ia bisa menghela nafasnya lega.

"Aleya, ada apa sayang? Kamu buat Bunda terkejut karena teriak begitu," katanya sambil mengusap pelan dadanya.

Anak itu tak langsung menjawab. Ia berlari mendekat lalu meraih tangan sang ibu dan menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Bunda, apa dia bisa berjalan lagi?" tanya Aleya yang membuat sang ibu tertawa kecil.

"Jadi, anak Bunda ini penasaran sekali sama kelanjutan cerita semalam, ya?" tanya wanita itu sambil mengusap sayang kepala anaknya.

Aleya langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia menatap sang ibu yang sekarang menunduk dan mensejajarkan tinggi mereka.

Tapi, apa yang dikatakan ibunya malah membuat Aleya merengek kesal.

"Hmm gimana kalau Bunda jawabnya nanti? Habis makan, ya." Wanita itu tersenyum dan mencapit gemas hidung anaknya.

"Bundaaaaa sekarang ajaa."

Ia pun kembali ke dapur sambil tertawa karena anaknya terus merengek sambil mengikutinya dan menarik-narik bajunya.

"Aaaaa Bundaaa jawab dulu. Bunda ihhhh aku tidak mau makan kalau Bunda belum jawab," katanya kesal.

Aleya cemberut dengan kedua tangan terlipat di dada yang membuat ibunya itu gemas sendiri. Tak lama dari itu seorang pria datang dan menatap keduanya dengan wajah bingung.

Dia berjalan mendekat dan membuat Aleya mendongak. Anak itu pun mengerucutkan bibirnya kesal lalu berlari ke arahnya.

"Ayahhhh!"

Pria itu terlihat terkejut. Ia menunduk untuk melihat sang anak yang kini memeluk kedua kakinya.

"Ayahh aku marah sekali sama Bunda. Aku tidak mau bicara sama Bunda. Aku juga tidak mau makan," katanya dengan wajah cemberut yang terlihat menggemaskan itu.

"Ada apa Aleya? Kenapa marah sama Bunda? Ada apa ini sayang?" tanya pria itu pada istrinya yang hanya bisa tersenyum ketika sang anak lebih dulu memberikan jawaban atas pertanyaan sang ayah.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang