HAPPY READING
Setelah 2 hari kedepan setelah Varez mengetahui nya ia akan dijodohkan, kini ia pun sedang berada di basscanya untuk menenangkan pikiran.
Raffa menyadari bahwa belakangan ini Varez berbedari sebelumnya, ya meski dia tau bahwa ketuanya itu jarang sekali berbicara panjang×lebar. "lo kenapa dah akhir-akhir kaya beda" celetuk Raffa sembari menikmati cemilannya.
Rian mendengar celetukan yang dilontarakan Raffa pada Varez pun ikut menimbrung. "Yaelah Raff, lu kaya kagak tau aja si Varez kaya gimane" timpal Rian.
Sedangkan Gio yang mendengar mereka sedang membicarakan Varez menghampirinya "ada apa?" tanya Gio, mereka bertiga langsung menoleh kearah Gio. "noh Gi, si Varez diem mulu" ujar Kevin menimpal.
Gio ikut duduk bersama mereka, sebelum ia berbicara, dirinya meloloskan napasnya dengan satu hembusan. "gak usah, ditanya." seru Gio dengan posisi duduk, kaki kiri yang menyilang di kaki kanannya.
Rian mengambil cemilan berupa pilus, lalu melemparnya ke arah Gio. "iya sama kaya lo, kutub" tukas Rian padanya. Gio tidak memperdulikan itu, melainkan dia hanya sibuk dengan ponselnya.
Raffa berbicara kembali."Iya Gi, kita tau sifat Varez gimana, tapi kok gua curiga? gelagat lo tuh kaya nyembunyiin sesuatu gitu, tapi lo nyembunyiin apa sama kita?" curiga Raffa. Varez yang mendengar ucapan Raffa pun langsung mengebrak meja dengan keras.
brak
Suara gebrakan meja membuat semuanya menatap kearah Varez
Kevin tergelonjak kaget saat Varez mengebrak meja tiba-tiba. "Rez, lo kenapa dah?" tanya Kevin dengan kebingungan.
Rian mengangguk menyetujui ucapan Kevin. "kagak jelas, lo napa dah?" timpal Rian.
Varez yang tidak peduli dengan ucapan mereka, langsung meninggalkan tempat itu dan memilih untuk pergi menenangkan dirinya diruangan khusus.
"(gua harus cari tau)"
Kini Varez berada di ruangan khususnya, sungguh ucapan ayahnya kemarin-kemarin mengganggu pikirannya. "Gua harus gimana? gua belum siap buat nikah" gumam Varez dengan menatap langit yang sudah mendung.
Ada seseorang yang mendengarnya saat dirinya berbicara sendiri. "Rez" panggil orang tersebut. Varez yang merasa ada yang memanggilnya langsung melihat ke arah sumber suara.
Varez membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara. "mau apa lo kesini?" ujar Varez dengan tatapan yang tak suka.
Gio mendekat ke arah Varez yang berada didekat jendela--- ya, dia Gio. "sans bro, ikut gua ayo"
Varez mengepalkan tangannya, jujur dia tidak suka jika ada orang yang menemuinya ketika ia sedang emosi. "Mau apa?" tanya Varez dengan emosi yang masih tersulut.
Gio mengedikkan bahunya. "Ikut aja, gua mau ngomong sama lo" ujarnya, sementara Varez hanya mengikutinya saja.
Gio menyuruh Varez untuk duduk bersamanya. "Duduk rez" kata Gio mempersilahkan sang Ketua duduk.
Gio mengisap rokoknya sebelum ia berbicara dengan paketu."Rez, gua mau nanya sama lo" ucap laki laki tersebut.
Varez menaikan sebelah alisnya, pertanda ada apa.
Gio kembali mengisap rokok yang ada ditangannya."lagi ada masalah?"
Sementara laki-laki yang ditanya itu meloloskan napasnya dengan pelan. "ngga, napa?"
Gio terkekeh pelan saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut sang paketu itu. "jangan bohong sama gua, lagian gua juga udah tau semuanya" ujar lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Valyn life's
Teen Fictionperjodohan yang Vellyn duga itu kesengsaraan ini malah sebaliknya, yaitu munculnya KEBAHAGIAAN. ⚠️BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Bijaklah dalam membaca. DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA SAYA. "Vell gua kira perjodohan yang berasal dari keluarga...