26 : Hari Ulang Tahun

1.6K 183 22
                                    

••••

••••

Aruna terlihat bersemangat ketika melihat persiapan untuk hari ulang tahunnya sore ini. Selain karena ia yang berulang tahun, tapi kedatangan ayahnya nanti adalah salah satu hal yang membuatnya bahagia dan sangat bersemangat.

Dekorasi berwarna putih dan merah muda itu menghiasi rumah yang membuat Aruna begitu bahagia. Dia tidak sabar menyambut pesta ulang tahunnya dan juga kedatangan sang ayah yang paling ia tunggu-tunggu.

Evelyn dan Agatha menyadari hal itu. Mereka dapat melihat dengan jelas kebahagiaan di raut wajah anak itu, setelah berhari-hari ia begitu tidak bersemangat dan sedih. Sekarang senyum manis itu kembali, Aruna yang ceria dengan senyuman manisnya yang sempat hilang.

"Nantiii Papa datangnya jam berapa?" tanya Aruna yang sudah berada di hadapan Evelyn.

Evelyn menatap cucunya dengan senyuman. Dia sudah menghubungi Angkasa dan anaknya itu mengatakan bahwa dia akan datang kurang lebih setengah jam sebelum acara di mulai.

"Papa datang sebelum ulang tahunnya di mulai kok. Tadi Nenek sudah telpon Papa, jadi Aruna jangan khawatir, Papa pasti akan datang." Evelyn mengusap sayang kepala cucunya yang membuat Aruna tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya.

"Papa kasih kado aku apa, ya? Tapi, aku enggak papa kalau enggak dikasih kado, asalkan Papa datang," kata anak itu dengan mata berbinar.

Evelyn tersenyum lagi. Kemudian ia menunduk, mengusap pelan pipi Aruna dan membawanya ke dalam pelukannya.

Rasa bersalah kembali datang ketika mengingat jika ia adalah penyebab renggangnya hubungan antara anak dan ayah itu.

"Kalau Tante Ata sama Nenek harus kasih hadiah?" tanya Agatha yang membuat anak itu menyengir lucu.

"HARUSSSS!"

Keduanya pun tertawa mendengar jawaban yang Aruna berikan. Kemudian sesaat setelah Evelyn melepaskan pelukannya, anak itu kembali berlari melihat dekorasi ulang tahunnya yang hampir selesai.

Aruna begitu bahagia dan Evelyn juga Agatha berharap tidak ada yang merusak hari bahagianya.

••••

Angkasa terdiam cukup lama dalam mobilnya. Menatap rumah yang sudah lama tidak ia datangi itu. Dia melihat satu per satu teman anaknya yang datang bersama orang tua mereka untuk merayakan hari ulang tahun anaknya.

Angkasa tidak tau apa yang menahannya. Kenapa dia masih diam dalam mobilnya? Bahkan ia masih belum masuk ke dalam dan memilih berhenti di dekat rumahnya.

"Angkasa... kamu hanya perlu masuk ke dalam." Ia bergumam pelan lalu menatap hadiah ulang tahun yang sudah ia beli.

Helaan nafas terdengar berkali-kali. Angkasa mulai bimbang untuk tetap datang atau hanya menitipkan hadiah ini saja.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang