23 : Pulang

1.6K 177 16
                                    

••••

••••

Ada yang berbeda dari Angkasa. Senyum pria itu hilang begitu juga dengan semangatnya. Angkasa menyibukkan diri dengan pekerjaannya, tapi semua orang dapat melihat perubahan dalam dirinya.

Angkasa yang jarang marah itu sudah hilang. Kini emosinya lebih mudah terpancing. Melakukan kesalahan sedikit saja bisa dimarahi habis-habisan olehnya. Padahal sebelumnya Angkasa tidak pernah seperti ini pada semua karyawannya.

Mereka terlihat bingung dengan perubahan Angkasa yang begitu tiba-tiba. Mereka juga penasaran kenapa Angkasa terus menolak kedatangan orang tuanya yang beberapa kali ini menemuinya di kantor.

Sudah dua minggu berlalu. Angkasa tidak pulang ke rumah selama dua minggu. Dia tidak menemui Aruna ataupun menanyakan keadaannya. Angkasa hanya tau sedikit dari pesan-pesan yang selalu Agatha kirimkan padanya.

Dan sejak kemarin kepalanya pusing sekali. Dia masih ingat... dia masih ingat jika ulang tahun Aruna sebentar lagi.

Lima hari. Lima hari lagi anak itu akan merayakan ulang tahunnya. Angkasa sudah berjanji untuk memberikan sebuah perayaan untuk anaknya, tapi situasinya sudah berubah sekarang.

Angkasa masih belum siap. Dia masih belum siap untuk bertemu dengan Aruna untuk saat ini dan entah sampai kapan.

"Angkasa."

Hingga panggilan itu membuatnya mendongak. Raut wajahnya berubah datar ketika melihat Evelyn kembali datang menemuinya.

"Ada apa, Ma? Kalau Mama datang hanya untuk membujuk aku pulang maka itu sia-sia," kata Angkasa yang membuat Evelyn menghela nafasnya pelan.

"Angkasa.. tolong dengarkan Mama dulu," pinta Evelyn dengan penuh harap.

"Dengarkan apa? Mendengarkan penjelasan tidak masuk akal Mama?" kata Angkasa dengan penuh kekecewaan.

"Bagaimanapun juga... aku berhak tau mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Mama tidak berhak melakukan ini. Dia anak aku dan aku berhak tau apa yang terjadi dengan dia. Bahkan Mama tidak membiarkan aku melihatnya untuk yang terakhir kali dan menurut Mama itu adalah hal yang benar untuk dilakukan?" tanya Angkasa yang membuat Evelyn terdiam dengan penuh rasa bersalah.

"Dengan menghadirkan orang asing ke dalam kehidupanku itu adalah hal yang benar untuk dilakukan? Seharusnya aku memberikan semua kasih sayang dan perhatian itu untuk anak aku... bukan Aruna," kata Angkasa pelan.

"Mama tau kalau Mama salah. Kamu boleh membenci Mama. Tidak papa kalau kamu tidak mau bertemu dengan Mama lagi, tapi jangan salahkan adik kamu atau Aruna. Semua ini salah Mama bukan mereka.... Angkasa, tidak ada sedikitpun Mama berniat untuk membohongi kamu. Mama takut.. takut sekali jika kamu akan berbuat nekat. Mama takut sekali jika kamu akan pergi meninggalkan Mama, tapi apapun alasannya Mama tetap salah. Mama tidak akan memberikan pembelaan apapun," kata Evelyn sambil berjalan mendekat ke arah Angkasa.

Thank You, PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang